Awal

21 0 0
                                    

Bukan hal yang mudah untuk menjadi satu orang yang berarti. Dia menjadi orang lain, bukan dirinya, maksudnya berpura-pura bersikap yang seharusnya bukan dirinya. Dia suka tertawa, tapi bukan dari lubuk hatinya, dan Keenan tahu itu. Semua yang Dia lakukan akan selalu berhubungan dengan Keenan,dan Keenan menyukai setiap gerak-geriknya.

"Nan, gue mau ke tempat Yeri ya" dengan kedipan mata lucu oleh Dia.

"Oke"

"Oke doang? Gamau nganterin?"

"Lo ga liat apa gue lagi ngapain?"

Keenan menghempaskan gunting yang sedang ia pegang sambil menggerutu.

"Lo lagi ngapain emang? Sibuk banget?" Dia melirik kepo apa yang Keenan lakukan. Tidak menjawab. Keenan menutup pintunya danhanya melongos pergi meninggalkan Dia yang masih penasaran.

—-
Hiruk pikuk kota Jakarta tidak akan pernah berhenti, selalu ramai, sampai lupa kapan sepi. Dia hanya melihat jalanan dari dinding kaca yang membatasi.
Seperti sekarang lah agenda Dia tiap malam, merenung di kedai kopi sambil berkhayal-khayal akan jadi apa esok hari. Waktu malam terlalu singkat untuk di nikmati, Dia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah menciptakan malam yang menurutnya adalah waktu paling pas untuk segala-galanya. Dia memanfaatkan malam sebagai waktu yang paling pas dimana ia bisa mengenal dirinya sendiri, menyendiri ditemani kopi, berkhayal, dan tidak lupa mengingat-ingat masa saat bersama Dito, mantan pacar terindahnya.

"Aku kangen banget, To. Berapa lama lagi aku harus menunggu?"

Dia hanya bisa tersenyum, semua menjadi sangat sedih bila diingat. Berpura-pura kuat sangat ampuh untuk meredam kesedihan bagi Dia. Dito bukan miliknya lagi, tapi apa salah jika masih berharap?

Dia mengambil handphone-nya, dan mengambil foto dirinya sendiri sambil meminum kopi lalu dikirim kan untuk Keenan.

Dia
Gue di Suasana Kopi, mereka ada menu baru, pasti lo nyesel nggak ikut. AHAHHA.

Dia melihat kembali apa yang diketik lalu mengirimkannya sambil tersenyum jail. Pasti Keenan nyesel.

Keenan
Katanya lo tempat Yeri, dan gue nggak nyesel.

Singkat, padat, jelas itulah Keenan. Dia mengerucutkan mulutnya, "Ah Keenan nggak asik banget sih,". Keenan selalu seperti ini padanya, entah kenapa, padahal Dia adalah sahabat Keenan tapi malah harus menerima kedinginan dari Keenan. Anehnya, Keenan memperlakukan oranglain dengan baik tidak seperti dengan Dia.

Dia
Kan udah pulang, terus gue mampir aja kesini. Oiya tadi Yeri nanyain lo, loh.

—-
Keenan membolak-balikkan buku yang ia pegang. Tadi pagi Gerry memberikannya sebuah buku, kaget kan? Seorang Gerry yang bahkan tidak pernah membawa buku saat kuliah, tiba-tiba membawakannya buku, dan Keenan tidak tahu apa itu.
"Pokoknya ni buku gue kasih khusus buat lo, lo jangan harap ini buku romance, ini buku tentang kehidupan, dan jangan dibuka hari ini," Itulah kata-kata yang dititipkan Gerry. Tidak boleh dibuka hari ini? Apa didalam buku itu ada bom atau Gerry menitipkan narkoba? Keenan terkekeh jika itu benar-benar terjadi.

"Goblok banget nitip nya di gue, udah tau gue bakal make,"

Keenan tidak mau munafik, tapi narkoba bisa membuatnya sangat tenang. Bukan berarti Keenan kecanduan dengan narkoba, tapi jika ada barang nya akan ia gunakan jika butuh, dan tentunya Dia tidak tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang