I

1.4K 88 0
                                    

Sekolah itu terlihat sama mengerikannya dengan penampungan tempat tinggalku dulu. Dinding-dinding dari bata abu-abu berdiri dikelilingi hutan dengan pepohonan tinggi, membuatnya terlihat seperti kastil tempat tinggal para hantu. Jendelanya kuno seperti bentuk jendela khas istana zaman dulu. Atapnya yang tinggi mengerucut di puncaknya terbuat dari bata-bata merah dan mungkin itu adalah loteng. Pintu masuknya juga bergaya kastil-kastil kuno yang sering kulihat di buku milikku. Entah cuma perasaanku atau sekolah berasrama ini memang dibuat menyerupai kastil kuno. Lahannya juga sangat luas. Aku berdiri di depan pintu masuk sekolah yang super besar dan menggenggam erat tali ranselku. Rasanya gugup sekali. Padahal aku bisa saja kabur ke hutan yang sangat luas itu dan bersembunyi disana selama yang aku mau jika saja tidak ada dua orang pengawas asrama yang mengawal di kiri dan kananku, seakan-akan aku bakal kabur kapan saja.

Pintu berderit terbuka dan tampaklah seorang wanita tinggi berkacamata yang menatapku dengan sorot mata dingin dan muka datar. Tipikal orang yang tidak kusuka. Wanita itu memandangiku sesaat dan kemudian tersenyum. Bukan senyum yang tulus, lebih seperti senyum yang sudah terprogam.

"Nona Tacey Abner? Anda datang juga. Selamat datang di Forestside Academy. Namaku Nanny Roth."

"Yeah, um, senang bertemu dengan Anda," jawabku. Dia menyuruh kedua pengawal untuk pergi dan memberi isyarat padaku untuk mengikutinya.

"Kami memiliki fasilitas yang akan kau sukai. Halaman belakang kami bisa kau gunakan untuk bersantai di waktu senggang selama kau tidak membolos pada jam pelajaran. Kami tidak menoleransi anak-anak yang melanggar peraturan sekolah. Makan malam akan dimulai tepat jam 7, sarapan akan dimulai jam 8, dan makan siang akan dimulai jam 12. Usahakan untuk tidak terlambat. Kuharap kau sudah membaca buku peraturan yang sudah diberikan," jelasnya.

"Oh, ya, tentu saja," jawabku. Sebenarnya aku tidak mendengarkan semua penjelasannya. Aku asyik memperhatikan desain bangunan ini. Ternyata di dalamnya tidak jelek-jelek amat. Jauh lebih modern daripada tampilan luarnya. Mirip hotel-hotel mewah. Peraturannya juga ketat. Pantas saja Bibi Grace memasukkanku ke sekolah ini. Apa lagi tujuannya selain membuatku menjadi anak yang penurut dan bukannya pemberontak?

Di lorong, banyak anak-anak berseliweran sambil sesekali menatapku. Mereka memakai seragam sekolah ini dan almamaternya. Warna seragamnya didominasi oleh warna ungu dan hitam. Bu Roth terus menerangkan hal-hal mengenai sekolah ini dan akhirnya mengenai asrama.

"Asrama ada di belakang sekolah. Kau harus melewati halaman sekolah untuk sampai di asrama. Laki-laki dan perempuan berada dalam satu bangunan, makanya tolong jaga sikapmu."

Aku hanya mendengarkan. Bu Roth membawaku ke halaman belakang sekolah. Seperti yang dia bilang, halamannya sangat luas dan banyak pepohonan rindang serta taman yang dipenuhi bunga di sebelah kiri lapangan, kursi-kursi taman diletakkan di bawah pohon-pohon rindang, air mancur antik di tengah-tengah taman, dll. Bayangkan saja sebuah taman yang menurutmu sangat bagus. Mungkin aku bisa menyendiri di kursi taman itu setiap ada waktu senggang atau malam hari.

Bu Roth berdiri di depan pintu asrama yang tidak jauh berbeda dengan pintu masuk sekolah, pintu ganda besar berukir dari kayu.

"Seperti yang bisa kau lihat, ini asramanya. Biar kuantar kau ke kamarmu," ujarnya.

Dia membuka pintu. Lagi-lagi, bagian dalamnya juga tidak jauh berbeda dengan asrama. Lantai ini hanya sebuah ruangan besar dengan interior yang mewah dan ukiran-ukiran yang menawan di dinding dan beberapa meja besar yang tersebar di ruangan serta kursi-kursi yang serasi dengan mejanya. Lantainya terbuat dari marmer cantik. Kutebak ini adalah ruang santai para murid asrama ini di waktu senggang.

"Ruangan ini bisa digunakan sebagai ruang santai para murid dan biasanya digunakan sebagai ruangan untuk acara kunjungan orang tua murid. Ruang makan ada di sebelah kanan, di belakang pintu itu," jelas Bu Roth sambil menunjuk ke arah pintu dari logam kuningan yang menurutku indah.

Bu Roth berjalan ke arah tangga di seberang ruangan. Tangga itu menuju ke balkon di lantai atas. Aku mengikuti di belakangnya. Rasanya aneh menjejaki karpet merah beludru ini dengan flat shoes yang baru saja menginjak-injak tanah di halaman. Baru kali ini seseorang memperbolehkanku masuk ke ruangan mewah dengan sepatu yang baru saja digunakan untuk menginjak tanah di luar. Ya sudah. Di lantai atas hanya ada lorong-lorong panjang berpintu di kiri-kanan dan ada sebuah tangga lagi di ujung lorong yang menuju ke lantai selanjutnya. Kami menaiki tangga sebanyak 3 kali dan itu cukup membuat kakiku pegal mengingat lebar dan panjangnya lorong ini. Apakah disini tidak ada lift atau semacamnya? Bu Roth berhenti di kamar bernomor 313.

"Ini kamarmu. Dan ini kunci kamarmu," Bu Roth memberiku kunci kamar, "bila kau membutuhkan sesuatu, konselor asrama ini, Maria Drew akan membantumu. Sekarang siap-siaplah untuk makan malam. Semoga kau betah tinggal disini dan anggap saja rumah sendiri."

Bu Roth tersenyum lagi dan berbalik meninggalkanku. Aku memperhatikannya sampai dia turun ke lantai bawah dan lenyap dari pandanganku. Aku menghela napas dan berbalik menghadap pintu kamarku. Kubuka kunci pintu dan membuka pintu tersebut. Kamarnya cukup luas untuk ukuran kamar yang hanya akan diisi satu orang anak yang malas bersih-bersih sepertiku. Aku menutup pintu di belakangku dan berjalan pelan ke arah kasur berseprai putih bersih, berniat mengistirahatkan kakiku. Kasurnya empuk dan nyaman.

Sekolah ini memang hebat. Tapi aku merasa Bu Roth bukan orang yang ramah. Aku bisa melihatnya dari caranya menatapku dan caranya tersenyum padaku. Kuharap guru-guru di sekolah ini masih memiliki selera humor yang bagus. Dan semoga aku bisa menjauhkan diri dari murid-murid lain. Peraturan di sekolah ini jelek sekali. Tidak boleh keluar malam kecuali untuk menghadiri makan malam dan pelajaran, tidak boleh terlambat barang sedetik pun, tidak boleh lupa memakai almamater sekolah, dan yang paling buruk : semua murid asrama diharuskan membersihkan kamarnya setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Aku merasa seperti berada di sebuah penjara mewah dan akulah tahanannya. Hebat.

◆ ◆ ◆

A/N :
Hai lagiii! Maaf banget kalo part ini kependekan, soalnya ini cuma awalannya aja. Part selanjutnya bakalan lebih rame, lebih panjang, dan lebih seru deh, janji! Maaf ya lama nggak update, TOD juga belum update lagi. 30% karena lagi gak dapet ide, 70% karena males ngetik, sibuk ngurusin hal-hal di kelas 9 ini, dan sibuk ngomel sana-sini sama temen-temen tentang guru-guru di kelas saya yang gak sesuai harapan. Weits, sahabat saya udah curhat tuh di cerita wattpadnya sendiri. Hahaha, ampuni sayaaaa!! Vomment ditunggu ya~ hehehe.

FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang