Part 01

447 16 2
                                    

Kulangkahkan kakiku menuju sebuah tempat yang akan membuat hatiku tenang. Tempat dimana aku mengeluarkan semua kekesalanku, tempat yang dapat membuatku nyaman untuk sementara ini.

Suara musik yang berdentum keras terdengar sangat memekakkan telinga. Kulangkahkan kakiku menuju kursi kosong yang ada di tempat ini. Jujur aku tidak terlalu suka tempat ini. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini suasana hatiku sedang kacau, dan saat suasana hatiku sedang kacau pasti aku akan pergi ke tempat ini. Tempat ini benar-benar terlihat menjijikkan.

Kualihkan pandanganku pada seseorang yang kini telah duduk disebelahku. Sejak kapan dia duduk disebelahku, aku terlalu banyak melamun mungkin, Sampai tidak sadar bahwa ada orang disampingku.

"Kau tidak minum? " Dia bertanya sambil memandangku dari atas sampai bawah sambil tersenyum, menurutku itu bukan senyuman.

"Berhenti melihatku seperti itu atau kau tak akan bisa melihat selamanya" Kulihat dia sedikit terkejut dengan ucapanku. Tak lama kemudian dia tersenyum. Senyuman yang sangat manis, tapi tidak bagiku.

"Kau tak ingin meralat ucapanmu nona?" Apa maksudnya, mana mungkin aku meralat ucapan yang sudah aku ucapkan, dasar pria aneh. Hari ini aku benar-benar sial, bagaimana tidak. Aku tidak bisa ikut balapan malam ini, karena motor kesayanganku rusak. Dan saat ini aku bertemu dengan seorang pria yang bisa dibilang cukup aneh, oh kesialan apalagi ini.

"Hei kau mendengarkanku atau tidak?" Dasar pria menyebalkan, sok kenal sok dekat lagi, apakah dia tidak bisa diam.

"Diam bodoh, apakah kau tidak bisa diam?" Kulihat dia sedikit terkejut, hei apa ada yang salah dengan ucapanku.

"Aku heran denganmu, tadi kau mengancamku, sekarang kau mengataiku bodoh, apakah aku berbuat salah?" Dasar pria gila, aku gak habis pikir, kok ada pria macam dia didunia ini dasar idiot. Lebih baik aku mengacuhkannya daripada harus meladeni orang sepertinya.

"Jus jeruk satu" Anehkan ini Bar tapi aku malah memesan jus jeruk, itu karena ini sudah menjadi kebiasaanku saat datang kesini. Jujur aku gak suka minum-minuman beralkohol, meskipun aku sering ke Bar tapi aku jarang meminum alkohol, paling saat suasana hatiku sedang sangat kacau saja baru aku akan minum sampai tepar alias gak sadarkan diri karena terlalu banyak minum. Meskipun saat ini aku sedang bad mood dan butuh pelampiasan, tapi saat ini aku sedang tidak ingin minum, entah kenapa mungkin lagi males aja.

"Nih jus jeruknya" Segera aku meminum pesananku, Dalam satu kali tegukan minuman itu sudah habis, bagaimana tidak aku benar-benar haus, untung gak sampe dehidrasi.

"Kau kelihatan haus sekali" Pria itu benar-benar menyebalkan, dan bodoh. Kulihat dia menjulurkan tangannya. "Perkenalkan Namaku Revan Alvaro"

"Stella Alexander" Aku membalas uluran tangannya, sebenarnya aku malas berkenalan dengannya, tapi saat ku tatap matanya, kelihatannya dia orang baik, semoga saja memang benar dia orang yang baik.

Aku membelalakkan mata, sial bagaimana bisa aku seceroboh ini, saat ini tubuhku benar-benar seperti terbakar, minuman sialan. Aku benar-benar dalam masalah besar sekarang.

"Kau kenapa?" Revan menatapku bingung, bagaimana tidak, saat ini aku sedang menjambak rambutku sendiri.

"Tubuhku rasanya seperti terbakar" Revan mengangkat sebelah alisnya saat mendengar ucapanku, kemudian dia membelalakkan matanya, kurasa dia sudah paham.

"Apa yang harus aku lakukan? " Bisakah dia diam, aku benar-benar pusing sekarang. Dasar brengsek, beraninya orang itu memasukkan obat sialan itu kedalam minumanku. Saat aku tau siapa orangnya, akan aku pastikan dia tak akan hidup lebih lama lagi.

"Aku harus pergi" Aku berdiri dari kursiku dan melangkah keluar dari tempat terkutuk ini, aku harus cepat-cepat pergi sebelum terlambat. Langkahku terhenti saat tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku begitu erat.

"Biar aku antar" Aku belum menyetujui ucapannya, tapi revan sudah menarik tanganku menuju mobilnya. Dia menyuruhku untuk diam, apakah dia tidak tau ini begitu menyiksa.

"Kau ingin membawaku kemana? " Tanyaku saat dia mengendarai mobilnya menuju sebuah apartement yang lumayan besar.

"Kau tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini, jadi kau disini untuk sementara" Saat mobil yang kita tumpangi sudah sampai di parkiran, revan langsung segera turun, dan membukakan pintu mobil untukku dan Dia langsung menarikku, dia pikir aku ini apa. Ditarik-tarik seperti itu, dasar pria tidak jelas. Dia menyeretku masuk menuju apartemennya, untung sepi jadi aku tidak perlu merasa malu diseret-seret seperti ini, dasar pria menyebalkan untung ganteng.

"Ayo masuk" Tanpa disuruhpun aku juga akan masuk, menyebalkan. Aku mengikutinya menuju sebuah pintu, saat pintu itu dibuka ternyata itu sebuah kamar.

"Dimana kamar mandinya?" Dia menunjuk sebuah pintu bewarna hitam, aku segera berjalan menuju pintu itu dengan tergesa-gesa. Aku sudah tidak tahan lagi, tubuhku benar-benar terasa sangat panas.

Aku butuh air dingin, aku butuh berendam. Oh ini begitu menyiksa, dasar minuman sialan.
Aku tidak pernah mengira efeknya akan separah ini.

Aku harus bisa menahannya, tiba-tiba ponselku berbunyi, dengan segera aku mengangkatnya. Siapa yang menelfon malam-malam, benar-benar perusak suasana.

"Halo"

"Sayang, bagaimana kabarmu?, apakah kau baik-baik saja disana?"

" Mamah, ada apa? tumben malem-malem gini telfon"

" Kenapa? Apa mama gak boleh telfon anaknya sendiri?"

"Gak papa sih mah, tapi tumben aja mama nelfon jam segini"

"Ada yang ingin mama omongin sama kamu sayang, dan ini penting makanya mama nelfon kamu malem- malem gini"

"Ada apa ma, bisa gak langsung ngomong ke intinya aja?"

"Aduh anak mama ini gak sabaran banget, kebiasaan deh"

"Mah, aku serius, cepetan deh mama mau ngomong apa?"

"Mama sama papa pengen kamu pulang"

"Tapi mah, aku udah nyaman tinggal disini"

"Oh jadi kamu lebih milih tinggal di prancis sama om dan tante kamu, daripada tinggal disini?"

"Bukan gitu mah"

"Gini aja, kalau kamu beneran sayang sama mama dan papa, besok kamu harus balik ke Indonesia"

"Loh kok gitu sih mah?"

" Oke fine, besok aku pulang"

"Nah itu baru namanya anak mamah"

"Udah ya mah, aku tutup dulu telfonnya"

"Oke, good night princess"

"Too mah"

Kesialan apalagi ini, sudahlah. Saat ini aku harus segera berendam, tubuhku rasanya benar-benar seperti terbakar, ini semua karena obat perangsang sialan itu.

Setelah menutup sambungan telfon dari mama, aku segera menaruh ponselku. Dan buru-buru melepas pakaianku, tanpa pikir panjang aku segera berendam untuk mengurangi efek obat tersebut. Hari yang melelahkan pikirku.

FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang