"Pulang gih, gantian aa yang jaga," aku menoleh setelah mendengar suara kakak lelaki-ku, "iya ini mau pulang, si Aksa dirumah sama ibu?"
"Yaiya atuh," jawabnya, "idieeeee biasa aja atuh," balasku yang membuatnya memincingkan matanya.
Aku pergi keluar ruangan dan duduk di salah satu kursi depan ruangan Kak Nana.
Begini, biarkan aku bercerita. Namaku Raina Shakira, umurku 18 tahun dan aku baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasku bulan kemarin.
Aku mempunyai dua saudara kandung, kakak laki-laki ku bernama Ahmad Daniel yang biasa aku panggil aa' Daniel berumur 25 tahun, dan kakak perempuan ku yang bernama Berlina Humaira yang biasa aku panggil ka Nana berumur 20 tahun.
Saat ini aku, kakak laki-laki ku, dan ibuku selalu bergantian menjaga kakak perempuan ku. Dia koma dari hari pertama dimana ia melahirkan anak pertamanya, hingga saat ini sudah setengah tahun dia belum kunjung membuka matanya.
Lalu, bagaimana dengan ayah si bayi? Ayahnya kabur begitu mendengar kakak ku hamil anaknya, dia tidak ingin bertanggung jawab atas perlakuannya.
Mau meminta tanggung jawab? Aku sendiri dengan keluargapun belum tahu siapa dan dimana lelaki brengsek itu.
Dan bayi nya lahir dengan selamat dan sehat, dengan jenis kelamin laki-laki, dan aku yang memberinya nama Aksa Faresta. Keren bukan?
Kakak laki-laki ku sudah menikah sejak umurnya 24 tahun, dengan wanita karrier yang menjadi adik tingkatnya semasa kuliah.
Lalu, kedepannya aku bagaimana? Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku kedepannya, karena untuk biaya rumah sakit Kak Nana saja sudah besar.
Aku tidak ingin menjadi egois hanya karena aku ingin kuliah, dan aku tidak sepintar itu hingga bisa mendapatkan beasiswa, mungkin saja aku akan bekerja. Tapi aku sendiri bingung apa keahlianku.
Kalian tau? Keahlianku hanya 'menghayal'. Dari semua manusia dimuka bumi ini siapa sih yang tidak pernah berimajinasi?
Dari keahlian anehku itu, aku bisa menulis banyak cerita yang tidak laku. Tapi aku tau, tidak semudah itu mengumpulkan banyak pembaca.
Jadi mungkin sekarang aku akan mencari pekerjaan dengan bermodalkan ijazah SMA-ku, tapi... hey! Siapa yang akan menerima ijazah SMA?
Tak terasa aku melamun, seorang pria duduk disampingku. Aku menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhku di kursi itu, kenapa hidup ini berat ya jika dipikir-pikir?
"Seberat itu ya masalahmu?" Aku menoleh, dan terkejut. Ah tidak, aku sangat amat terkejut sampai aku menutup mulutku sendiri dengan mata melotot tak percaya.
Kalian tau apa yang baru aku lihat? Ah tidak-tidak bukan hantu, tapi pangeran. Magsudku pangeran sungguhan!
Hey!!! Dia pangeran dari Brunei, yang viral beberapa minggu yang lalu di media sosial. Apa aku sedang bermimpi sekarang?
"Tidak, kau sedang tidak bermimpi sekarang," lagi, dia berbicara. Aku menunjuk diriku sendiri, bertanya apa dia berbicara kepadaku.
"Disini tidak ada orang selain kita kan? Tentu saja aku berbicara kepadamu," jawab dia mengerti isyaratku. Sampai sekarang aku masih belum percaya siapa yang sedang aku hadapi saat ini.
"wow" ucapku pelan tak sadar, dia menoleh dan tertawa kecil yang bisa saja membuat penggemar-penggemarnya kegirangan.
"Aku tau aku setampan itu. Tapi apa kau belum pernah bertemu orang setampan aku sebelumnya?" Setelah dia tertawa, dia berkata seperti itu.
Aku mencoba menetralkan diriku, menoleh kesana kemari memastikan tidak ada yang melihat kita.
"Kau... kau sedang apa disini? Kau tidak takut penggemarmu akan datang menyerbumu, hah?" Tanyaku bingung, magsudku buat apa dia ada di kota kecil ini?
"Apa kau bodoh? Ini rumah sakit, ya aku mengantarkan seseorang 'berobat' di rumah sakit ini,"
Hey... apa orang ini baru menyebutku bodoh?
"Oh hanya mengantarkan, kukira kamu yang sedang sakit sekarang," aku menjawabnya, dan dia menoleh cepat kearahku.
Setelah itu kita larut dalam lamunan masing-masing, eh? Apa dia marah padaku karena aku mengira dirinya sakit? Wah, apa yang terjadi setelah ini kepadaku jika seorang pangeran marah kepadaku?
Apa aku akan dieksukesi seperti di drama korea? Tidak-tidak, tidak akan terjadi, itu hanya fantasi kan.. Tapi siapa yang bisa menjamin aku akan aman?
"Kau marah padaku?" Tanyaku membuka pembicaraan lagi, dia menoleh dan mengangguk.
Dan setelah itu aku lemas, lagi-lagi kita larut dalam pikiran masing-masing, yang sedang aku pikirkan sekarang adalah... apa aku harus pergi sekarang?
Aku memulai ancang-ancang berdiri, tapi dia malah berbicara dan membuatku duduk tegak.
"Kau, bagaimana jika kau depresi?" Tanyanya.
"Aku? O-oh aku, kalau aku.. aku tidak pernah merasa depresi," jawabku seadanya, dia menoleh dan menaikan alisnya tidak percaya.
"Magsudku, aku tidak tau depresi sebenarnya itu bagaimana, tapi akhir akhir ini aku selalu berpikir berlebihan setiap malam," jawabku lagi.
"Overthinking? Kenapa tidak mencoba ke psikolog?" Tanyanya, aku mulai menyandarkan bahu-ku santai dan tersenyum.
"Aku tidak sekaya kamu, kakak-ku koma, sudah hampir 6 bulan. Aku tidak ingin menambah beban keluarga-ku, terlebih lagi kakak laki-laki ku bekerja sendiri, lagi pula overthingking bukan hal yang berat menurutku, semua orang pasti pernah merasakannya," jawabku membuat dia mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Jadi itu yang menganggumu sedari tadi?" Aku mengangguk dan menjawab "ya... salah satunya itu,"
"Kau sendiri.. kenapa kau memilih rumah sakit ini? Bukan kah masih banyak rumah sakit besar di jakarta atau kota lain atau bahkan di negaramu sendiri?" Lanjutku.
"Psiater lulusan terbaik di Brunei ternyata bekewarganegaraan Indonesia, ya aku ingin memakai yang terbaik lah. Tapi sebenarnya dia tidak praktek di rumah sakit ini, hanya saja prakteknya dipindahkan sementara agar tidak ada media yang menyorot," jelasnya panjang, aku hanya mengangguk-ngangguk saja.
Aku baru menyadari satu hal "Tapi, kau... kau kenapa tidak sedang berbicara dengan psikiatermu?"
*
Hai... hope yall like it ☺🤗
Mohon bantuannya ya, kalau ada typo atau salah komen aja biar aku revisi, hehe trimakasih
Jangan lupa untuk vote sama komen ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
ordinary me
Fanfictionaku yang biasa, bisa apa mencintaimu yang luar biasa? -Raina Shakira katanya, jika dua orang yang saling tidak mengenal bertemu secara tidak sengaja selama tiga kali, jodoh ya? -Abdul Mateen