1st until End

49 2 3
                                    



"Pak, bisa ke lantai 20. Lampu lobi kantor harus diganti."

"Lantai 20?"

"Ia,Pak"

"Bukannya hotel ini sampai lantai 19?"

"Ada kok,Pak!"

"Ya sudah, saya akan datang secepatnya." Pak Septo merogoh perkakas di dalam almari teknisi beserta lampu penerang bersegel.

"Pak Tino, tolong jaga ruang pos satpam. saya mau ke lantai 20 dulu."

"Siap Pak!" dengan tegas menanggapi perintahnya.

Bergegaslah Pak Tino menggunakan lift menuju ke lantai 20 bersama Linda. Ia memencetkan tombol penutup lift dan nomor angka yang dituju. Seperti pada umumnya, lift bergerak mode otomatis perlahan...

"Bu linda...tumben belum pulang? Kerja lembur,ya... Bu?

Linda hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman misterius tanpa mengucapkan satu balasan pada Pak Septo.

"PIP..."

Lantai 20 telah terbuka secara perlahan, ruangan semu redam tak seorangpun berada di sana selain koridor dilengkapi dengan lentera lampu. Bak suasana pemandangan era bangunan eropa dengan hiasan bunga krisan dan lukisan perang dunia II.

"Bu, lampu TL-nya mau dipasangkan sebelah mana?".

Tak menghiraukan ucapan Pak Septo, ia terus melangkah maju melewati diantara pintu tertutup dari kanan kiri. Pak Septo mengikutinya dari belakang dan memperhatikan hentakan kakinya dengan seksama.

Dari kelima pintu, dibukakan yang terakhir. Ruangan itu sungguh lembab, gelap dan tak bersua. Bu Linda meneranginya dengan lentera seadanya. Disitu ada tangga portable yang hendak diambil Pak Septo tanpa menanyai apapun kepada Bu Linda. Ia memutar lampu yang rusak dan mengganti dengan barang yang dibawanya.

Setelah menyala....

Tiba-tiba Bu Linda menghilang...

Pak Septo mencari hingga keluar koridor lantai 20

Suara Pak Septo yang lantang, membangunkan penghuni tak kasat mata.

Perlahan hembusan angin es menggoda sayu merasuki tulang ubun-ubun hingga permukaan kulit leher. Merasa tak enak, ia mengusap-usap lehernya terasa merinding. Sambil melihat-lihat keadaan, Ia tetap mencari Bu Linda, di setiap pintu walaupun seisi ruangan tak ada siapapun selain meja, kursi dan buku lusuh.

Dinding tenang bergemuruh keras bersumber dari pintu terakhir. Pak Septo berlari kecil mengecek keadaan di situ.

Tak ada siapapun....

Berbaliklah dia...

Sesosok wanita dengan kondisi tubuh tak sempurna tanpa tangan dan kaki serta tubuh melayang. Berpakaian pink dress berlumuran darah. Terlihat kerangka tengkorak mata tanpa daging, mulut menganga, berambut pirang.

Tampak jelas...

Bersedah seolah mau mengatakan sesuatu...

Pak Septo tak mengucapkan satu patah katapun, selain gemetaran

dan jatuh pingsan seketika...

tak seorangpun tahu selain dirinya sendiri

Wanita itu menembus dinding hilang ditelan bumi.

---


Ban motor berdecit ringan, seorang pria bernama Raden Mario menghampiri tukang kebun.

IBLIS: RUANG TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang