Chapter 0 : Memories

16 1 0
                                    

Di dunia ini begitu banyak pilihan, hingga banyaknya kau bebas memilih jalan apa yang kau inginkan, Tetapi hingga bebasnya terkadang kau sulit menentukan pilihan itu sendiri agar mendapatkan ending yang terbaik.

Tidak seperti di dunia game yang mempunyai system Save Point nya yang bisa mencoba semua pilihan untuk menetukan pilihan mana yang bisa membuat ending terbaik. Jika salah menentukannya kau hanya tinggal kembali ke titik Save point tersebut.

Akan tetapi berbeda dengan dunia nyata, seperti jalur rel kereta ketika persimpangan kau mengambil salah satu jalur dan baru sadar bahwa kau tidak bisa kembali lagi.

Maka suatu hari pasti pernah berpikir jika tidak mengambil pilihan itu, apakah keadaanya lebih baik dari sekarang? Jika waktu bisa terulang lalu aku mengambil pilihan yang lain, apakah semuanya berubah?

Hanya memikirkan jawaban tersebut bisa menjadi pelajaran yang berharga, dan bisa juga menjadi kenangan yang mengerikan yang selalu terekam di memori kita namun dengan sangat terpaksa kita harus melangkah maju.

Langit telah memberikan warna oranye.. kehangatan sinar mentari ini membuatku terasa sangat nyaman.. jalan yang setiap hari kami lewati setelah berusaha keras mencari ilmu dengan selalu ditemani seorang gadis yang memiliki rambut sepanjang bahu . dengan Kemeja putih dan celana biru donker yang menunjukan simbol bahwa kami masih seorang murid sekolah menengah pertama..seperti biasa kami bercanda gurau dan sering membicarakan pembicaraan yang ngelantur.

"Apa kamu pernah berpikir apa tujuanmu hidup di dunia ini?" mencubit lengan bajuku dengan terlihat penasaran.

"Sudah pasti ya paling hanya makan, minum , oh iya jangan ketinggalan buang air besar haha.." aku membalasnya dengan bercanda.

"mhm... jawab yang serius dong.." bibirnya mengerucut sambil menggoyangkan bahuku.

Aku senang melihat ekspresi cemberutnya maka dari itu aku terkadang sering sedikit menjahilinya..

"Hmm oke oke.. Setelah kupikir pikir aku tidak tau jawabannya, bahkan itupun tak pernah terlintas di pikiranku. Lagian kita masih SMP terlalu jauh untuk memikirkannya" Jawabku dengan enteng

"Bukankah lebih bagus memikirkannya dari sekarang?" Ia tampak sedikit kesal dengan jawabanku

"Kalau begitu sekarang gantian aku yang bertanya kepadamu.. Apa tujuanmu hidup didunia ini ? Sambil menunjuk ke arahnya.

"Eh— itu curang. Hmm... Kalau begitu Aku ingin semua orang bahagia, tidak ada yang bersedih, aku ingin menunjukan bahwa dunia ini begitu indah dan tidak ada yang perlu di sesali apalagi di tangisi" dengan sangat semangat ia mengatakannya, Sesaat kemudian ia menimpali nya. "hehe ngomong apa sih aku ini" senyuman polosnya itu seakan dunia mengerti apa yang ia maksud..

"Pfft..Kau sedang mencoba meniru siapa? Main Character dari Film takdir?" mencoba menahan tawaku.

"mhmm... Jangan menertawakanku..." Ekspresi cemberutnya kembali lagi.

"Tetapi Putera..kalau itu kamu aku yakin pasti bisa."

"Aku tak sebaik dirimu dan entahlah aku bisa seperti itu atau tidak. bahkan aku tidak ingat tangan ini pernah terulurkan untuk orang lain" melihat kearah tangan kananku.

"Kau pasti bisa menolong mereka diluar sana Putera, Sama sepertiku yang pernah di selamatkan olehmu" Ia tersenyum memberikan penuh arti..

"Eh—"

"Mau kah kamu berjanji padaku?"

Ia berhenti di pertepian pagar jembatan yang dibawahnya sungai melintasi kami. Disambut dengan langit yang terbagi dua wana yang berbeda. Di perjalanan ini tak terasa kami menghabiskan sisa waktu mentari terlalu banyak. langitpun memberikan keajaiban berupa gemerlapan bintang bertebaran.

Pemandangan langka ini seperti menunjukan bahwa alam sekitar mendukung permintaan itu. Kejadian ini terekam memori di kepalaku yang tak bisa kuhapus.

"Oh iya jangan lupa ini rahasia yah..." Jari telunjuk di depan bibir manisnya

Aku hanya terdiam terpaku melihatnya sehingga mulut ini membeku di dalam kehangatan senyumnya. Kelembutan tatapannya seakan menjadikan saksi janji kita. Janji yang hanya dilakukan sepihak ini terukir membekas dihatiku.


  Langkah demi langkah kami lanjutkan Seolah tak terjadi apa-apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Langkah demi langkah kami lanjutkan Seolah tak terjadi apa-apa. atmosfer yang menenangkan seperti ini lah terasa sangat nyaman. Waktu saat bersamanya terasa seperti berhenti, sejujurnya aku malah berharap bahwa perjalanann pulang ini tidak pernah berakhir , jika saja keadaan yang menurutku surga ini terus berlanjut , jika saja waktu dapat berputar kembali. jika saja aku menjawab pertanyaaan tersebut apakah ada yang berubah ? Jika saja aku lebih perhatian dengan sekitarku, apakah aku bisa melindungi senyuman itu? Aku terus bergumam sambil mengutuk diriku sendiri di tengah kegelapan malam ini.  

My Route for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang