Sepiring Siomay dan Kekalahan Seorang Brama

5.5K 1.6K 338
                                    

“Tapi, apa Bang Supraman gak masalah kalau penonton tau tentang ini?”

Dia menyengir, cukup lebar. “Sebagian orang mungkin menganggapnya aib. Tapi, saya gak pengin nantinya ada Misha-Misha lain lagi di luar sana, makanya saya mau berbagi kisah.”

"Kalau dilihat lagi, menurut aku, Abang nih bukan salah didik kok. Memang sudah takdir Tuhan saja."

"Ya, benar. Seenggaknya, dari tragedi itu, saya jadi merasa kalau orangtua manapun gak boleh gagap teknologi—termasuk saya. Kami harus lebih awas terhadap anak-anak."

Aku manggut-manggut. Setengah obrolan kami didominasi oleh pengalaman pribadi Bang Supraman. Aku sendiri jadi dirundung sesal yang teramat dalam karena asal bicara. Aku sangat benci dengan momen seperti ini, dimana akulah yang membuat suasana menjadi runyam. Tapi, yang tak kusangka dari Bang Supraman adalah tidak ada raut kesal di wajahnya atas perkataanku tadi.

Ya. Siswa SMA yang beberapa menit lalu kesebutkan sepotong kisah pilunya itu bernama Misha. Gadis ini memang dikenal anti sosial, hingga tak ada yang sadar keberadaannya sesaat sebelum tragedi nahas itu terjadi. Awalnya, aku biasa saja dengan fakta ini. Tapi ketika lelaki paruh baya di sampingku menyebutkan bahwa dirinya adalah Ayahnya Misha, rasa-rasanya aku ingin pingsan.

Maka aku pun berkali-kali meminta maaf, tapi Tukang Siomay itu juga berkali-kali menjawab, “Gak apa-apa, Mas Brama. Peristiwa itu emang edan banget sampai pernah jadi buah bibir di berbagai kota. Wajar saja kalau kamu tau.”

“Ya sudah, Guys,” kata Bang Supraman seraya satu kali menepuk tangannya—aku lagi-lagi dibuat kaget dengan tingkahnya yang selalu tiba-tiba, “mungkin segitu dulu video kali ini. Durasinya juga udah 19menit. Edaaaan!

“Jangan lupa untuk like, comment, subscribe dan nyalakan notifikasi biar kalian gak ketinggalan video baru di Channel Mas Brama Tirto. Oke, sampai jumpa di video selanjutnyaaa! Have a nice day!”

Aku hanya menggeleng-geleng seraya menahan senyum. Setelah berterima kasih telah menyelamatkan rencana video absurd-ku, aku membayar sepiring siomay dan teh botol dingin. “Kalau nanti-nanti saya mau bikin video lagi, Bang Supraman gak keberatan kan jadi bintang tamunya?”

“Edan! Gak usah ditanya lah, Mas. Saya pasti mau buaaanget,” jawabnya antusias, “ketik aja nama saya di Facebook, Instagram, Twitter. Ada semua, Mas Brama. Tenang aja, gak susah kalo mau cari saya.”

Setelah sedari tadi berusaha menahan tawa, aku pamit. Tentu saja dengan perasaan lega. Hari ini aku belajar banyak hal dari seorang Tukang Siomay. Tentang keramahan orang asing, tentang menghargai orang lain, tentang kasih sayang seorang Ayah, dan tentang bagaimana membuat konten … eh, tunggu. Aku melewatkan sebuah hal penting!

Berbalik badan, kugerakkan kakiku kembali ke gerobak siomay. “Bang! Aku lupa nanya, Abang punya Channel Youtube juga, ya?”

Bang Supraman yang tengah mencuci piring kotor itu lantas menoleh ke arahku, “Kenapa? Masnya mau minta tanda tangan saya?!” teriaknya.

Aku tertawa renyah.

Tanpa diminta, Bang Supraman membusungkan dada. “Heh, Mas. Jangan remehin saya, ya! Walau tampangnya bapak-bapak gini, saya udah megang silver play button, tau! Belom punya, kan, situ?”

Rahangku tiba-tiba saja jatuh. Melihat aku begini, mereka—Si Tukang Siomay bersama pedagang lain—malah tergelak.

Dua kosong, astaga! Aku kalah telak!

[]

Tamat

a/n: aku nih bikin cerita apaan sih wkwk. makasih ya sudah rela buang waktu berharga demi cerita edan ini. i wuf yu

Siomay dan Perbincangan Sekali DudukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang