Sehun's Confession

1.6K 118 12
                                    

Deringan ponsel menghentikanku yang sedang menyanyikan sebuah lagu yang terputar di radio. Awalnya kupikir deringan ponsel itu berasal dari ponselku tetapi aku menyadari tasku tidak bergetar sama sekali. Kemudian aku menatap Sehun yang masih sibuk menatap jalan raya. Tatapannya seolah-olah ia sedang mengikuti ujian mengemudi saja, terlalu serius.

"Ponselmu, kau tidak akan mengangkatnya?"

Sehun melirikku sejenak sebelum kembali fokus pada jalan raya, "Tidak berniat. Kau ingin mengangkatnya untukku?"

Aku memikirkan tawarannya sejenak. Tidak biasanya Sehun memintaku untuk mengangkat panggilan untuknya. Lagipula, aku bukan tipe kekasih yang akan mencurigai apa pun sampai mengecek isi ponsel beserta seluruh akun. Tidak seperti seseorang yang selalu melakukannya padaku, Oh Sehun tidak akan pernah membiarkan pria lain mendekatiku dengan mudah.

Aku tidak terlalu suka menggali privasi orang lain dan sebenarnya aku juga tidak terlalu suka pada orang yang mencoba menggali privasiku, tetapi Sehun pengecualian. Beberapa dari mantan kekasihku juga seperti dirinya, terlalu mencampuri privasiku, dan aku berakhir memutuskan mereka. Tetapi Sehun benar-benar pengecualian karena pria ini sudah seperti kakak laki-lakiku sendiri.

Yah, lagipula kapan lagi aku mendapat kesempatan untuk melihat ponsel miliknya tanpa harus memintanya, kan? Harga diriku terlalu tinggi untuk memohon hal seperti ini.

"Boleh, dimana ponselmu?"

"Kantung celanaku sebelah kiri. Ini bergetar sejak tadi."

Aku terdiam sesaat sebelum menatap Sehun dengan heran. Sudah tahu bergetar kenapa tidak diangkat?

"Kau yang paling dekat, ambilkan untukku."

"Aku sedang menyetir, Sejeong-ah."

Aku memutar kedua bola mataku, "Kau masih bisa menatap jalan raya sementara tanganmu mengambilkan ponselmu untukku, Sehun-hyung."

"Kalau aku rindu bagaimana?" Aku membuka mulutku setelah pertanyaan konyol Sehun terlontar begitu saja. Berdebat dengan Sehun memang tidak akan ada habisnya.

"Kau akan rindu jalan raya hanya karena kau berpaling untuk mengambil ponselmu? Astaga kau benar-benar konyol, Sehun-hyung. Aku tidak percaya mengencani pria paling diincar di kampus, mungkin yang benar adalah aku sedang mengencani pria terkonyol sejagat raya."

"Yah, maaf saja, tetapi kau bahkan tidak bisa menolak kehadiran pria terkonyol ini. Aku memang terlalu tampan dengan pesona yang kuat. Sudah ambil saja sendiri kalau kau ingin mengangkatnya. Aku juga tidak berniat mengangkatnya."

"Oh Tuhan, kau percaya diri sekali," Aku menggelengkan kepalaku menanggapi kelakuannya.

Pada akhirnya tangan kananku terulur untuk mencapai kantung celana Sehun dan membuat tubuhku harus lebih maju dari posisi semula sementara tangan kiriku menopang tubuhku pada kursi kemudi Sehun. Tanganku berhenti ketika deringan ponsel tidak lagi terdengar. Astaga, kami menghabiskan banyak waktu hanya untuk memperdebatkan hal yang tidak penting.

"Ponselmu mati."

"Kau menghalangi pandanganku."

Aku menatap ke arahnya dan ia juga menatap ke arahku. Jarak kami terlalu dekat dan aku dapat melihat Sehun menyeringai. Sepertinya Sehun benar-benar hidup hanya untuk mempermainkanku. Aku hendak kembali ke kursiku, tetapi yang terjadi setelahnya adalah Sehun mencium pipiku. Seulas senyum tanpa dosa tersungging di wajahnya yang tampan.

"Ya!"

"Kau benar-benar manis, Sejeong-ah."

"Aku tidak percaya ini. Kau benar-benar punya sejuta cara ya, hyung?"

Kiss Monster [Sehun, Sejeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang