| 2 | Migrasi Hati

2 0 0
                                    


Bertemu dengan dirimu, bukanlah sengaja.
Melainkan takdir, yang menyuruhnya.

_chia_

Clarissa telah siap mengemas semua barangnya dalam satu koper dua tas. Sungguh merepotkan. Clarissa memanggil tukang kebunnya, dan menyuruh membawakan barang-barangnya turun.

Clarissa menuruni tangga dan melihat hanya mamanya disana. Duduk santai sambil membaca majalah fasion diatas sofa. Clarissa berdehem.

Mamanya, menutup majalah tersebut. Dan melihat anak semata wayangnya. Ini pilihan Clarissa sendiri, yang memang harus Clarissa tanggung resikonya.

"Kamu yakin mau ke jakarta?" Tanya mamanya Clarissa, Maura.

Pertanyaan Maura, tentu bukan hanya untuk satu hal. Yakin untuk berpisah tempat tinggal? Yakin untuk hidup sendirian? Yakin untuk mau diantar kesana? Ya, memang itu yang Clarissa mau.

"Clarissa yakin. Dan mama cukup, percaya sama Clarissa" jawab Clarissa menyakinkan mama dan juga diri Clarissa.

Maura menghembuskan nafas yang panjang. Maura begitu berat, melepas Clarissa hidup diluar sana. Entah apa yang menyebabkan Clarissa tiba-tiba menginginkannya.

Pindah sekolah, pindah rumah, memilih hidup sendiri, Maura dan Devandra hanya harus percaya bahwa Clarissa bisa!

"Kamu yakin gak mau mama anter?" Tanya Maura, lagi.

"Iya ma, Clarissa udah besar. Jadi mama sama papa gak perlu khawatir"

Maura berdiri dan memeluk Clarissa penuh sayang. Walau pun, Maura memang jarang meluangkan waktu untuk Clarissa. Tapi, orang tua mana yang merelakan anaknya pergi hidup sendiri diluaran sana.

"Mama udah bilang sama papa, buat kasih kamu uang jajan lebih tiap bulannya. Kamu gak perlu kerja, mama gak mau kamu capek! Jangan makan sembarangan, makan ditempat yang terjamin. Ngerti?"

Clarissa mengangguk dan mengeratkan pelukan Clarissa kepada Maura. Maura mengusap rambut Clarissa lembut. Maura tidak bisa mencegah keinginan Clarissa. Anak semata wayang, yang sangat Maura sayangi.

"Non, maaf. Barang-barang udah diturunin semua. Udah dimasukin ke bagasi juga"

Maura dan Clarissa melepaskan pelukan mereka. Maura menatap Clarissa dengan sendu, seakan tidak rela anaknya pergi. Tapi Maura harus kuat, demi Clarissa seorang.

"Ma, Clarissa pergi" Clarissa berjalan meninggalkan mamanya diruang tamu. Clarissa berjalan dengan pelan, seakan kakinya berat untuk melangkah ke pintu keluar.

"Clarissa". Panggil Maura, Clarissa berbalik menatap Maura yang masih melihat Clarissa dari sana.

"Rumah, motor, sama masuk sekolah kamu. Udah mama sama papa siapin. Kamu gak perlu kerja, gak per-"

"Mah, Clarissa tau,"

Maura tersenyum melihat Clarissa, memang anak yang kuat. Maura bahkan, tidak pernah hidup sendirian. Tapi, Clarissa? Maura kagum padanya.

"Hati-hati dijalan sayang"

Clarissa tersenyum.

___

Clarissa sampai di stasiun bis. Yang akan membawanya langsung ke jakarta. Clarissa yang meminta, agar diantar hanya sampai stasiun ini.

Clarissa tidak ingin, acara kemandiriannya malah membuat kedua orang tua Clarissa semakin repot. Walau Clarissa tau, mereka pasti hanya menyuruh orang untuk melakukannya.

Clarissa masuk kedalam bis. Tanpa membawa barang-barang dan hanya tas selempang, keperluan pribadi. Semua paksaan Maura yang pasti akan berdesakkan dengan orang lain.

Thank You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang