Zahra

67.5K 1.8K 59
                                    

Aku hanya seorang anak salah satu pelayan didapur istana timur tengah ini, saat itu sedang ada perayaan besar yang mengundang hampir seluruh penduduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya seorang anak salah satu pelayan didapur istana timur tengah ini, saat itu sedang ada perayaan besar yang mengundang hampir seluruh penduduk.

Disana diatas sebuah permadani sutra dengan taburan bunga mawar seorang gadis dengan mata coklat terang membius para pria, termaksud diriku yang baru berumur 8 tahun.

Tubuhnya yang nyaris telanjang terbalut kain tipis seolah tak jadi penghalang baginya menampilkan keindahan ditiap gerakan perut hingga kaki, belum lagi nyanyiannya yang terdengar seperti desahan membuat tiap pria disitu ingin menerkam.

Sementara diriku terus menganggumi sosoknya hingga, sebuah tangan menarikku menjauh dari pesta. Yah, Umi menarik tanganku kuat membawaku keluar dari ruangan pesta.

Aku menangis saat Umi membentakku, Umi tak suka melihatku menari dan selalu memarahiku bila melihatku menyanyi. Tapi, aku selalu ingin menjadi bagian dari sang penari kerajaan.

Semua larangan Umi kulanggar bahkan aku memaksa Jana mengajariku menari tanpa sepengetahuan Umi. Al Jana gadis penari kerajaan yang selalu menemaniku bermain dari kecil, umurnya baru 17 tahun tapi, dia memikat hampir seluruh orang dengan tariannya. Bahkan sang Raja takluk dengan pesona Jana menjadikannya salah satu Selir yang disayangi.

" Zahra, cepat sembunyi. Umi mu sedang menuju kemari.." pekik salah satu penari yang kini menjadi dayang setia Ratu Al Jana.

Ratu langsung membetulkan posisi duduknya berikut kedua dayang yang bediri disamping kiri dan kanan sementara, diriku dipaksa masuk kedalam semak yang berdekatan dengan sebuah dinding batu besar.

" Pemisi paduka Ratu Jana, apakah anda melihat anak saya. -- Zahra ? "

"Hari ini dia belum menemuiku, Umi Sofia " ucap Ratu Jana dengan suara tenangnya membuat jantungku dag dig dug. Tapi, aku sangat tau sifat Umi yang tak mudah percaya begitu saja. Seolah alam sedang memihakku, diujung semak terlihat lubang besar yang tertutup tanaman rambat. Tanpa berpikir 7 kali, Aku masuk kedalam demi menghindari amukan Umi.

Merayap perlahan lebih kedalam, sayup terdengar suara Hafizah menegur Umi yang tak mempercayaai ucapan Ratu Jana dan berkeras memeriksa sekitar. Maafkan aku, umi. Batinku.

Sesampainya keluar dari lubang betapa takjubnya diriku melihat sebuah taman bunga mawar merah berikut bau harum yang ditimbulkan oleh angin yang pelan meniup ujung anak rambutku seolah mengajakku menari perlahan tubuhku bergerak mengikuti iringan desirannya.

Semetara diriku tak sadar sepasang mata sedang mengawasi hingga, seorang pria tinggi besar berteriak lantang membuatku ketakutan setengah mati. Aku berlari tanpa memperdulikan beberapa duri yang melukai pergelengan kakiku, tergesa masuk kedalam lubang tempat kulalui tadi berlari melewati Ratu Jana yang menatap heran menuju rumah dan menabrak punggung Umi yang sedang memasak.

" Zahra, dari mana saja kamu ? Kenapa bajumu dan Liat kakimu berdarah ? " rentetan tanya Umi yang marah sembari memandang bajuku kotor penuh tanah.

ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang