Kuroka

10 0 0
                                    

Araine berjalan terseok-seok di sebuah tempat. Wajahnya kusut. Kepalanya masih utuh dililit perban yang warnanya sudah tidak putih lagi. Rambutnya acak-acakan, tak berbentuk. Pakaian pasien yang menempel di tubuhnya telah lusuh. Ia benar-benar terlihat seperti gelandangan.

3 hari yang lalu ia masih tertidur manis di atas ranjang, seperti putri tidur.

Ia benar-benar lelah. Menghabiskan waktu 3 hari tanpa makan dan minum bukanlah hal yang mudah. Tidur pun di emperan toko. Bukannya tidak punya tempat tinggal, tapi ia tidak tahu dimana selama ini ia tinggal. Data yang diberikan oleh dokter waktu itu tidak tertera alamat tempat tinggalnya.

Araine benar-benar lelah. Ia lelah memikirkan hidupnya dan nasibnya. Mengingat kembali kejadian tiga hari yang lalu membuatnya heran sekaligus takut. 'Mengapa aku bisa melompat dari lantai tiga? Apakah aku ini seekor binatang?'. Ia benar-benar tak habis pikir.

Hilang ingatan sungguh menyebalkan!

Saat ini ia adalah buronan. Araine yakin betul tentang hal ini. Percakapan polisi dengan dokter waktu itu benar-benar tertuju kepadanya. Walaupun ia tak tahu alasannya. Apakah ia membuat kesalahan? Atau seperti yang dikatakan polisi itu, tersangka perampokan? Bahkan pembunuhan? Benarkah ia melakukan semua itu?

Araine ingin membantah spekulasi itu, namun bahkan ia tak ingat kenyataannya. Ia tidak punya bukti konkret bahwa dirinya tidak bersalah. Saat ini yang harus dilakukan hanyalah mencari makan dan tempat tidur.

"Kalau tidak, aku bisa mati," ucapnya lesu.

Tiba-tiba tubuh Araine ambruk. Di bawah terik matahari yang menjalar, mata Araine mengerjap-ngerjap. Tangannya menggapai-gapai tak keruan.

' Ternyata aku akan mati di sini'

***

"Hei, kamu masih hidup, kan? Ayo bangun!"

Untuk kesekian kalinya, Araine mengerjap-ngerjap. Matanya menangkap sosok siluet yang di 'latar belakangi' oleh langit malam. Siluet itu bergerak-gerak, tangannya menepuk pipi gadis itu. Araine seketika menepis tangan itu dengan kasar. Kemudian ia berusaha bangkit.

"Siapa kau?! Berani sekali kau menyentuhku!" hujat Araine. Suaranya sengau.

Tubuh siluet itu terjerembab. Dengan posisi siluet itu, Araine bisa melihat wajahnya. Wajah seorang perempuan muda, umurnya kurang-lebih sama dengannya. Rambut hitamnya diikat ke belakang, sebagian rambutnya yang tidak terikat menutupi sebelah matanya. Ia menyeringai.

"Kamu kasar sekali," ungkap perempuan itu.

"Apa kau bilang?! Kau yang lebih dulu membuatku marah," bentak Araine.

"Huh, bukan hanya tingkahmu yang seenaknya menepis tanganku tadi, kata-katamu juga kasar," ucap perempuan santai itu sembari menepuk celananya yang berdebu.

Araine hendak menarik kerah baju perempuan itu, namun urung. Tubuhnya kekurangan makanan dan minuman. Ia tidak mampu untuk bangkit. Ia hanya bisa bergumam kesal.

"Padahal aku hanya ingin membantumu," ucap perempuan itu.

"Membantuku?" Araine tidak mengerti.

"Ya, membantumu yang pingsan sejak kutemukan tadi siang," jelas perempuan itu sambil menunjuk Araine.

Araine hanya terdiam. Hening sejenak.

"Siapa namamu?" tanya perempuan berambut hitam itu.

"Araine."

"Namaku Kuroka. Senang bertemu denganmu," perempuan yang mengaku bernama Kuroka itu mengulurkan tangannya.

Araine enggan menerima uluran tangan itu. Kuroka tersenyum, kemudian tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari saku celana Jeans yang dipakainya. Sebuah kotak.

Black RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang