Musim panas tahun ini sama saja seperti musim panas pada tahun-tahun sebelumnya, berdiam diri di rumah.Kenapa? Karena aku tidak memiliki cukup uang untuk berlibur. Orang tuaku tidak akan memberi ku uang secara cuma-cuma. Apalagi jika uang itu aku gunakan untuk berlibur, mereka bilang itu akan membuat uang mubazir.
Orang tuaku sangat baik hati bukan?
"Mija!". Teriak ibuku dari bawah.
"Ya, bu. Ada apa?".
"Turunlah, sayang. Temanmu sedang menunggumu".
Teman? Siapa temanku yang datang ke rumahku pada musim panas? Biasanya tidak ada.
"Baiklah, tunggu sebentar".
Aku pun keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat orang yang sedang menunggu ku. Dia adalah William! Kuulangi orang yang sedang menunggu ku itu ialah William, kekasih temanku sendiri, Katherine.
Ya, walaupun sebenarnya aku sudah menyukainya dari dulu, tapi dia kan sudah memiliki kekasih. Jadi ya begitulah. Aku menerima kenyataan ini asalkan Will bahagia.
Mengapa ia datang ke rumahku?
Kulihat William sedang duduk bersama ayahku di ruang tamu.
"Sayang, kau sudah siap rupanya". Kata ayahku membuka pembicaraan.
Aku hanya tersenyum.
"Bersenang-senanglah, nak. Dan jaga anakku dengan baik". Kata ayah sambil menepuk bahu William, kemudian melenggang pergi.
"Ayo, Mija!". Kata William padaku.
"Kemana?". Tanyaku sambil menaikkan sebelah alis.
"Berlibur". Jawabnya enteng.
"Kenapa harus denganku? Kenapa tidak dengan Katherine saja?". Tanyaku lagi.
"Sudahlah, jangan banyak bicara! Ayo kita berangkat". Jawabnya sambil menarik tanganku.
Kulihat sebuah mobil berwarna hitam pekat terparkir di halaman rumahku.
William pun membukakan pintu mobil untukku.
Aku pun masuk.Sudah setengah jam kami berkendara namun William masih saja tidak memberi tahu tujuan kami.
"Will," kataku pelan.
"Apa?" Jawabnya singkat sambil terus fokus pada kemudi.
"Tolong katakan padaku kemana kita akan pergi, Will?"
Namun, William tidak menjawab.
"Cepat jawab!"
"Kau ini sedang susah ya?"
"Hah? Susah?"
"Ya. Menurut teoriku, manusia akan lebih banyak berbicara ketika ia sedang susah."
"Teori macam apa itu?" Tanyaku, aneh.
"Entahlah aku juga tidak tahu." Jawabnya sambil tersenyum, sungguh menawan.
"Kau mau kemana?"
"Apa maksudmu?"
"Dasar bodoh." Gumamnya.
"Aku mendengarnya, Will! Cepat katakan kemana kita akan pergi?"
"Sudah kubilang, aku akan mengajak mu berlibur. Dan aku sudah menanyaimu kau mau berlibur kemana?"