Lebih Dari Cukup

27 1 0
                                    

Pagi itu, pukul 06.00 tepatnya. Mila sudah mulai mengemas perlengkapan sekolahnya. Walaupun masih dengan mata yang sedikit tertutup dan wajah lelah, satu-persatu barang-barang itu masuk kedalam tas kecil bergambar putri salju favoritnya. Mila coba melihat ke sekeliling mencoba mengetahui apa masih ada barang yang tertinggal. Kini perlahan tapi pasti ia berjalan kearah ruang tengah yang masih terasa begitu dingin dan angin pagi yang masuk dari jendela itu seakan menjadi hiburan untuk kulit wajah mila dikala ia menerpanya.

"Ayah belum bangun nih." ia bicara sambil mengucek-ucek mata.

"Ayah!! Udah pagi loh, kalo telat nanti kena marah lagi."

*kriek*

Dari dalam kamar tidur ayah nampak berjalan sambil mengucek mata sayu kehitaman miliknya. Kini anak dan orangtua itu saling berpandangan dengan tangan yang masih sibuk dengan aktivitasnya mengucek.

"Hari ini kamu kan?"tanya ayah sambil merenggangkan tubuhnya.

"Apa yang mau dimasak? telor udah abis."

"Bawang?"

"Udah dimasak dua hari yang lalu."jawab mila.

"Bakso?"

"Udah jadi prasasti di feezer, gak pernah ayah keluarin sih."

Mila dan ayah saling berpandangan coba menebak pikiran masing-masing.

"Kerupuk" jawab keduanya dengan kompak.

Mila hanya hidup bersama ayah semenjak ibu kembali ke pangkuan tuhan saat mila lahir ke dunia ini. Walaupun terkadang hidup ayah dan mila penuh keterbatasan.  Senyuman indah selalu menghiasi wajah mila yang terlihat seperti orang blasteran arab indonesia yang manis itu.

"Kamu ulangan hari ini?" Tanya ayah sambil mengunyah makanannya.

"Nggak yah besok." Mila sedikit menundukkan kepalanya.

Ayah yang sudah mengerti maksud  anak semata wayangnya itu hanya tersenyum dan melanjutkan sarapan pagi itu.

Tepatnya sebelum berangkat melaksanakan aktivitas, wajah mila masih terlihat muram. Ayah meletakkan tangannya diatas kepala mila sambil sesekali mengelus rambut miliknya. Ayah membungkukkan badannya dan melihat kearah mata milik mila.

"Ayah minta maaf sama kamu kalau memang hidup kita ini susah gak seperti temen kamu yang lain. Ayah juga minta maaf kamu gak bisa ngerasain punya barang-barang bagus kayak anak-anak lain mila."

Mila tersenyum mendengar kalimat yang diutarakan oleh ayah.

"Ayah... Mila sedih bukan karena kita nggak pernah makan enak ataupun gak punya mainan bagus kayak temen yang lain. Tapi mila sedih ngeliat ayah harus kerja keras setiap hari buat mila. Mila bahagia ayah."

Mila menghentikan ucapannya sebentar.

"Mila gak perlu pakaian yang selalu bagus. Mila juga gak butuh mainan yang selalu baru. Tapi dengan ada ayah di hidup mila, ini semua udah lebih dari cukup."

Ayah tersenyum...

Langkah mereka berdua kini selaras menuju sepeda motor tua milik ayah. Tangan bergandeng, dan senyum dan tawa menghiasi wajah kedua insan itu. Ada satu hal pasti yang mereka mengerti.

Mereka bahagia.

Dan itu lebih dari cukup.

Yang Terbaik UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang