•
Yoonsae's POV
Aku menutup buku yang sedari tadi kubaca untuk menghabiskan waktu luangku hari ini. Sebuah perpustakaan tua dikotaku, Seoul. Tak biasanya aku membaca buku kuno yang bahkan isinya tak kumengerti sedikitpun.
Mataku menangkap sebuah jam besar disudut ruangan perpustakaan. Sebentar lagi jam itu akan berdentang kencang, menandakan aku harus segera pulang ke rumah. Mempersiapkan diri dihari pertama masuk setelah MOS selama 4 hari.
Aku hanya berharap sekolah baruku tidak seperti sekolahku dulu. Aku benci dimana aku melihat banyak hal yang mengangguku. Aku tidak mengganggu mereka dan tidak menganggu kehidupan mereka. Para hantu menyebalkan.
Kenapa aku harus bisa melihat mereka?
Orang-orang menyebutku gila ketika aku berteriak melihat seseorang disuatu tempat sepi, mereka tidak mempercayai perkataanku. Seakan aku adalah seorang gadis yang lepas dari rumah sakit jiwa dan tak pernah mendapat perhatian seorangpun dikota kecil ini. Kecuali perhatian dari Eommaku sendiri.
Aku berjalan meyusuri setapak jalan yang masih terbangun. Cahaya bulan masih setia menemani di malam penuh misteri ini. Aku masih bisa melihat banyak orang yang masih beraktivitas, layaknya bekerja disiang hari. Dan....
Untuk kesekian kalinya aku melihat 'mereka' mulai keluar dari persembunyian mereka. Menampakkan diri dalam kesunyian dan keramaian. Tidak ada seorangpun yang sadar. Mereka tak pernah dianggap, karena mereka memang tidak perlu dianggap dan tidak ada artinya mereka didunia ini.
Mereka hanyalah arwah aneh yang masih saja mencampuri urusan dunia ini, padahal mereka sendiri seharusnya sadar mereka harus segera pergi, disini bukanlah tempat untuk mereka.
Kupercepat langkahku untuk segera sampai kerumah disudut jalan. Segera kubuka gerbang dan masuk dengan cepat, melepas sepatuku dan menaruhnya asal dirak. Rasanya aku ingin cepat mandi dan segera tidur, masuk kedalam mimpi dimana ketenangan sendiri untuk kudapatkan.
Karena dunia ini mungkin tidak menginginkan kehadiranku.
_________________________________
Pagi-pagi sekali aku terbangun mendengar suara jam waker ku yang berbunyi nyaring. Aku menyibak tirai yang menutupi jendelaku, mendengar suara kicauan burung gereja yang bertenger ditangkai pohon. Aku merenggangkan tubuhku sejenak, kemudian membuka lemari untuk mengambil pakaian.
Pagi ini nampak mendung. Cahaya matahari seperti malu-malu bersinar, dan awan yang setia menutupinya. Kurasa pagi ini bukan waktu yang tepat untuk keluar rumah, tapi bagaimana lagi.
Aku segera mandi dan mengenakan seragam sekolahku, berjalan ke ruang makan dan sarapan yang tersedia diatas meja. Sandwich isi daging asap buatan Eomma sebelum ia pergi bekerja.
Eomma harus berangkat pagi-pagi sekali karena urusan penting. Maaf Eomma tidak bisa membuatkan sup krim sesuai yang Eomma janjikan. Belajar yang rajin dihari pertamamu sekolah ya. Eomma menyanyangimu.
Aku menatap kertas memo disamping piringku, meremasnya dan membuangnya ketempat sampah. Yah, Eomma tidak pernah menepati janjinya, aku sudah biasa dengan sifatnya yang satu ini.
Aku pergi ke garasi, mengeluarkan sepedaku, menaruh tasnya dikeranjang. Pintu gerbang sudah terbuka lebar. Aku menuntun sepedaku, mengunci gerbang lagi kemudian mengendarainya menuju sekolah. Seperti biasa pagi-pagi seperti ini 'mereka' masih berkeliaran, namun seakan terburu kembali kehabitat mereka masing-masing. Aku tidak dapat mengontrol pikiranku.
Sometimes aku akan masuk kedunia mereka, melihat mereka dimasa lalu ketika mereka masih hidup, bahkan aku hampir mati karena tak bisa keluar lagi. Aku tak bisa mengendalikan kekuatanku yang satu ini. Aku selalu membahayakan diriku dan aku benci ini.
Kekuatanku ini membunuhku secara perlahan. Dan aku sama sekali tak memiliki cara untuk mengendalikannya.
Aku mengalihkan pandangan ku dari 'mereka' ke jalanan yang masih sepi. Aku mengayuh sepedaku lebih cepat. Lebih cepat sampai lebih baik, aku punya kesempatan untuk menjelajahi sekolah tua itu. Sekolah yang sudah ada sejak tahun 80-an itu pasti memiliki banyak misteri untuk kujelajahi.
Aku memang tidak menyukai kekuatan ini tapi tapi setidaknya kekuatan ini menjadi bantuan untuk menyembuhkan penyakit keingintahuanku.
Saat sampai, kulihat gerbang sudah terbuka - walau hanya sedikit, kemudian ku parkirkan sepedaku ketempat yang tersedia. Ada beberapa sepeda yang sudah terparkir rapih, kupikir milik siswa disini. Tidak ada tempat parkir untuk mobil ataupun motor, jadi kupikir murid disekolah ini lebih suka memakai sepeda, seperti diriku.
Segera kusambar tasku dan berjalan memasuki gedung sekolah, mencari ruang tata usaha. Sekali lagi, memang banyak 'mereka' disini, sesuai dugaanku, dalam penampakkan yang tak biasa dilihat.
Kekuatan disini sangat besar, aku yakin sangat banyak diantara 'mereka' menguasai segala kekuatan disini. Aku bisa merasakan tekanan hebat ketika melangkah, aku mendengar suara, aku merasakan..
Wait.. sesuatu memegang kakiku.
Aku menghentikan langkahku. Pegangan itu semakin kuat. Tidak! Aku tidak boleh teriak, atau aku akan dianggap aneh lagi. Perlahan aku menunduk, melirik ke bawah dan..
Aku melihatnya! Aku melihatnya! Sosok hitam kotor penuh darah mengenggam kakiku penuh amarah. Darah keluar dimana-mana, mata, hidung, mulut, telinga, bahkan matanya hampir keluar. Kuku runcingnya menusuk menembus kulitku.
Aku tak tahan lagi! Ini sangat sakit! Sial!
"To-tolong.. jangan tinggalkan kami.. di-dingin.. g-gelap." arwah itu merintih.
"Pergi! Jangan ganggu aku!" aku menghentakkan kakiku walaupun itu percuma, arwah itu tidak akan melepaskanku.
"Kaki.. aku mau kaki ini.." arwah itu kembali merintih
"T-tidak." kuharap seseorang segera melihatku.
Aku merasa kakiku sedikit ringan, segera aku berlari, tapi arwah itu tetap mengikutiku, bahkan, membawa 'teman-teman' sebangsanya!
Aku mempercepat lariku, kearah manapun! Asal aku bisa segera bebas dari mereka. Aku benci keadaan ini!
Aku ingin keluar sekarang!
Seseorang! Kumohon tolong aku!
BRUKK!
Aku menabrak seseorang -aku bahkan tak yakin itu seseorang atau bukan- cukup keras. Aku menahan sakit karena terjatuh, berusaha bangun, tapi kakiku terkilir, aku melihat arwah itu semakin dekat dibelakangku. Aku tidak bisa bergerak.
"TIDAAAAAKKK!!!!"
End of Yoonsae's POV
•
_________________________________Magic Shop - To be Continue
_________________________________•
•
Next or delete?
889
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop
Mystery / ThrillerLee Yoonsae, seorang indigo yang baru saja bergabung dengan Magic Shop mendapatkan pengalaman mengerikan, sekaligus.. Menyeramkan. Do want to join with her?