Chap-1

26.3K 1.2K 26
                                    

Namaku Uchiha Sasuke. Aku seorang siswa di salah satu sekolah yang tidak terlalu terkenal. Tidak ada hal yang mencolok dariku kecuali kecerdasan dan pesonaku. Aku tau.. Aku memang sempurna.

Diusiaku yang ke-19 tahun, statusku sebentar lagi bukan hanya seorang siswa SMA. Tapi.....

Ceklek...

"Aku pulang..." gumamku. Aku membuka sepatuku lalu mengambil sendal rumah dirak kecil yang menepel di dinding.

Seluruh ruangan gelap dan hanya lampu dapur yang menyala. Dengan perlahan aku mendekati dapur.

Aku menghela nafas penuh sesal saat melihat seorang yang seumuranku tengah tertidur dengan menumpu pada meja bulat kecil didapur. Aku meringis saat melihat kaki itu yang terlipat.

'Oh! Orang macam apa aku ini... Kakinya akan sakit jika terus begitu' batinku. Aku berjalan mendekatinya, menyimpan kantong keresek berisis makan malam kami.

Aku kembali merutuk pada diriku saat melihat dua piring kosong dan dua gelas air penuh dimeja itu. 'Sial! Dia pasti kelaparan!' batinku lagi.

Aku mengusap lembut surai pirang itu. Sebelum dengan perlahan menyelinapkan tanganku yang lain kebawah dan mengusap perut sedikit besar itu. Dapatku rasakan gerakkan kecil disana.

Dia adalah Uzumaki Naruto. Teman sekelasku. Dulu aku tidak terlalu dekat dengannya. Tapi... Sejak festival enam bulan lalu... Aku membuat kesalahan yang tidak akan pernah aku sesali.

Saat itu, setelah acara festival tahunan sekolah selesai, kelas kami memutuskan untuk pergi minum. Kurasa saat itu aku terlalu banyak minum, dan mungkin semua anak-anak juga. Mereka tampak kacau dan tidak terkendali.

Saat itu aku ingat dengan jelas, Naruto yang duduk disudut ruangan dan tampak bingung. Tentu saja, dia anak baru disekolah. Ya, anak baru dan yatim piatu. Itu alasan yang cukup untuk membully nya setiap saat.

Aku lihat beberapa murid laki-laki mulai mengerubunginya lalu memegangi kedua lengannya. Mereka memaksa Naruto untuk meminun beberapa gelas alkohol.

Empat gelas sudah cukup membuat Naruto benar-benar mabuk dan muntah. Semua orang tertawa puas melihat Naruto terkapar begitu saja dengan seragam yang basah dan juga bau.

Entah apa yang kupikirkan saat itu, Namun aku membawa pulang Naruto ke apartemenku. Kurasa itu karena sikap refleks ki sebagai ketua.

Dan, ya.... Saat aku merebahkannya diranjang. Membuka satu persatu kain yang menutupi tubuhnya... Saat itu tiba-tiba pikiranku kosong. Ku pikir karena efek alkohol. Namun aku ingat saat Naruto menangis dan berontak dibawahku....

Mengingat itu, Aku selalu berpikir... Apa yang ada dalam benaknya. Aku mengusap kembali helai rambut yang menutupi keningnya. Lalu menciumnya perlahan.

Keesokan paginya, aku tidak menemukannya dimana pun, bahkan di sekolah. Aku bersikap tidak peduli. Aku juga bersyukur dia tidak ada dalam jarak pandanganku. Jujur saja saat itu aku bingung harus bersikap seperti apa setelah menidurinya beberapa kali semalam. Ekhem...

Seminggu kemudian dia kembali sekolah. Wajahnya tampak pucat dan pandangannya terlihat kosong dan sesekali dia mengusap perutnya. Dia juga lebih banyak diam dan menghindar saat anak-anak mulai membully nya. Tidak seperti hari hari sebelumnya, meski sedikit dia melakukan perlawanan.

Minggu-minggu selanjutnya aku melihat keadaannya semakin mengkhawatirnya. Wajahnya terlihat pucat. Dia juga sering bolak balik ke ruang UKS sekolah.

Sampai saat pulang sekolah, aku menemukannya pingsan dikamar mandi. Aku membawanya kekelinik terdekat karena ruang UKS sudah tutup.

"Ini aneh sekali. Maaf sebelumnya. Tapi, apa kalian sepasang keksasih?" aku mengernyitkan alisku saat dokter itu bertanya seperti itu. "Kami bukan. Aku hanya teman sekelasnya. Apa yang terjadi?" aku melihat dokter memejamkan matanya tampak sedang berpikir.

"Aku tidak yakin sebenarnya. Tapi melihat dari beberapa hal disini. Aku pikir dia... Tengah hamil??"

"...hah?!.. Kau pasti bercanda. Dia laki-laki, tidak mungkin hamil.."

"Hah... Maka dari itu aku membuat surat ini. Pergilah kerumah sakit untuk memastikannya."

Setelah itu aku pun membawanya kerumah sakit. Dan tentang 'kehamilan' itu memang benar. Aku menatap tak percaya pada Naruto yang tengah menunduk disampingku sedangkan dokter menerangkan kenapa semua ini terjadi.

Aku pikir karena dia anak dari panti asuhan dan tak banyak tingkah, dia adalah murid baik-baik. Entah mengapa aku merasa kecewa begitu tahu jika Naruto sama saja dengan murid yang lain.

Satu bulan setelahnya sekolah mengumumkan kalau Naruto dikeluarkan dari sekolah. Aku tidak terlalu terkejut. Karna aku tahu cepat atau lambat kehamilannya pasti akan ketahuan.

Meski begitu, saat itu merasa ada sesuatu yang salah dengan semua tebakkanku.

Dan pada akhirnya aku mengetahui fakta jika anak yang Naruto kandung adalah anakku setelah seorang anak panti yang sama dengan Naruto menghadangku lalu memukulku sampai babak belur.

Aku tidak percaya tentu saja, tetapi setelah orang yang bernama Kiba itu 'menjelaskan' dengan sangat detail. Aku tau dunia pasti sedang menghukumku.

Hah... Saat itu adalah saat paling sulit untukku. Terutama meyakinkan Naruto kalau aku akan bertanggung jawab.

Aku melirik jam, sudah jam sembilan lewat. Hari ini aku terpaksa pulang terlambat karena toko bunga tempatku bekerja part time sedang banyak pelanggan.

"..Naru.. Bangunlah.. Makan malam dulu." bisikku lembut sambil mengusap rambutnya dan sesekali mencium pipi tembemnya.

Naruto bergumam sedikit terusik lalu mengerjapkan matanya. Saat dia membuka mata, Aku tidak akan pernah bosan untuk memuji betapa cantik mata biru itu.

"Mmmhh... Suke.. Kau sudah pulang.. Maaf aku ketiduran." gumamnya dengan suara khas bangun tidur. Aku merapikan rambutnya. Lalu membantunya meluruskan kaki. naru sedikit meringis saat kakinya di gerakkan.

"Maafkan aku.. Kakimu menjadi sakit. Lain kali aku berjanji akan pulang tepat waktu." ucapku seraya memijit pelan kedua kakinya. Naruto berguma "tidak apa-apa" dengan wajah merona.

Setelah Naruto bilang sudah agak baikan aku pun memindahkan makan yang ku bawa pada piring kosong Naruto. "Maafkan aku, hari ini kita hanya makan malam ini saja." ucapku lagi. "Katakan 'aaaa'."

"Aaa"

Malam itu kami menghabiskan satu piring nasi goreng bersama lalu tidur. Tentu saja setelah aku mandi.

Tbc...

Together...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang