Matahari hari ini bersinar begitu cerah, bersama sahabatnya tuan awan dan ibu angin. Mereka menyambut hari baru di pagi hari nan begitu tenang. Masih segar di kepalaku, pertikaian tadi malam dengan ayah. Tetapi aku tidak menemukan alasan yang jelas mengapa kami sekali lagi harus beradu argumen.
Aku menghabiskan hampir seluruh waktuku bersama dengannya. Setelah ibu tiada, ia sendiri yang merawatku hingga kini aku berada di bangku SMA. Terkadang aku tidak memahami sikapnya. Selalu melarangku saat ingin berpergian dengan teman, larangan tentang laki-laki, dan berbagai macam larangan lainnya yang selalu ia berikan padaku. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada didalam pikirannya. Aku hidup dengan caraku, dan sesuai dengan kemauanku sendiri. Dan itu prinsip yang kupegang teguh hingga kini.
Pagi itu ku potong dua buah roti tawar besar yang kemarin baru ku beli dari mini market di dekat rumah, dengan tambahan selada, dan beberapa potong tomat segar dari kebun,kulengkapi sajian itu dengan keju secukupnya. Aku tidak tau apa ayah akan menyukai sajian ini, tetapi mungkin ini cukup untuk menebus rasa bersalahku.
"Ayah..."
Didalam ruangan tua penuh debu dan jaring laba-laba, Nampak punggung dari seorang lelaki yang sibuk dengan barang antik jualannya. Rambutnya sudah mulai berubah warna, dan kaos putih dan sarung adalah pakaian favorit miliknya. Disudut meja, terdapat sebuah bingkai foto kecil yang dihinggapi kalung emas milik mendiang ibu. Itu adalah foto hari pertama mereka berjanji akan hidup bersama-sama.
Aku dapat melihatnya. Walaupun telah belasan tahun ibu menghilang dari hidupnya, perasaan ayah pada ibu tidak hilang ditelan oleh waktu. Dari semua barang yang ada diruangan itu, hanya bingkai foto itu lah yang terlihat begitu terawat."Camilia berangkat dulu ya.... Sarapan ayah mila taruh di meja."
Ia tidak merespon dan terus sibuk mengelap teko berwarna silver di mejanya. Mungkin ia masih sakit hati dengan sikapku tadi malam, tapi ah.. Sudahlah. Nanti pasti semua akan kembali seperti sedia kala.
***
Masa SMA...
Mereka bilang masa ini adalah masa terindah dalam setiap hidup manusia. Menurutku? Hmmmmm...itu benar adanya hihihi. Banyak pengalaman baru yang kudapat semenjak hari pertama aku menapakkan kaki kedalam gedung sekolah ini. Mulai dari kejadian konyol saat pertama kali melakukan masa orientasi. Bertemu dengan berbagai macam orang baru. Dan merasakan satu hal baru bernama "cinta".
Mungkin kalimat terakhir itulah yang membuat masa ini begitu indah. Aku pertama bertemu dengannya saat ayah menyuruhku pindah ke sekolah ini sekitar 5 bulan yang lalu. Seorang yang mandiri, baik, dan loveable menurutku. Namanya adalah Adimas, dan aku sangat senang saat ia memintaku menjadi kekasihnya 1 bulan yang lalu. Aaahh... Hidupku kali ini benar-benar penuh oleh warna-warni pelangi semenjak ia hadir.
"Lo nggak lagi mikirin adimas lagi kan?" kata-kata itu keluar dari mulut seorang perempuan bertubuh mini dengan wajah yang sedikit menekuk di hadapanku.
Aaah aku lupa memperkenalkan sahabatku pada kalian semua. Namanya adalah Carina. Dia sahabat karib yang selalu ada disetiap kaki ini melangkah. Mereka bilang dimanapun ada camilia pasti ada carina didekatnya. Tapi memang hubungan kami begitu dekat bagai 2 orang saudara perempuan yang saling mempercayai satu sama lain. Ada banyak hal yang ingin kuceritakan tentang sahabatku ini tapi, sepertinya akan makan waktu yang sangat lama untuk menjelaskan tentang makhluk tuhan paling unik didepanku ini.
"Iya car... Hehehe... Masih gak percaya gua bisa jadian sama dia."
"Halah..."jawab carina dengan nada ketus sambil membuang muka kearah kiri.
"Paling juga cuman tahan 4 bulan mil." tambahnya sambil menyedot minuman rasa matcha favoritnya.
"Ya nggak lah....Lo mikir gak sih? Kira-kira nanti gua sama dia tinggal dimana ya? Terus punya anak berapa ya?" Jawabku penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terbaik Untukmu
RandomMemang kadang aku bersikap keras, kadang juga aku membuatmu bersedih. Tapi satu hal yang harus kau pahami. Dirimu itu adalah hal paling berharga yang ada didalam hidupku dan aku menyayangimu melebihi diriku sendiri.