First Part

1.2K 65 0
                                    

Perkenalan Ryan

Aku Ryan. Aku adalah anak laki laki berusia 11 tahun sekarang. Aku selalu tinggal bersama ibuku. Yak, itu dulu, sekarang sudah tidak. Ibu sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Sekarang aku hanya tinggal sendiri. Ibu pernah berkata bahwa ada rahasia yang belum pernah ibu ceritakan padaku. Entah apa itu, ibu belum menceritakannya. Tapi, ibu memberikan selembar surat yang berwarna kuning. Ibu bilang, aku tak boleh membukanya sebelum umurku genap 12 tahun. Aku sangat penasaran, tapi aku harus menuruti kata ibu.

Perkenalan Kory

Namaku Kory. Aku adalah anak laki laki berusia 11 tahun. Kata teman temanku, aku punya sifat yang dingin, padahal itu salah. Sebenarnya aku ceria dulunya. Itu karena dulu aku hidup bersama ayahku. Ya tapi, sekarang aku dingin karena ayahku sudah meninggal kira kira 3  bulan yang lalu. Hmmh, aku bersekolah di Daedo Elementary School yang berada di pusat kota Daedo, Korea Selatan.

-----------------------------------------------------------------

Ryan berlari dari rumahnya ke sekolah barunya Daedo Elementary School. Yak, sebelumnya dia bersekolah di Gardenia, sekolah ruang alam terbuka. Itu saat ibunya masih ada.

7.30 KST.

Hufftt, lega! Masih ada 30 menit untuk bel berbunyi. Kini Ryan berjalan menuju ruang kepala sekolah untuk mendata diri. 30 menit itu dia hanya duduk di ruang kepala sekolah, sampai menunggu walikelas nya datang serta menunggu lonceng dibunyikan.

Ding ding ding.

Lonceng tanda masuk kelas berbunyi. Ryan bersama walikelasnya, Mr. Lee mulai masuk kelas, membuat suasana kelas yang semula berisik, menjadi hening. Semua murid menatap wajah Ryan.

"Ehem, perhatiannya anak anak! Kalian kedatangan teman baru, dari Seoul. Ryan silahkan perkenalkan dirimu!" ucap Mr. Lee mengawali pembicaraan.

"Annyeong Haseyo! Annyeong chigudu! Nan Ryan Char imnida. Kalian bisa memanggilku Ryan. Senang bertemu kalian. Kuharap, aku dapat berteman cepat dengan kalian." ucap Ryan memperkenalkan diri seraya membungkukkan badannya.

Semua murid membalas membungkukkan badannya juga. Kecuali, yak, dialah si Kory yang dingin. Dia merasa cuek akan kedatangan Ryan.

"Hah?! Tapi tunggu! Namanya Ryan Char. Hah? Mengapa ada nama ayahku di namanya? Hampir sama seperti namaku, Kory Char. Huh, aneh!" batin Kory.

"Baiklah, Ryan kau bisa duduk di bangku meja samping Kory, yak dia yang memakai baju kuning!" suruh Mr. Lee. Ryan hanya mengangguk.

***

Lonceng tanda pulang telah berbunyi. Ryan segera mengemasi barang barangnya.

Ketika pulang, Ryan mendengar ada yang berteriak kesakitan di lorong yang sepi sekali. Ryan segera ke sana.

"Omoya! Hah kau? Kau Kory Char bukan? Hai Kory! Bangunlah!" seru Ryan sambil mengguncang tubuh Kory yang pingsan.

"Omo, oh eottokhae? Ah iya, aku telepon ambulan saja!" Ryan langsung mengambil hp layar sentuh yang 'lusuh' punyanya dan menelepon ambulan.

Ryan menunggu ambulan datang. Seketika itu, ambulan pun datang. 2 orang laki laki menghampiri Ryan dan Kory.

"Hai, apa kau wali dari korban?" tanya laki laki yang bisa disebut perawat.

"Bukan, aku hanya temannya. Aku menemukannya di sini!" jawab Ryan.

"Baiklah, ayo kita ke rumah sakit!"

Ryan hanya mengangguk, mengikuti ambulan itu ke rumah sakit.

"Hah, aku baru sadar kalau tadi hujan. Sekarang, pakaianku basah kuyup. Aduh, bagaimana ini? " lirih Ryan. Lalu melamun.

"Hai! Kau temannya Kory kan? Ini, aku serahkan barang barang dan pakaian padamu." kata perawat itu.

"Hah? Baiklah, aku akan kembali besok nya. Oh, ya di mana tempat untuk mengurus administrasinya?" tanya Ryan sopan.

Perawat itu pun menunjukkan lokasi yang dituju Ryan. Ryan segera membayar administrasinya.

Ryan menghembuskan nafas lega. Ryan segera berlari menghampiri rumah kontrakkan kecilnya itu. Dulu, Ryan tinggal di rumah yang megah. Setelah ibunya meninggal, nasibnya seperti ini. Tapi, ini sudah cukup untuk Ryan. Ryan selalu bersyukur atas karunia Tuhan.

~ Bersambung ~


My Big Bro is my Everything (Full Episodes)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang