"Namaku Taehyung."
Seokjin hampir menyemprotkan teh hangat yang baru ia sesap jikalau tangannya tidak sigap membendung mulutnya. Dia dengan ceroboh terbatuk-batuk sendiri karena tersedak.
Taehyung yang hendak membantu ia tolak dengan mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh yang lebih muda kembali duduk.
"Sebentar, sebentar."
HP bercasing biru yang terlantar di atas meja segera ia peluk dengan jari-jari. Telunjuk dan jempol panjangnya menari terburu-buru di layar ponsel.
Kegiatan scroll atas, scroll bawah, gesek kanan, gesek kiri, tekan kembali lima kali, zoom in, zoom out dilakukan berkali-kali oleh Seokjin.
Seokjin terlihat seperti orang udik baru dibelikan ponsel. Taehyung jadi lucu sendiri.
Mata besar si pemilik rumah melotot sekali lagi, melotot yang benar-benar melotot sampai Taehyung khawatir sepasang bola mata itu melompat keluar.
"Serius ini Taehyung? Kim Taehyung?"
Alis Taehyung naik begitu mulut tebal itu mengucap marganya. Nada suaranya jadi naik beberapa oktaf dengan kesan introgasi.
"Tau darimana?"
Sadar penuh dengan sikap tidak sopannya, Taehyung membungkuk satu kali dan dengan utaraan maaf yang canggung.
Yang dimintai maaf tertawa-tawa saja. Bulu roma Taehyung agak remang dirangsang suara tawa khas yang lebih menjorok ke arah ringkikan tinggi.
"Woles saja Taehyung. Aku memang kenal kau."
Mulut Taehyung menganga untuk bertanya lebih kompleks mengenai pernyataan dia, tetapi pertanyaan yang diajukan setelahnya membuat mulut menutup masam.
"Cari Jimin?"
Taehyung lumer dan panas mendengar nama itu diucap lagi. Entah sudah sejak abad berapa nama itu terakhir dia dengar, sampai-sampai telinganya sendiri menolak mengenal saking asingnya.
Selama dua tahun ini, nama itu hanya berputar-putar di benaknya. Tidak bisa disangkal lagi, dia memang tenggelam dalam rindu. Padahal dengar suara si pemilik nama setidaknya sebulan sekali.
"Saya dengar dia ikut seseorang bernama Seokjin, yaitu Anda, sepupunya ke Busan."
Taehyung memejamkan mata, menghela napas samar, "Sedih saja karena dia tidak memberi kabar atau alasan pindah."
Mata Seokjin berkelana di taplak meja motif teratai dengan tepian cangkir keramik setia menempel di bibir.
"Jimin banyak cerita tentang kau, katanya sahabat dari kecil, namanya Kim Taehyung.
Baru tahu aku kalau dia punya teman dekat. Jimin bilang, kamu pertukaran pelajar setahun tapi keterusan sampai dua tahun dan sama sekali tidak kembali?
Dia menyesal terlalu bergantung, sampai kesusahan sendiri di sekolah saat kamu pergi.
Capek di-bully temannya, jadi dia memutuskan untuk pindah ke tempatku."
Taehyung meneguk ludah pahitnya sendiri. Paham benar bahwa meninggalkan Jimin dan membiarkannya perang sendirian tidak akan membawa hal yang baik untuk persahabatannya.
Bukannya tidak sayang-Taehyung sumpah dia sayang Jimin sampai langit ketujuh-, tapi demi orangtua, kali ini ia harus lebih memprioritaskan pasangan Kim.
Dan oh, memilih keputusan pergi bukan semudah level amatir. Taehyung mau tidak mau perlu meraibkan eksistensi Jimin. Dia pergi ke Bangkok diam-diam waktu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SKINNY AF; vmin
Fanfiction[ON GOING] Taehyung tidak masalah dengan perubahan Jimin, tetapi ada satu yang dia benci. 180703