Aku memakai sepatu sekolahku lalu mengambil tas dan memakainya dipunggung.
Naruto berdiri sambil mengelus perutnya. Aku meraih wajah manis itu lalu mencium kening, pucuk hidung dan bibirnya. Lalu aku berjongkok mensejajarkan wajahku dengan perut Naruto.
"Nah, ayah berangkat sekolah dulu ne, jadilah anak yang baik untukku dan juga untuk ibu." Aku menggesekkan hidungku gemas sebelum mencium perut itu. Tanganku mengusap perut itu perlahan.
Dan saat itu merasakan tendangan yang cukup keras ditanganku. Jantungku berdegup kencang, aku tak bisa menggerakkan tubuhku. Aku menatap kagum perut besar itu, dan aku merasakan bahwa wajahku memanas.
Aku mendongakkan kepala ku menatap Naruto, Naruto sama halnya denganku. Ia tampak terkejut sekaligus kagum.
"Dia... Baru saja... Meresponku??" gumamku tidak percaya. Aku kembali mengusap perut itu, lagi, aku merasakan tendangan ditanganku. Dengan cepat aku memeluk perut itu lalu menciumnya dengan gemas.
"Aaaaahhh!!! Aku sangat bahagiaaaa!!! Hahaha... Ne ne kau tau aku ini ayahmu?? Kau tau?" Aku menempelkan telingaku pada perut itu berharap aku mendengar suaranya. Namun yang kudengar hanya tawa tertahan Naruto.
Aku berdiri setelah mencium perut itu untuk kesekian kalinya. "Err.. Bolehkah hari ini aku bolos sekolah?? Aku ingin menghabiskan waktu bersama dengan kalian." mohon ku sambil menatap sungguh sungguh pada mata biru Naruto.
Aku melihat Naruto mengerutkan dahinya tidak senang. "Tidak boleh. Sebentar lagi ujian akhir semester, dan bukankah hari ini ada Ulangan?" Ucap Naruto sambil melipat tangannya.
"Hah... Baiklah. Oh, karena hari ini toko bunga tempatku kerja libur, aku akan pulang cepat. Kau ingin sesuatu saat aku pulang nanti?"
"Errm.. Sebenarnya aku ingin sekali buah strawberry." Naruto berkata lirih sambil menundukkan kepalanya.
"Strawberry ya..." gumamku. Strawberry lumayan mahal. Tapi....
"A..aaaahh.. L-lupakan Saja suke, kau tak perlu membelinya. Hahaha... K-ku rasa aku saat ini tidak terlalu menginginkannya.." tiba-tiba Naruto berkata dengan gugup.
Aku mengusap rambutnya lembut lalu mencium pipinya. "Akan ku belikan. Aku bisa mengambil sedikit dari uang simpanan kita." Kataku sebelum membuka pintu, dapat kudengar Naruto mengucapkan Terimakasih dengan pelan.
***
Setelah mengganti sepatu, aku pun berjalan menuju kelas yang ada dilantai tiga.
Sepanjang koridor siswa dan siswi menatapku dengan aneh. Beberpa dari mereka menyapaku dan aku membalasnya dengan senyum.
Kejadian saat anakku merespon ku tadi pagi membuat suasana hatiku begitu bagus hari ini.
"Kau terlihat bersinar dan penuh bunga musin semi, Sasuke." Shikamaru. Teman sekelas dan sebangku ku berkomentar disampingku. "Sial! Kau membuatku terkejut, Rusa." Shikamaru mengedikkan bahu nya acuh membuatku mendengus kesal.
Saat dikami berjalan tak sengaja aku melihat Kurinei-sensei keluar dari ruang UKS. Dengan cepat aku berlari menghampirinya.
"Kurinei-sensei!"
"Oh, Sasuke-kun?"
"Sensei, apa kau sedang tidak ada tugas?"
"Hmm.. Tidak. Kurasa. Ingin bercerita??"
Aku tersenyum saat wanita yang tengah hamil itu menawarkan diri dengan senyum ramahnya.
Kami duduk dibangku didekat lapangan sekolah. Aku melihat kurinei-sensei memijiti kakinya yang sedikit membengkak. Akupun bangun dari dudukku dan berjongkok disampingnya, meletakkan satu kakinya dipahaku lalu memijitnya pelan.
"Kau tidak perlu melakukannya Sasuke-kun, aku tidak apa-apa. Celanamu bisa kotor karenanya."
"Tidak apa-apa Sensei." gumamku sambil terus memijit pelan kakinya.
"Sensei... Pagi ini untuk pertama kalinya, anakku meresponku saat aku mengajaknya bicara.... Dan itu..... Itu saat mengagumkan. Aku merasakan sesuatu meledak didalamku dan membuat tubuhnya penuh kehangatan yang nyaman." ceritaku. Aku menatap Kurinei-sensei saat tangan lembutnya mengusap pundakku.
"Aku turut bahagianya untukmu, Sasuke-kun. Ah.. Saat ini kandungan Naruto genap enam bulan kan?"
Aku menganggukkan kepalaku sambil terus memijit kaki sensei. Dengan perlahan Sensei menyuruhku untuk kembali duduk disampingnya. "Kakiku sudah tidak pegal lagi, berkatmu. Terimakasih." ucapnya.
Mata merahnya menatap kedepan lalu seulas senyum terpasang dibibir berpoles lipstick merah.
"Kalau begitu saat kelulusan nanti kau akan benar benar menjadi seorang ayah."
Aku melebarkan mataku saat Sensei tersenyum lembut padaku. Wajahku memanas. Aku akan menjadi seorang ayah. Aku tersenyum bahagia lalu menganggukkan kepalaku senang. "Ya, maka dari itu aku harus lebih kuat, karena aku memiliki dua malaikat yang harus ku lindungi."
"Kau memang yang terbaik!" katanya lalu kami pun tertawa.
Aku sudah menganggap kurinei-sensei sebagai ibuku. Dan yang tahu aku ayah dari anak Naruto hanya Kurinei-sensei dan Shikamaru saja disekolah ini. Aku sering bercerita dan meminta saran kepada beliau. Beliau orang yang ramah dan juga baik.
"Ah, kapan sensei akan melahirkan?" tanyaku sambil mengusap lembut perutnya.
"Kemungkinan akhir bulan ini, jadi Hari ini aku berniat untuk mengambil cuti. Hehehe"
"Wah, semoga semuanya lancar ya."
"Terimakasih. Ayo kembali, sebentar lagi bel masuk." aku menganggukkan kepala ku lalu membantunya berdiri dari duduk.
"Ahahaha.. Kau sangat pengertian sekali Sasuke-kun. Aku bisa-bisa jatuh cinta padamu."
"Sayangnya aku tidak tertarik pada tante-tante seperti sensei." candaku
"Apa?! Dasar anak nakal!"
Kami pun tertawa bersama. Aku senang, setidaknya aku masih memiliki sosok wanita yang mau mendengar semua ceritaku.
Tbc..