Chapter 2 ~ Gadis berambisi

24 10 1
                                    

Seorang gadis berambut biru langit sedang duduk di selasar sembari menguncir rambutnya. Kulit putih pucat berbalut pakaian dengan warna selaras dengan rambut menambah kesan dingin dari gadis tersebut.

Setelah selesai menguncir rambutnya, gadis itu bangkit dari duduk. Tangan mulusnya meraih pedang  yang tergeletak di atas nakas lalu membuka sarung penutup benda tajam tersebut.

Ketika hendak mengayunkan pedangnya, tiba-tiba,

"Atalanta—" suara lembut seseorang yang memanggil namanya membuat gadis itu menoleh dengan cepat ke sumber suara. Sedetik kemudian, sebuah senyum manis merekah terukir di wajah Atalanta.

"Bunda, kapan bunda datang?" Atalanta menyarung kembali pedangnya, meletakkan benda tersebut pada tempatnya semula. Lalu dengan langkah pasti Atalanta berjalan menuju wanita paruh baya yang tengah berdiri di depan pintu sambil membawa secarik kertas. Walaupun sudah berumur, wanita itu tetap kelihatan cantik dengan style kuno daerahnya.

"Barusan nak," jawab wanita tersebut lembut seraya mengelus puncak kepala anaknya.

Atalanta tersenyum bahagia.

"Apa itu bunda?" tanya Atalanta kemudian, penasaran dengan kertas yang dibawa Alkana—ibunya.

"Ini selebaran yang bunda dapatkan di kota, coba kamu lihat." Alkana menyodorkan selebaran tersebut yang langsung diterima oleh Atalanta.

Ia menatap kertas selebaran itu lekat-lekat.

"Indo Magical Fighting?
Bukankah itu—"

Atalanta menghentikan ucapannya. Ia mencoba mengingat-ingat nama yang sudah tidak asing di telinganya itu. Mata birunya ikut bersinar karena terlalu keras berpikir.

"Itu adalah pertarungan paling hebat di Indonesia. Pertarungan memperebutkan permata langka yang hanya ada satu di dunia. Benar kan, Bunda?" ujar Atalanta semangat.

Alkana hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.

"Andaikan aku bisa ikut lomba itu, ayah pasti bangga." sambung Atalanta kemudian.

Mendengar ucapan anakanya, sang ibu langsung mendelik lalu menghela pelan.

"Kamu jangan ikut nak—itu berbahaya."

"Tapi bunda—"

"Kamu ingat kan, ayahmu meninggal karena apa? Karena dia terlalu bodoh mengikuti pertarungan seperti itu." suara Alkana meninggi, ia tidak mau putri satu-satunya itu menjadi korban pertandingan itu lagi setelah suaminya.

"Lalu, apa gunanya ini?"

Atalanta meraih pedangnya lalu membuka sarung penutup benda tersebut. Dengan lihai gadis itu mengayunkan pedangnya hingga mengeluarkan cahaya biru terang.

"Apa gunanya kekuatan ini, Bunda?"

"Percuma saja ayah mewarisi pedang ini padaku jika aku tidak menggunakannya untuk membanggakan dia." ujar Atalanta sambil terus bergelut dengan pedang tersebut.

Crassshhh!!!

"Atalanta hentikan!" sebuah sinar biru berkecepatan tinggi yang berasal dari tangan Alkana sukses membuat pedang yang digenggam erat oleh Atalanta terjatuh ke lantai.

"Hentikan Atalanta! Bunda bilang hentikan!" Nada suara Alkana meninggi. Sorot matanya terlihat penuh amarah.

"Bunda—"

"Bunda gak mau kamu jadi korban selanjutnya gara-gara pertarungan gila itu, Nak."

"Tapi bunda," Atalanta meraih pedangnya yang terjatuh, "Bunda ingat alasan kenapa ayah memberikan pedang ini?" tanyanya pada Alkana yang sedang bungkam.

Alkana terdiam sejenak. Ia mencoba mengingat memori lama yang tersimpan dalam otaknya.

Kamu harus jadi pejuang hebat, Atalanta. Kamu harus menunjukkan pada dunia bahwa keturunan Poisedon masih ada. Ayah ingin kamu mewarisi pedang ini untuk menegakkan kebenaran, Nak.

Alkana memegangi kepalanya yang terasa berat. Entah kenapa setiap dia mengingat perkataan terakhir suaminya itu selalu membuat dia bingung.

Apa yang sebenarnya Poisedon inginkan? Balas dendam?

"Bunda, bunda." panggil Atalanta membuat lamunan ibunya buyar.

"Bunda tidak apa-apa?" tanyanya sembari meletakkan pedangnya di atas nakas.

"Bunda tidak apa-apa, Nak."

"Kalau memang itu keinginan kamu, bunda menyerah. Bunda izinkan kamu mengikuti pertarungan itu," ujar Alkana sambil menatap wajah anaknya.

"Terima kasih, Bunda. Atalanta berjanji akan membanggakan ayah dan bunda." ujar Atalanta semangat.

"Tapi dengan satu syarat—"

"Syarat?" Raut wajah Atalanta terlihat bingung dengan ucapan ibunya.

"Syarat apa bunda?"

"Kamu harus menyamarkan identitas kamu. Kamu jangan pernah bilang ke siapapun kalau kamu adalah anak dari Poisedon."

Atalanta awalnya merasa ragu. Tapi sedetik kemudian rasa ragunya lenyap menjadi api semangat yang membara.

"Baiklah bunda, Atalanta janji!" ujarnya sembari mengepalkan tangan.

Alkana tersenyum tipis lalu mencium puncak kepala anaknya. Lalu dengan langkah pasti wanita paruh baya itu berjalan meninggalkan kamar Atalanta.

Atalanta yang tadi berdiri diam kini beranjak dari tempatnya. Meraih secarik kertas yang ada di atas nakas lalu membacanya kembali lekat-lekat.

"Aku datang, Indo Magical Fighting!" ujarnya sembari tersenyum.

🔥🔥🔥

About Character:

Atalanta

Gadis cantik berusia 17 tahun ini memiliki ambisi yang besar untuk menjadi pemenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis cantik berusia 17 tahun ini memiliki ambisi yang besar untuk menjadi pemenang. Dengan senjata andala berupa sebuah Pedang warisan ayahnya, Atalanta mengikuti perlombaan sebagai peserta dengan usia paling muda.

Nama tarung : Atalanta

Senjata andalan : Ice Sword

Level Kemampuan : Tinggi

Elemen : Combine Air dan Es

Asal daerah : Sumatera Utara

- IMF -




Hy readers...

Gimana? Seru gak?
Tunggu lanjutannya ya
Jangan lupa tinggalkan vote and comment ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indo Magical FightingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang