"Hari ini udaranya panas banget gak kaya biasanya, padahal matahari baru aja nongol." Alma sedikit kesal karena harus berjalan kaki di hari pertama ia masuk sekolah barunya dikarenakan mobilnya mogok jadi Pak Dirman terpaksa tidak mengantarkannya sampai ke sekolah.
"Jangan-jangan matahari lagi tertawa lebar nih ngeledek gue." Ujarnya ngasal dengan kedua mata hampir tertutup sepontan saat ia dengan sombong menantang menatap sang surya.
Gadis mungil berambut ikal sebahu dengan kulit putih khas gadis indonesia terus berjalan santai meski terlihat jelas kekesalan di wajahnya yang membuatnya sesekali memetik daun yang sebenarnya masih ingin tetap berada di tangkai bersama teman-tamannya yang lain. Sampai akhirnya senyumnya kembali saat matanya melihat sebuah gerbang yang di atasnya bertuliskan "SMA Negeri 1 Bandung".
"Alhamdulillah udah sampai tinggal nyebrang aja." Dengan hati-hati Alma menyebrang menuju sekolah, namun dari arah kanan jalan sebuah motor jadul datang tiba-tiba membuat Alma kaget lalu pingsan.
Meski pemuda itu berhasil memberhentikan laju motornya sebelum menabrak Alma, namun ia terlanjur pingsan karena terlalu kaget. Pemuda itu langsung menggendong Alma dan membawa ke sebuah warung tempat biasa ia nongkrong bersama teman-temannya.
"Eta ku naon neng geulis den ?" Tanya bi Enung panik.
"Pingsan bi, minta tolong bantu bi."
"Ka lebet wae den, ditidurin di sini aja." Pemuda itu mengikuti langkah bi Enung dan membaringkan tubuh Alma di sebuah tempat tidur sesuai dengan yang di suruh bi Enung.
"Bibi bikinin teh anget dulu ya den."
Marsel hanya menganggukan kepala tanda setuju. Tanpa ia sadari, pandangannya terfokus ke wajah gadis mungil di hadapannya yang masih pingsan karena kecerobohannya.
"Cewek ini tidak cantik tapi dia menarik, bulu matanya lentik dengan alis tebal yang rapi tanpa polesan apapun. Hidungnya mancung dan bibirnya juga seksi meski tanpa make up di wajahnya ia tetap mempesona saat dilihat." Bisik hati Marsel yang membuatnya tersenyum sendiri.
"Gimana den, tos sadar acan neng geulisnya?" Suara bi Enung mengagetkannya. Ia hanya menggeleng dengan ekspresi muka datar seperti biasanya.
"Emangnya si eneng kunaon den?"
"Hampir ketabrak motor saya bi."
"Astagfirullah si aden mah kebiasaan kalo naek motor itu kebut-kebutan wae. Ulah kitu atuh den bahaya."
"Saya ngambil motor dulu ya bi, tolong dijagain nanti saya ke sini lagi." Marsel lebih baik pergi menghindar dibanding harus mendengar omelan bi Enung yang bisa lebih lama dari cerita pak Rudi guru sejarah yang tak pernah menyerah tebar pesona ke siswi-siswi cantik meskipun tidak ada yang terpesona.
"Kebiasaan den Marsel mah kalo dikasih tau malah kabur. Aduh kasihan si neng geulis pingsan gini." Wanita separuh baya dengan tubuh gemuk berusaha menolong Alma agar segera sadar dengan mengolesi minyak kayu putih di tangan dan hidungnya.
"Saya di mana bu?" Tanya Alma bingung saat ia sadar sedang berada di tempat yang asing buatnya.
"Alhamdulillah neng sudah sadar." Jawab bi Enung gembira sambil membantu Alma mengangkat kepalanya yang berusaha ingin duduk.
"Kamu tadi pingsan, lalu den Marsel membawa kamu ke sini, ke warung ibu." Ujar bi Enung menambahkan penjelasaannya saat ia melihat wajah Alma yang masih bingung.
"Lu udah sadar? " Marsel menundukan kepalanya saat memasuki kamar bi Enung yang ukuran pintunya lebih pendek dari tinggi tubuhnya.
"Makanya kalau nyebrang hati-hati." Ucapnya ketus membuat kening Alma berkerut bingung atas sikap angkuh pemuda yang sama sekali tidak ia kenal.
"Motor gue kan gak nabrak lu, kenapa lu pingsan?" Tanya Marsel lagi terus-terusan yang merubah kebingungan Alma jadi kekesalan.
"Oh, lu yang tadi hampir nabrak gue. Bukannya minta maaf malah nyalahin." Alma langsung berdiri agar bisa segera pergi dari makhluk aneh di depannya. Namun kepalanya masih terasa pusing dan membuatnya kembali duduk.
"Lu tuh baru aja pingsan, jadi jangan sok kuat. Nih minum teh angetnya dulu." Sikap Marsel bak bunglon yang tiba-tiba berubah yang membuat Alma semakin bingung.
"Iya neng diminum dulu aja tehnya." Bi Enung berusaha menyakinkan saat Alma hanya menatap heran gelas berisi teh tersebut.
Si Aden juga aneh, neng geulisnya baru juga sadar udah ditanya-tanya mulu." Keluh bi Enung sedikit gemes sambil nyubit pipi Marsel yang mulus.
"Bibi baru lihat eneng deh, eneng murid baru ya?"
"Iya, saya pindahan dari Jakarta."
"Saya bi Enung dan ini den Marsel." Ujar bi Enung memperkenalkan diri.
"Saya Alma bi. Saya......"
"Bentar lagi masuk kelas, lu mau gue anterin gak?"
"Anterin aja atuh den, ulah ditanya kitu."
Tiga pasang mata yang sedang duduk santai menikmati minuman sambil ngobrol ringan tentang banyak hal yang menurut mereka menarik serempak menatap Alma serius dengan ekspresi muka berbeda saat gadis mungil itu keluar diikuti Marsel di belakangnya. Aldo yang sedang menyeruput kopi susu kesukaannya seakan berhenti seketika karena terkejut dengan pesona kecantikan Alma yang terlihat sangat natural, maklum cowok satu ini paling mupeng kalo liat cewek cantik dikit apalagi banyak. Sedangkan Radit dan Eko hanya tersenyum tipis pertanda mereka sudah dapat mengira jika nantinya Alma akan menjadi salah satu daftar cewek dari sekian banyak cewek yang berharap cinta Marsel dengan sejuta pesonanya.
"Gue nganterin dia dulu, gue nunggu di kantin sekolah ya." Suara Marsel mengagetkan Aldo yang sampai tersendak kopi susu yang sedang diminumnya.
"Siapa lagi itu Sel." Teriak Aldo kepo yang hanya diacuhkan Marsel tanpa sebuah jawaban sambil terus berjalan mengikuti langkah Alma dari belakang.
"Kayaknya gue baru liat tuh cewek. Lu kenal gak Ko ?" Tanya Aldo masih penasaran ke Eko satu-satunya murid yang paling mengenal semua murid di sekolah ini, maklum cowok hitam manis berkaca mata ini adalah ketua OSIS.
"Sepertinya anak baru, soalnya gue juga baru liat." Jawabnya singkat.
"Ke sekolah yuk ! Kayaknya bakal ada kejadian yang seru nih di sekolah saat sang arjuna penuh pesona beriringan dengan pendatang baru yang belum tau apa-apa." Ajak Aldo semangat yang langsung disetujui kedua sahabatnya tanpa perdebatan.
**********
Sampai sini dulu ya guys, mudah-mudahan bisa segera update kalo kira-kira ada yg baca. Hehehe maklum pendatang baru soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGIVE
أدب المراهقين"Perkenalkan, dia Alma pacar gue". Kalimat itu keluar dari seorang cowok tampan yang baru saja ia temui. Alma hanya diam seakan setuju, mendadak mulutnya terkunci dan tidak mampu mengatakan hal yang sebenarnya. Tanpa disadari, perlakuan Marsel cow...