***

16 3 0
                                    

Seperti biasanya, fajar mulai muncul. Semburat kemerahan mulai menampakkan diri dari ufuk timur. Puluhan burung satu persatu mulai bersiul, ayam-ayam mulai memainkan rutinitas paginya dengan bersuara memberi alarm pada dunia.

Sayang sekali alarm itu tidak diperuntukkan untuk Derana. Bagaimana mungkin diperdengarkan untuknya, sedangkan dia sendiri sudah terbangun sebelum alarm itu mengguncang dunia.

Begitulah keseharian Derana...setiap hari dia bangun pukul tiga dini hari. Bukan tanpa alasan, melainkan karena seribu alasan.

Alasan yang membuatnya bisa tetap makan dan bersekolah setiap hari.

"Rana, kamu sudah setrika semua, nak?"

"Belum bu, dikit lagi selesai kok"

" Yaudah kalau sudah selesai bantu ibu bungkus kuenya ya,nak"

"Beres bu"

Alasan utama yang membuat Derana bangun lebih awal adalah membantu pekerjaan Ibunya, Ibu Yanti namanya. Wanita yang kesehariannya bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan penjual kue keliling.

Setiap pagi Rana harus membantu melipat dan menyetrika baju-baju orang yang menyewa tenaga ibu. Setelah itu, Rana melaksanakan kewajibannya shalat subuh bersama Bapak di masjid.

Sepulang dari masjid, tak jarang Rana membantu bapak mencabuti singkong di samping rumah sebagai pengganjal perut sebelum beraktivitas.

Tak sampai disitu saja. Setiap hari Rana harus rela menjinjing keranjang kue untuk di titipkan ke warung dekat sekolahnya yang jaraknya sekitar tujuh km dari rumah. Beruntungnya, Rana masih mempunyai sebuah sepeda yang diberikan tetangganya sebagai upah membersihkan ladang.

Sepulang dari sekolah, dia harus membantu bapak menjahit sepatu yang merupakan sumber pendapatan utama keluargannya. Setelah itu, menggiring tiga ekor kambingnya ke padang rumput di atas bukit untuk diberi makan sudah menjadi rutinitasnya.

Sungguh sebuah kehidupan yang berat yang dijalani oleh seorang bocah diusianya yang masih begitu muda.

Ketika teman sebayanya sibuk memikirkan permainan apa yang akan di mainkan esok hari, dia justru sibuk memikirkan bagaimana cara agar bisa makan di esok hari.

***

"Bu...ini kuenya"

"Ohh sudah datang kamu, Rana. Tumben kamu telat hari ini?"

Tanya seorang wanita penjaga warung yang setiap hari dititipi kue oleh Rana.Namanya Ibu Kasma. Orangnya sedikit gemuk dan banyak bicara. Persis seperti ibu kos di kota-kota.

" Tadi bantuin bapak cabut singkong bu"

" Gitu ya...hari ini bawa berapa biji?"

"30 bu"

"Okedeh saya usahain habis ya. Ini buat kamu"

Ibu Kasma menyodorkan sebuah permen untuk Rana. Dia tidak terlalu dekat dengan anak-anak, tapi berbeda dengan Rana. Menurutnya Rana itu anak yang baik dan pekerja keras, jadi setiap pagi setelah mengantar kue, Ibu Kasma selalu memberi imbalan kepada Rana. Entah itu kue, permen, bahkan sampai alat tulis.

"Makasih, bu"

***

06.20 pm.

Suasana kelas masih sangat sepi. Yang terlihat hanya beberapa orang siswa yang berlalu-lalang di depan kelas Rana.

Hal ini tentu sudah biasa di rasakan bocah itu. Setiap pagi dia selalu menjadi siswa yang paling awal datang ke sekolah. Tak heran jika semua guru sangat suka padanya.

Tidak hanya rajin, Rana juga termasuk siswa yang pandai. Dia selalu menempati peringkat kedua di kelas sekaligus peringkat ke lima umum. Menurutnya, satu-satunya cara agar dia bisa bebas dari kemelaratan adalah dengan bersekolah setinggi mungkin.

Meskipun sangat sulit bersekolah sekaligus bekerja, Rana harus bisa menyeimbangkan antara bekerja dan belajar. Bekerja dilakukan di siang hari dan belajar di malam hari.

" Oi...Tukang kue!"

Sebuah tangan dengan kasar memukul pundak Rana yang sedang sibuk membuka dan mengamati buku-buku pelajaran.

" Gimana? yang kemarin, PR gua udah kelar blom?"

Dengan nada yang kasar dan setengah berteriak, dia duduk tepat di atas meja Derana.

Dia adalah Arlin, anak dari Kepala Yayasan yang sangat terkenal di sekolah. Tapi, dia terkenal bukan karena prestasi, melainkan karena sensasi. Dia sangat suka menjuluki siswa lain berdasarkan pekerjaan orang tuanya. Contohnya adalah Rana, julukannya adalah tukang kue karena ibunya menjual kue.

" Maaf, Lin belum kelar. Kemarin lagi sibuk"

Dengan tenang Rana menjelaskan kepada Arlin. Rana sudah tahu kalau sebentar lagi Arlin pasti akan meledak. Dapat dilihat dari rahangnya yang sudah menegang dan tangannya sudah mengepal.

" Heh! sok sibuk banget lo ya jadi orang! Ohh..gua tau, kemarin kan lo lagi masak-masak yah, trus lo juga sibuk jualan kue. Ya emang sih, lo kan orang susah, nggak heran si gua"

Derana kembali menenangkan pikirannya. Sudah seratus kali dia berstigfar untuk mengontrol hatinya. Ingin sekali rasanya dia menonjok orang arogan itu. Jika bukan karena teringat kata-kata bapaknya bahwa laki-laki harus selalu berkepala dingin, mungkin saja dari dulu Arlin sudah menjadi pasien rumah sakit mengingat Derana adalah anak yang sudah lama mempelajari teknik pencat silat dari tetangganya.

Beberapa temannya pun hanya bisa diam tidak berkutik, mereka tentu saja merasa takut berurusan dengan Arlin yang notabene memang sangat sombong. Memang dia arogan, tapi dia begitu lemah, hanya mengandalkan kata kasar dan jabatan bapaknya untuk melawan. Apabila menyangkut masalah tenaga, tentu saja dia hanya seperti biji kapas.

"Eh..kenapa diam? Tuli lo? Atau ada kue nyangkut di telinga lo? Atau mungkin sepatu? Oiyya bapak lo kan tukang jait sepatu. Keluarga lo hebat banget ya, Tukang sepatu, tukang kue, dan lo? Tukang becak ya? Lo kan punya sepeda butut."

Derana benar-benar sudah tidak tahan dengan semua perkataan kotor Arlin. Pikirannya sedari tadi sudah mulai bengkok ke arah yang salah. Jika bukan karena bel masuk yang sudah berbunyi, sudah di pastikan Arlin benar-benar manjadi penghuni rumah sakit.

" Ingat lo! Besok PR gua harus kelar! Kalo nggak, lo yang kelar."

Rana hanya bisa diam dan beristigfar dalam hati. Hari ini bel masuk benar-benar menyelamatkan kepribadiannya. Hampir saja dia kelepasan sehingga kehilangan kepercayaan para guru dan menjadi seorang kriminal di sekolah.

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang