chapter 01

80 11 2
                                    

Dengan kesadaran penuh, gadis itu jelas tahu bahwa keberadaannya sekarang seperti berada diujung tebing. Hanya saja, ia tidak tahu bagian mana yang merupakan jurang, dan bagian mana yang merupakan jalan untuk kembali mundur.

Ia jelas tidak bisa menebak bahwa Kim Taehyung adalah orang yang jahat, karna-yah, penjahat macam apa yang mau repot-repot memberinya tumpangan tidur dikamar besar serta makanan mewah-dan pemuda itu sendiri tidak terlihat seperti akan mengambil organ tubuhnya.

Jadi alih-alih duduk dengan diliputi perasaan takut, gadis itu lebih memilih berusaha menelan makanan yang terasa sangat hambar dimulutnya.

"Ada rasa? Aku yakin tidak. Mulutmu tidak merasakan rasa makanan hampir tiga minggu" kata Taehyung, tangannya terulur mencomot sepotong pizza dari atas meja dan memakannya lahap, mengabaikan gadis yang masih berusaha mencari rasa lain dalam mulutnya selain hambar. "Hyung akan sampai disini pukul sepuluh untuk mengecek kondisimu"

Gadis itu mengangkat dagu, menatap pemuda dengan headband di kepala-menghalangi rambut cokelatnya jatuh menutupi mata, tanpa mengatakan apapun, hanya diam menatap. Bergelut dengan seribu pertanyaan tanpa mampu ia suarakan.

Taehyung mendongak, menatap gadis itu. Berusaha mencari topik yang bisa dibahas. Taehyung bukanlah tipe orang yang bisa berdiam diri dengan orang asing selama mungkin, dia membenci suasana kaku, dan dia akan mencari cara untuk mencairkannya. "Kau mengingat namamu?"

Mungkin bagi semua orang, ini adalah pertanyaan mudah, melekat seperti kerak diluar tengkorak kepala, tapi baginya ini jelas berbeda, dia tak mengingat apapun, hanya serpihan suara yang seolah berdengung dalam kepala ketika ia terbangun satu jam lalu. Jadi menjawab dengan tidak yakin, ia justru membuat Taehyung tertawa ketika melesatkan satu nama 'Song Jacin' dengan nada bertanya.

"Astaga, apa ini?" Taehyung masih tertawa "Kau melupakan namamu?"

"Aku bertanya padamu," balas gadis tersebut gemas.

"Jika aku tidak tahu? Maka kau juga tidak akan tahu namamu" sambar Taehyung.

Pria itu jelas sedang mengejek dirinya, gadis itu pun hanya membalasnya dengan sudut bibir yang terangkat . "Mungkin kau juga akan melakukan hal yang sama jika berada di posisiku, Kim Taehyung."

Taehyung mengedikkan bahu "Well, mungkin saja. Tapi kini aku tidak berada diposisimu, Song Jacin."

Sejenak, gadis yang disebut sebagai Song Jacin itu melebarkan matanya. "Jadi, kau benar-benar tahu namaku?" dia menatap Taehyung yang kini seolah akan tertawa.

"Kau yang mengatakannya bukan?"

Sialan.

"Aku serius, Kim."

"Memangnya kau mengharapkan apa? Aku adalah orang asing yang menemukanmu dengan luka berdarah di kepalamu itu," Taehyung menggerakkan telunjuknya kearah dahi, membuat Jacin refleks menyentuh perban yang menutupi dahinya.

"Di malam hari, di jalanan Daegu, tidak sadarkan diri, juga darah dan tanah yang mengotori pakaianmu. Jadi karna jiwa kemanusiaanku yang sangat tinggi, hati kecilku berkata jika aku harus menyelamatkanmu, maka dari Daegu aku membawamu ke Seoul" jeda sejenak, lantas kembali bersuara ditengah-tengah kunyahannya memakan pizza. "Awalnya, ditengah jalan aku berpikir kau sudah mati, tapi setelah sampai dan hyung memeriksamu, syukurlah, dia mengatakan dirimu masih hidup." lanjutnya.

Jacin membuka mulutnya, suaranya seolah kembali tersendat di kerongkongan dengan iris yang menatap goyah. pikirannya mulai penuh dengan gambaran mengerikan pada kondisinya ketika Taehyung menemukannya. Daegu? Apa yang terjadi dengannya? Apakah rumahnya berada di Daegu? Tidak ada yang tahu pasti, gadis itu jelas tidak berharap banyak akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan rumit didalam kepala pada Taehyung. Ia cukup bersyukur, Taehyung sudah mau membantu menyelamatkan dirinya. "Jadi kau benar-benar tidak tahu namaku Kim?" gadis itu bertanya lirih, kepalanya terasa seperti akan meledak dengan rasa sakit yang menyerang begitu hebat.

"Song Jacin!" Taehyung melompat, menangkap tubuh Jacin yang sudah limbung dengan wajah pucat pasi. "Sialan!" umpatnya dengan tangan gemetar saat menangkup wajah gadis itu.

***

"Aku tidak menyukai ini." suara itu terdengar jemu, sedikit mendesis dengan bola mata terfokus pada layar laptop. Ingin mengabaikan sepenuhnya, tapi tidak bisa, telinganya justru terbuka lebar mendengarkan konversasi yang terjadi didepannya.

"Yoongi jelas menaruh perhatian pada masalah ini" sahut sosok yang terduduk lurus dihadapan Min Yoongi. "Lupakan, semua ini sudah terjadi, jangan bebani kepalamu Yoong."

Yoongi, pemuda berwajah dingin itu menghela napas pendek, mau tak mau mengangkat pandangan dari laptopnya. "Hyung, kau tau apa yang paling rumit didunia ini?"

Seokjin hanya tersenyum kecut mendengarnya, matanya ia alihkan pada jendela lebar yang menampilkan laut malam seraya menyahut pelan, "Mereka, manusia."

"Nah, maka kita harus mencegah semuanya sebelum manusia lain semakin memperkeruhnya Hyung."

Jimin mendecak kecil "Tsk, jangan berlebihan seperti itu. Ini tidak rumit, ini justru sangat sederhana" Jimin berjongkok dihadapan Taehyung yang bermain-main dengan anjingnya di lantai "Kau setuju?" setelah Taehyung mengangguk, keduanya melakukan high five.

"Lihat? Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya namun sudah pusing memikirkannya." decih Yoongi.

"Hyung, kau pikir kau saja yang belum pernah bertemu dengannya? Aku bahkan sudah berada di Korea satu bulan lalu, tapi bajingan tengik itu sama sekali tak memperbolehkanku melihatnya." kini pemuda bergigi kelinci yang muncul dari dapur seraya memakan wortel itu menyahut enteng, setelan formal yang dikenakannya sangat kontras dengan wajah dan cara bicaranya.

"Aku bisa benar-benar memotong lidahmu jika kau bicara kasar seperti itu Jungkookie" sela Seokjin tajam.

"Jadi bagaimana ini? Kalian akan tetap melanjutkannya?"

"Aku berkata 'tidak' sampai bertemu dengannya langsung, cover makanan yg bagus menurutku menunjang bagaimana kondisi makanannya" Jungkook menyahut lagi setelah menghempaskan tubuhnya diatas sofa dan berhasil membuat anjing Taehyung berlari lepas dari cengkraman tuannya.

"Your wish." desis Taehyung pada Jungkook.

Jimin mengangkat alis, bahunya diendikkan. "Lanjutkan saja, ini tidak memakan korban, tidak buruk juga kupikir."

"Omong kosong macam apa Jim?" Yoongi menyeringai tipis "Dia jelas adalah korban."

Jimin menggeleng, bangkit berdiri seraya memagutkan kedua lengan didepan tubuh "Tidak Hyung, dia bukan korban, dia adalah target"

"Lucu, ketika kalian memikirkan itu, kenapa aku justru memikirkan hal lain?"

Empat pasang mata yang berada dalam satu ruangan dengan Taehyung menatap pemuda itu bingung, Jungkook bahkan menggulingkan tubuhnya dari atas sofa demi bisa melihat Taehyung-yang masih duduk dilantai-dengan jelas.

"Argh, cepat katakan!" seru Jimin.

Taehyung menyulam kerutan didahinya semakin banyak bersamaan dengan pertanyaan yang meluncur keluar dari bibirnya "Kalian tidak bingung kenapa dia bisa kehilangan ingatannya?" ia menekuk kaki, lantas meletakkan dagunya diatas lutut.

"Siapa dengan siapa yang tengah bermain peran sekarang?" []

Water Under The Bridge | TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang