BAB 2 : Marvin Alderano William

28 8 0
                                    

"Tuan, nyonya menyuruhmu untuk bangun!" seru pelayan dari luar kamar yang membuat Marvin sulit untuk tidur.

Marvin kemudian bangkit dari tidurnya, "Iya, saya bersiap-siap dulu!" ujarnya dengan sedikit kekesalan.

Cih, selalu saja begini!
Harus bangun pagi-pagi padahal ini masih jam 5.
Pasti disuruh pemotretan lagi!

Marvin berdecak kesal lalu ia berjalan pelan kekamar mandi. Lalu setelah dikamar mandi, Marvin menatap dirinya memalui pantulan cermin bulat dihadapannya. Kemudian ia menghela nafasnya untuk menjalani hari-hari yang membosankan berikutnya.

Ingin sekali Marvin seperti teman-teman sekelasnya. Bisa pulang tanpa harus dijemput, bisa pergi kemana pun atau bisa sepuasnya bermain bersama teman. Rasanya ia ingin menghempas jauh-jauh dunia entertermeint-nya. Tapi apa boleh buat, mamanya selalu saja mengancam akan mengusirnya apa bila Marvin menolak semua kontrak.

Sedangkan kakak kembar Marvin, Michelle bisa bermain bersama teman-temannya tanpa dikhawatirkan oleh mama. Marvin iri sekali kepada Michelle yang bebas namun beda halnya Michelle ia sangat iri akan perhatian mamanya kepada Marvin seakan-akan Marvin adalah satu-satunya anak dikeluarga ini.

Andai saja Michelle bisa diasuh oleh papa, tak akan Michelle kesepian seperti ini. Kalo saja papa tidak bercerai dengan mama, Michelle tidak akan nakal dikampus.

Setelah mandi, Marvin menurup knop pintu kamar mandinya. Lalu ia memakai baju sekolah SMA-nya yang terkenal sebagai SMA orang-orang kaya. Sudah banyak artis maupun model muda yang bersekolah disitu. Tak jarang pun orang-orang biasa seperti Aresha bersekolah disitu.

Setelah dicukup rapi, Marvin segera turun kebawah untuk sarapan pagi bersama mamanya dan Michelle.

"Marvin, hari ini kamu ada jadwal pemotretan untuk buku majalah yang akan rilis 2 minggu lagi!" Jessica memulai pembicaraan dengan Marvin. Sedangkan Michelle, ia tidak peduli dan lebih memilih memaikan ponselnya.

Marvin hanya mengganguk pelan, "Ohya nanti kamu harus tanda tangani beberapa kontrak dengan perusahaan ternama!" ucap Jessica dengan senyuman yang merekah dibibirnya.

Marvin pun tersenyum tipis dan terpaksa mendengar ucapan dari mamanya itu. Tiba-tiba Michelle bangkit sembari mengambil ranselnya yang tadi ditaruh dimeja kaca besar tersebut.

Marvin ingin sekali memanggil kakaknya tersebut untuk menghabiskan sarapannya dan mengobrol bersamanya layaknya seperti film-film. Tapi apa boleh buat, Michelle sangat pendiam.

"Sudahlah Marvin, jangan pedulikan Michelle. Ia mungkin iri dengan kesuksesanmu!" ucapan Jessica sangat keras membuat Michelle yang sedang bersiap-siap mengendarai mobilnya pun mendengarnya.

Air mata Michelle pun mengalir tapi dengan cepat Michelle menghapusnya.

Selalu saja begini!
Apa-apa Marvin, sedikit-sedikit Marvin, semuanya Marvin!
Lebih baik pergi dari rumah yang menyakitkan ini!

Michelle nenatap datar rumahnya atau lebih tepatnya rumah adiknya. Michelle hanya menumpang dirumah ini, begitu pula dengan semua kebutuhannya. Lalu dengan perasaan sedih Michelle pun melajukan mobilnya dengan keadaan setengah sadar.

~0~

Marvin menatap sedih kursi yang tadi ditempati oleh Michelle. Ingin sekali memeluk kakaknya dan bersenang-senang. Namun takdir tidak berpihak kepada seorang Marvin. Marvin menahan air matanya yang ingin sekali mengalir dipipi putih Marvin.

"Marvin, ayo kita kegedung pemotretan!" ucap Jessica membuat Marvin berlari kearahnya.

"Iya ma, aku segera kesana!" ucap Marvin disaat ia berlari. Jessica tersenyum saat melihat putra satu-satunya yang sedang tersenyum kearahnya.

"Ayo kita berangkat. Pak Bov sudah menunggumu!" ajakan Jessica membuat Marvin mengganguk menuruti.

~0~

Vote dan komennya!

Salam
joehana66

My Idol Is My Soul Mate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang