Teriakan

45 0 0
                                    

Entahlah apa yang terjadi didalam sana? Pikirku sembari menoleh kedalam rumah.
Tap...tap...tap
Suara langkah kaki seolah mendekat,langkah itu terdengar begitu cepat dengan hentakkannya!

Kakak kakak kakak
Suara anak kecil yang begitu polos mengagetkanku kembali.
Ya dek,kenapa? Tanyaku panik!
"kak sabrina kak,kak sabrina pingsan" katanya dengan suara ngos-ngosan.
Saat itu ibu dan ayahku sedang keluar dikarenakan ada urusan penting.
-----------------
Masih terkait tentang sabrina,dia adalah adik keduaku yang memiliki paras cantik,bukan memuji itu kenyataan! Hehe
Dia adalah gadis yang ceria,tak pernah terlihat sedih. Sekalipun sedih,dia selalu menyembunyikannya dengan tawanya.
Akhir-akhir ini aku tak lagi menjumpa tawa dalam wajah cantiknya.
Dia tak lagi sama seperti yang dulu. Ya! Dia mulai terlihat murung sejak menerima hasil pemeriksaan kesehatannya.
Dia menderita leukimia stadium 1.
Sabrina melakukan pemeriksaan setelah ujian Nasionalnya selesai,dia tak ingin hasil pemeriksaan mengganggu fokusnya dalam belajar,sebab dia ingin melanjutkan kuliah di sebuah Universitas yang diimpikan sejak SMP.

Hari berganti hari tak banyak yang ku duga dari perubahannya. Kadang pikiranku selalu saja bekerja mengolah kalimat tanya,kemana sabrinaku yang dulu?

Entah berapa lama dia diujung sana,memperhatikanku dengan seksama. Seolah mencari tahu apa yang sedang ku pikirkan.
Kudekati dia,dan bertanya apa yang sedang dia risaukan saat ini.
"Kamu kenapa dek?" Tanyaku sambil mengusap kepalanya!
Kamu kenapa akhir-akhir ini menjadi sosok yang tak pernah kakak kenal.
Dia membisu,tak ada sepatah katapun keluar untuk berucap.

Dek! Akhir hidup kita ini tak ada yang tahu,kamu harus bisa semangat menjalani harimu. Kalo kamu terpuruk begini,gimana ayah sama ibu semangat bekerja. Gimana kakak sama adik mau menghiburmu? Kamu seolah menjauh dari kita,
Aku mohon dek kembalilah menjadi sabrina yang selalu ceria setiap saat.
Suasana pun menjadi hening seketika.
Terdengar hembusan angin menyapa melewati jendela dengan gamblangnya.

Dia menatapku dengan mata berkaca-kaca! Dan tiba-tiba saja suara yang ku nanti itu menyeruak keluar.

"Bertahan hidup dengan sebutir,dua butir obat atau bahkan lebih itu tidaklah mudah kak!" kata adikku sambil meneteskan airmata."

Kau tau,pikiranku selama ini terbebani dengan sakit yang kurasakan setiap saat bersapa. Aku takut,jika suatu saat nanti aku pergi,aku bakal ninggalin kenangan yang begitu sulit kalian lupakan.
Kakak tau,sejak menerima hasil pemeriksaan itu, aku ingin mengakhiri hidupku. Tapi ku kuatkan hatiku, karena aku tak ingin bertingkah sebodoh itu.
Saat itu juga aku merasa tubuhku seakan ambruk,pelangi yang ku jumpai dengan variasi warna ku rasa berubah menjadi hitam putih.
Duniaku gelap kak! Aku tak ingin berada didunia ini lagi,aku takut menyusahkan kalian,aku takut dengan segala hal tentang diriku.
Ku mohon mengertilah kak,aku hanya ingin belajar membiasakan diri menghilang dari kehidupan kalian.
Aku tau ini bodoh! Terserah kau ingin katakan aku apa.
"Kata adikku mengungkapkan segala isi jiwanya" dengan air mata yang menyebrang melewati pipi tembemnya.

Akupun terdiam....
Hanya kata "Iya aku tau dek" yang bisa terucap dari bibirku!

Datanglah si kecil,adik terakhir kami dengan candaan yang begitu polosnya. Kok kak sabrina menangis,kakak nyubit kak sabrina ya? Akupun hanya melontarkan senyum kecil sambil memeluknya,di susul sabrina yang juga ikut memeluk kami.

Akhirnya berkat doa dan usaha yang keras untuk bisa bangkit dari sakit,sabrina mampu melewati kesembuhannya. Meskipun belum sepenuhnya sembuh.

Ungkapan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang