Part 02

243 14 2
                                    

Setelah beberapa jam berendam, kurasa cukup untuk menghilangkan efek obatnya. Meskipun efek obatnya tidak sepenuhnya hilang, tapi setidaknya dengan berendam efek obatnya akan sedikit berkurang. Ku putuskan untuk menyudahi acara berendamnya, buru-buru aku memakai kembali pakaianku, setelah selesai mengeringkan badanku dengan handuk.

Dengan segera aku mengambil ponselku, yang tadi sempat aku simpan. Saat kulihat jam di ponselku, disana menunjukkan pukul 02.25 pagi. Sial aku harus segera pergi dari sini, aku mencoba membuka pintu kamar mandi ini perlahan agar tidak menimbulkan suara, aku ingin pergi dari tempat ini diam-diam siapa tau berhasil.

"Kau kenapa? Kau seperti pencuri yang ingin kabur saja" Revan memandangku heran, dahinya mengernyit saat melihatku membuka pintu dengan sangat pelan, seperti takut pintunya akan rusak jika aku membukanya dengan kencang. Sial usahaku untuk kabur secara diam-diam ternyata gagal, karena ternyata revan belum tidur, aku rasa dia menungguku.

"Loe bilang apa tadi? Dasar cowok nyebelin, gue buka pintu kayak gitu, supaya loe gak bangun, gue kira loe itu lagi tidur makanya gue gak mau nganggu, malah ngatain" Alasan yang bagus stella loe emang pinter kalau boongin orang, semoga aja dia percaya.

"Sorry bukannya gue ngatain loe, tapi tadi loe emang beneran mirip kayak pencuri yang mau kabur aja, dan Makasih buat perhatiannya" Dia bilang apa? Gue mirip sama pencuri, mana ada pencuri secantik gue, ngaco nie orang, dan dia bilang apa tadi? Perhatian? Gak sudi gue perhatian sama dia, dasar cowok nyebelin pengen gue tampol tau gak.

"Terserah loe, gue harus pergi sekarang, makasih buat bantuannya" Setelah mengucapkan itu gue segera melangkah pergi dari apartemennya.

                            *****

Saat ini gue sedang berdiri di depan sebuah mansion yang sangat besar, mansion ini adalah mansion milik bokap gue. Setelah pergi dari apartemen revan, gue langsung bersiap-siap untuk balik ke Indonesia seperti yang di inginkan nyokap dan bokap gue. Gue buru-buru balik ke Indonesia, supaya bokap dan nyokap gue gak ngamuk, bahaya kalau mereka sampe ngamuk sama gue. Dan kini gue sudah tiba di Indonesia, negara tempat gue lahir, welcome back to my house.

Saat gue sedang asik memandangi mansion bokap gue, tiba-tiba ada seorang lelaki berseragam seperti seorang satpam datang menghampiri gue. "Maaf anda sedang apa disini?" Gue rasa dia satpam yang menjaga mansion ini.

"Maaf pak, bisa bapak buka gerbangnya?, saya ingin masuk" Bukannya membuka gerbang, satpam tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. "Maaf, saya tidak mengenal anda, dan saya tidak bisa membiarkan orang asing masuk ke dalam mansion ini" Apa-apaan dia, dia gak tau apa kalau gue ini anaknya pemilik mansion ini.

"Apa loe bilang? Gue bukan orang asing ya, gue ini Stella Alexander anaknya pemilik mansion ini, mending loe cepetan deh buka gerbangnya sebelum bokap gue lihat, dan gue pastiin saat dia tau apa yang loe lakuin ke gue, gue yakin loe bakalan di pecat" Bukannya takut dengan perkataan yang gue bilang barusan, dan segera membuka gerbangnya, dia malah senyum gak jelas, jadi dia ngeremehin ancaman gue.

Tanpa pikir panjang gue langsung melompati pagar mansion bokap gue, dan mendarat dengan selamat. Sebenarnya pagar mansion bokap gue tinggi banget, namun tidak menghalangi gue untuk melewatinya, karena bagi gue ini adalah hal yang sangat mudah, tapi mungkin tidak bagi orang lain. Gue lihat pak satpam membelalakkan matanya, gue rasa dia terkejut saat tau gue bisa melompati pagar mansion ini dengan mudah.

"Kayaknya bapak gak mengizinkan saya masuk kedalam, jadi dengan terpaksa saya masuk dengan cara seperti ini, kalau bapak tidak suka, saya tidak peduli" Tanpa menunggu jawaban satpam tersebut, gue langsung melangkah pergi meninggalkannya. Namun tanpa gue duga tiba-tiba satpam tersebut malah menarik tanganku dan mengunci pergerakanku.

"Lepasin gue, kalau lo gak mau tangan loe patah" Padahal gue sudah sabar menghadapinya, dan memberinya kesempatan, tapi dia malah menyia-nyiakan kesempatan yang gue berikan, dan memperlakukan gue kayak gini.

"Jangan salahkan gue kalau nanti lo masuk rumah sakit atau yang paling parah lo bakalan masuk kuburan gara-gara gue, gue udah berusaha sabar, tapi saat ini kesabaran gue udah habis, hari ini loe bakalan habis ditangan gue" Gue kira dia bakalan lepasin kunciannya, ternyata gue salah dia malah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan gue.

"Bukan saya yang akan masuk rumah sakit atau masuk kuburan, tapi anda yang akan masuk penjara karena sudah masuk ke mansion orang sembarangan tanpa izin" Gue menyeringai mendengar ucapannya, Let's play the game. Tanpa babibu gue langsung menginjak kaki satpam tersebut dengan kuat, saking kuatnya membuat ia berteriak seperti orang kesetanan, tak hanya itu gue juga menyikut perutnya sehingga membuat kuciannya terlepas. Gue lihat dia langsung memegangi perutnya, pasti sakit sekali.

Tanpa rasa kasihan sedikitpun gue langsung menendang kepalanya, hingga membuatnya jatuh tersungkur. Kepalanya menghantam tanah sangat keras hingga membuat kepalanya mengeluarkan banyak darah, kurasa dia bakalan gegar otak. Sabodo lah gue gak peduli, itu akibatnya karena udah ngeremehin gue.

"Astaga, apa yang sedang kamu lakukan sayang?" Ku lihat mama sedang menatapku ngeri, sedangkan ayah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya akan apa yang baru saja putrinya perbuat. Sejak kapan mama dan papa ada disitu, apa mereka melihat apa yang aku lakukan barusan, sepertinya mereka melihatnya, tatapan mata mereka menjelaskan semuanya.

"Aku tidak melakukan apa-apa mah, aku hanya sedang memberi seseorang hukuman, karena ia sudah berani meremehkanku" Ku lihat mama dan papa melotot mendengar ucapanku. Papa akhirnya datang menghampiriku, lalu menjewer telingaku.

"Aduh pah lepasin dong, ini sakit tau" Aku meringis melihat papa semakin melotot kepadaku, ternyata papa serem juga kalau lagi melotot. "Kamu ini baru dateng, udah bikin masalah" Ucap ayahku sambil melepaskan jewerannya.

"Tapi pah, dia duluan yang mancing amarahku" Ucapku sambil mengusap telingaku yang di jewer papah, telingaku sepertinya merah karena papah menjewernya kuat sekali.

"Emangnya kamu ikan dipancing-pancing? pak kardi tolong bawa pak berto kerumah sakit, saya akan segera kesana, bawa dia secepatnya, saya rasa dia terluka sangat parah" Oh jadi satpam belagu ini namanya pak berto, dan yang ayah panggil pak kardi itu mungkin tukang kebun disini.

"Sayang masuk kedalam yuk, kamu harus istirahat. Mama tau pasti kamu capek habis perjalanan jauh" Aku hanya menganggukkan kepala mendengar ucapan mama, lalu aku mulai melangkah masuk kedalam mansion mengikuti mama dan papa dari belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang