Pandanganku terpaku pada sebuah gedung besar bergaya kuno yang terpampang nyata di depanku. Harus kuakui arsitektur bangunan tersebut cukup mengesankan. Kau seperti melihat perpaduan bangunan kuno dan modern yang terdapat pada bangunan itu. Hanya saja yang membingungkan bagiku, gedung sekolah itu tidak memiliki papan nama seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Namun ayah dan ibu sangat tertarik untuk berbicara dengan kepala sekolah yang baru saja menyambut kami. Seorang wanita bertubuh semampai yang usianya tidak berbeda jauh dengan ayah dan juga ibu.
"Sekolah kami ini sangat senang menerima siswa-siswi yang baru pindah ke daerah Bucklandia. Kami akan sangat senang membantu mereka untuk beradaptasi di sini." Tutur sang kepala sekolah yang kemudian mengarahkan pandangannya padaku.
"Namamu Hana, bukan?" Ia menyipitkan kedua matanya sambil menatapku.
Aku balik menatapnya. "Ya. Dari mana kau tahu namaku?"
Sang kepala sekolah tersenyum menatapku. "Pelajaran pertama, Hana. Kau harus menghormati orang yang lebih tua."
"Panggil aku Ibu Sarah," ucapnya seraya mengajak kami untuk masuk ke dalam ruangannya.
Di dalam ruangan, ayah, ibu, dan Ibu Sarah membicarakan banyak hal. Mulai dari alasan kepindahan mereka ke Bucklandia, catatan terakhir dari sekolah lamaku dan juga Eric, sifat buruk kami berdua seperti aku yang sangat sulit bersosialisasi serta Eric yang sangat hiperaktif dan senang sekali tidur ketika jam pelajaran berlangsung, hingga saat di mana mereka membicarakan biaya administrasi sekolah.
"Sekolah ini tidak memungut biaya apapun. Hanya saja setiap pelajar harus membeli sendiri buku mereka. Ya, dapat kau katakan mereka hanya perlu membayar diri dan kebutuhan mereka sendiri," jelas Bu Sarah
Dan seketika persetujuan pun terjalin antara kedua belah pihak.
"Baiklah. Biar Hana aku yang mengantarnya menuju ruang kelasnya. Sedangkan Eric, wali kelasmu sendiri yang akan menjemputmu."
Bersamaan dengan itu terdengar suara ketukan pintu.
"Ah, tepat sekali! Nona Stacy telah datang. Eric, dia adalah wali kelasmu." Semua orang seakan terkesima melihat penampakan dari wali kelas baru Eric itu. Harus kuakui bentuk wajahnya menunjukkan bahwa dia adalah wanita kelas atas yang tidak bisa dianggap remeh keberadaannya. Wajah yang cantik, tubuh tinggi semampai, serta rambut panjangnya yang ia ikat menjadi satu membuatnya terlihat perfeksionis.
"Akhirnya kalian datang. Aku telah lama menunggu saat-saat seperti ini." Ucap Bu Stacy sambil tersenyum penuh makna padaku.
"Maaf, maksudmu?" Ucap ibu sambil menatap bingung pada Bu Stacy.
"Ah tidak," elaknya. "Aku hanya selalu bersuka saat sekolah ini menerima murid-murid baru dan berprestasi seperti Hana dan Eric."
Aku mendelik, kemudian berujar, "Kau bahkan belum pernah melihat kami sebelumnya. Bagaimana mungkin hal itu terlintas di pikiranmu?" Tanyaku
"Hana!" Tegur ayah
"Baiklah, baik. Sebaiknya Eric dan Hana segera memasuki ruangan mereka. Karena kelas sebentar lagi akan dimulai," ucap Bu Sarah
Segera, aku berpisah dengan ayah dan ibu serta Eric. Harus kuakui, sekolah baruku ini benar-benar besar. Kami berjalan cukup jauh, berbelok ke kiri dan ke kanan, sebelum akhirnya menemukan ruangan kelasku yang berada di lantai 4. Dan satu fakta lagi, sekolah ini tidak memiliki lift. Kurasa sekolah ini menerapkan sistem gaya hidup sehat untuk membantumu memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Pintu kelas dibuka dengan begitu anggun oleh Bu Sarah, menampilkan suasana kelas yang sangat syahdu. Kutatap sekilas wajah-wajah baru yang tengah menatapku dengan penasaran. Untuk sementara pembicaraan dibuka oleh Ibu Sarah. Beliau membicarakan sepatah-dua kata sebelum akhirnya mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
ParanormalKau takkan pernah percaya sampai kau mengalaminya sendiri. Sebuah perjalanan panjang dari Hana dalam memasuki sebuah dunia baru yang bahkan tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Apakah mimpi mampu mendekapmu lebih lama atau kenyataan hidup mampu me...