Satu, karena Jungkook selalu dapat apa pun yang Jimin ingini, dan Jimin benci bagaimana semuanya dibingkai apik hanya untuk Jungkook seorang.***
Pukul setengah sembilan, Jimin sudah ada di dalam mobil.
Rambut Jimin jadi makin acak-acakan karena jendela mobil yang sepenuhnya terbuka. Rokok murahan terselip di bibir, burainya berhamburan seiring udara yang masuk melalui celah.
Jalanan beraspal di depan tampak mengilap terkena cahaya samar matahari. Jimin bisa melihat garis putih putus-putus yang membatasi tiap jalur, gedung besar berkelap-kelip oleh lampu kuning, juga awan matang di atasnyaーkarena itu selalu ingatkan Jimin tentang Jungkook.
Jimin selalu merokok tiap mendung. Tidak ada alasan khusus, sekadar bahwa dia benci mendung juga rokokーjadi kedengarannya bagus sekali jika Jimin gabungkan keduanya; hal yang dia benci karena Jungkook dan hal lainnya karena Jungkook benci itu.
Menjelang dekat kampusnya, pesona Park Jimin yang sesungguhnya mulai terlihat. Beberapa cewek centil mengedipi Jimin saat lampu merah di pertigaan. Jimin sebenarnya tidak keberatan dikedipi begitu, tapi dia risih karena cewek-cewek itu sudah punya pacar dan giliran para cowok yang memelototi Jimin balik.
"Dasar cewek-cewek kegatelan." Dia mendesis sambil mengetukkan jarinya di kemudi mobil, berpikir; apakah Jungkook akan menjerit padanya seperti biasa jika Jimin berucap kasar, seperti hari-hari sebelum Jungkook pergi.
Bukan berarti Jungkook akan Jimin bawa ke kampus. Jimin hanya akan menitipkan Jungkook di keluarga Kim sampai shift malamnya selesai, setelah itu baru menjemput yang lebih muda pukul sebelas malam lewat lebih seperempat.
Kendaraan-kendaraan mulai bergerak, dan beberapa menit kemudian, pikiran Jimin sudah berpindah dari Jungkook ke hal lain yang lebih menyenangkan.
Mungkin dia bisa main softball bareng Taehyung dan Seungcheol saat siang, atau mengerjai senior Yoongi di perpustakaan nanti sore (lalu, Jimin ingat kalau Jungkook selalu pasang ekspresi aneh setiap senior kesayangan Jimin itu menumpang di mobil. Jimin benci bilang ini, tapi dia tidak suka melihat Jungkook yang seperti itu, jadi, dia mencatat dalam hati untuk tidak mengajak Min Yoongi pulang bareng lagi).
Di sudut jalan, sambil menggumamkan pengantar iklan sabun yang diputar di televisi, dan melirik seorang cewek berbedak tebal dari kaca spion mobilnya (Jimin tidak mau mengernyit, sebenarnya. Tapi cewek itu kelihatan seperti burung hantu yang kecanduan make up-dengan tambahan gincu merah seperti dia habis dijedotkan ke tembok), Jimin baru sadar kalau dia malah mengemudi ke arah rumah keluarga Kim.
Separuh hati Jimin bilang dia seperti ini karena sekarang mendung (dan mendung masuk dalam hal yang Jimin benci). Separuh lagi bilang, toh, ini karena dia terbiasa ke sana selama lima tahun belakangan, bukan karena dia rindu Jungkook atau apa yang anak itu perlihatkan pada Jimin tiap pagi.
Jika setelahnya Jimin berkunjung ke rumah keluarga Kim sepulang dari kuliah terakhirnya, membuat bubur tawar untuk makan malam dan mengambil selimut kumal Jungkook yang tersimpan rapat di lemari, itu bukan karena Jimin rindu Jungkook.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗᵃᵏᵉ ᵐᵉ ᵃʷᵃʸ
Fanfictionjimin memimpikan jungkook semalam. semalam yang lalu, semalam kemarin, semalam dulu.