MIE AYAM

33 2 1
                                    

Minggu sore yang tenang gue manfaatin buat ngeliat senja sambil berjalan-jalan di keramaian kota. Gue jalan-jalan bukan karena gue kurang kerjaan tapi karena gue mau beli peralatan sekolah seperti buku, pensil, dan pulpen. Gue berjalan sendirian dengan tenang melewati emperan toko dan kaki lima yang berjajar. Sebenernya peralatan sekolah gue masih utuh dan belom habis tapi nasib berkata lain. Jadi pulpen dan pensil gue itu jadi korban begal, pelaku terduga adalah temen kelas gue.

Nasib tipe-X gue malah lebih parah ketimbang pulpen dan pensil. Tipe-X gue berakhir sebagai korban persatuan dan kesatuan. Temen-temen sekelas gue memang memiliki rasa solidaritas dan kebersamaan yang tinggi, terutama dalam hal pinjam Tipe-X. Dimana-mana orang kurban sapi, kambing, atau kalo gak gitu unta. Sedangkan gue malah kurban tipe-X tapi gue tetep seneng karena kebanyakan orang berkurban hanya setahun sekali sedangkan gue setiap hari.

Setelah selesai membeli peralatan sekolah, gue pulang dengan jalan kaki sebab tadi gue berangkatnya jalan kaki. Tiba-tiba muncul roh kasar yang kehadirannya bikin gue kaget.

"Ca!" teriak Veno yang mengejutkan gue dari belakang.

"Apaan?"

"Tolongin! Gue dikejar-kejar anak STM," ucap Veno dengan muka melas.

"Lah kok bisa? Lu dikejar yang itu Pen?" tanya gue sambil menunjuk ke arah perempatan jalan.

"Jangan ditunjuk woy!"

Kebetulan sekali gue dan Veno berdiri di s amping kaki lima yang jualan mie ayam. Gue pun langsung menarik tangan Veno ke warung Mie Ayam. Beruntungnya gue menarik tangan Veno di waktu yang tepat karena 5 menit kemudian anak STM melewati warung mie ayam.

"Kok kesini?"

"Udah nurut aja," jawab gue.

"Mbak, mas mau pesen apa ya?" tanya bapak yang dagang mie.

"Soto dua, pak!" jawab Veno dengan muka polos.

"Ini warung mie ayam, micin ! Kagak ada soto disini," ucap gue.

"Oh iya. Maksut saya mie ayam dua kagak pakek micin, yang satu kering, pak!" ujar Veno.

"Oke siaap mas, kalo minum?"

"Minumnya es teh hangat sama es jeruk. Es jeruk kan Ca?" tanya Veno.

"Iya kayak biasanya," jawab gue.

"mie ayam dua gak pakek micin semua, yang satu kering, minumnya es teh hangat sama es jeruk?"

"Oke siip pak, es teh hangat emang ada ?" ujar Veno.

"Oh jelas ada mas, disini lengkap,"

Gue dan Veno duduk bersampingan di meja dan kursi yang panjang, di depan kami terdapat wadah sumpit, garpu, sendok, sambal, dan kecap. Suasana tempat duduk khas di kaki lima. Sambil menunggu pesanan datang, gue bertanya kepada Veno.

"Pen,"

"Nama gue VENO bukan PENO," jawab Veno.

"Ribet amat lu, amat aja kagak ribet," gue jawab ketus.

"Ya iya iya.. Tadi mau ngomong apa?" tanya Veno.

"Lu ngapain sih? Kok bisa dikejar anak STM kayak gitu?"

"Oh itu, Jadi tadi gue itu aus terus minum air mineral yang botolan. Abis minum gue niat ngelempar botol ke arah tempat sampah, eh botolnya malah mendarat di kepala botak anak STM yang kinclong," penjelasan Veno.

"Hahahaaahaaa.... Salah sendiri, rasakan sensasinya hahaaaa..." tawa gue.

"Kok jahat yak?" Veno mulai manyun

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang