Gak Bisa Diliat Oleh Mata

17 1 1
                                    

"Mila..."

Seorang gadis berambut ikal memanngilnya dari kejauhan. Sambil berlari mendekat, ia membawa sebuah bungkusan berwarna hitam yang lumayan besar.

" Aisyah!!" panggil mila dengan semangat seraya melangkahkan kakinya menuju sahabatnya itu.

"Kok kamu gak dateng belajar bareng kemarin. Padahal aku nungguin kamu seharian."

Mila tersenyum sambil sedikit tertunduk tanda malu.

"Kemarin ayah minta aku pergi ke pasar  ngambil sepeatu ayah yang lagi di benerin."

Mata aisyah menatap kearah mila sambil mencari sesuatu yang janggal.
Seragam yang kebesaran, sepatu yang lusuh, dan tas plastik hitam sebagai tempat pensil.

"Sambil jalan yuk mil."

Aisyah menggandeng mila menuju lorong kelas yang dipenuhi murid yang asyik bercengkarama satu sama lain. Mulai dari bermain Smarthphone sampai berlarian. Tempat itu menjadi pusat keramaian di sekolah pagi itu. Mereka berdua terus berjalan menyelusuri lorong itu yang menjadikan mila sebagai perhatian utama sejenak.

"Kamu tuh gak bisa kayak gini mil."

"Gak bisa kayak apa?" tanya mila sedikit bingung.

Aisyah berbalik menghadap mila sambil mengerutkan dahi dan menaikkan suaranya.

"Penampilan kamu ini loh." Jawab aisyah dengan kedua tangan yang terbuka seakan menunjukan betapa "mengerikan" penampilan sahabatnya itu.

Mila hanya tertawa.

"Penampilan itu gak selalu menentukan sifat orang kok." jawab mila santai.

"Tapi menentukan sifat orang ke kamu mil."

Mila kini diam dan mendengarkan

"Kalau kamu mau dihargain orang lain seenggaknya hargain diri kamu sendiri mil. Lagian orang pasti merhatiin penampilan kamu dulu."

Mila masih tersenyum dan memperhatikan.

"Memang sih kalau yang sudah kenal sama kamu pasti tau sifat kamu. Tapi yang nggak? Yang ada kamu nanti malah diejek terus."

"Jadi aku harus gimana nih?"tanya mila sambil tersenyum.

"Kalau kamu mau tau... Bantuin aku jualan ini dulu." jawab aisyah seraya mengangkat bungkusan hitam yang dari tadi dibawanya.

"Ibu kamu bikin banyak ya hari ini?" tungkas mila sangat antusias.

"Istirahat pertama langsung ke kantin oke??"

Mila membalas dengan sebuah hormat ala prajurit TNI yang siap berperang. Dan kedua sahabat itu akhirnya berpisah di pertigaan lorong menuju kelasnya masing-masing. Meninggalkan kesunyiaan yang mulai hadir di lorong sekolah sesaat setelah pembelajaran dimulai.

"Mila Ibu mau ngomong sama kamu."

Bu guru memanggil lembut mila kearah mejanya.

"Ada apa bu?"tanya mila dengan santun.

"Maaf kalo boleh ibu tau, kamu masih tinggal sama orangtua kamu?"

Mila mengangguk.

"Saya tinggal sama ayah bu dirumah."

"Ayah kerja apa?" tanya bu guru pada murid berseragam putih merah itu.

"Ayah jualan bu...di kantor yang ada lift nya."

"Bisa kamu undang ayah ke sekolah besok? Ada yang mau ibu omongin sama ayah kamu." lanjut bu guru sambil melihat mila dari atas kebawah.

Mila kembali mengangguk tanda setuju. Kedua kakinya kini kembali melangkah kearah bangku kayu reot di ujung ruangan. Guru yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sementara mila hanya terdiam.

Sore itu, langit yang mulai berawarna jingga tanda sang surya yang mulai mengantuk hadir di cakrawala. Kedua sahabat, mila dan aisyah berjalan menyusuri jalan yang sepi sambil sesekali membetulkan rambut yang di sapu angin senja.

"Mil..."aisyah menyerahkan beberapa lembar uang berwarna hijau muda dengan gambar pahlawan di tengahnya.

"Itu buat kamu, kamu udah bantuin aku jualan tadi."

Mila menerima uang yang diserahkan aisyah itu sambil menundukkan kepala. Aisyah tau ada sesuatu yang mengganggu pikiran sahabat karibnya ini, sesuatu yang membuat dirinya penasaran.

"Kenapa mil?" tanya aisyah pelan

"Kamu bener syah...orang cuman liat penampilan kita. Mereka gak akan mau kenalan atau hargain anak yang pake baju kebesaran, sepatu rusak. Gak sebanding aja sama mereka."

Aisyah sedikit menghela nafas.

"Bukan maksud aisyah ngerendahin atau bikin mila rendah hati. Aisyah cuman pengen mila berubah sedikit penampilan aja, supaya orang gak nganggap mila harus dikasihani."

"Emang sampe dikasihani syah?"

"Yaaa.. Mila gak suka kan?"

"Nggak sih.."

Aisyah mendekat kearah sahabatnya.

"Gak harus tampil berlebihan mil, yang penting kamu rapih aja. Pake uang itu ya.."

"Tau gak syah, mila kayaknya sadar sesuatu deh."

"Apa mil?" aisyah mengangkat alis kirinya sedikit.

"Orang bisa nilai harga diri kita dari kekurangan kita syah. Tapi, cuman pake kekurangan kita bisa liat siapa orang yang bener-bener bernilai."

"Halah..."

Aisyah melempar plastik hitam besar kearah muka mila dan tersenyum.

"Kebanyakan nonton film kamu mil."
Aisyah berlari menjauh dari mila yang berniat membalas perbuatannya tadi. Kedua sahabat itu pun berlari kegirangan di akhir hari, ditemani oleh sang surya redup yang seakan tersenyum melihat tingkah mereka.

Yang Terbaik UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang