Di siang yang cerah itu Dyo menghabiskan waktunya di taman dengan Patricia. Namun tiba-tiba Dyo jatuh pingsan. Patricia yang melihatnya pun seketika panik, ia segera meminta bantuan dan membawa Dyo ke rumah sakit. Dan di sinilah ia sekarang. Duduk di samping Dyo yang kini memejamkan mata. Patricia memegang tangan kekasihnya erat, berharap Dyo segera terbangun dari tidur lelapnya.Terdengar suara derap langkah kaki yang mendekat. Tak lama masuklah pasangan suami istri paruh baya yang ternyata adalah orang tua Dyo.
Patricia beranjak dari duduknya. Memberi ruang pada ibunya untuk melihat anaknya.
Dyo terbangun dan memerjap-merjapkan matanya, "dimana aku?" tanyannya dengan memasang ekspresi bingung diwajahnya, semua orang yang melihatnya seketika menghampiri ranjangnya.
Patricia mengusap rambut Dyo dan tersenyum lembut, "kamu berada di rumah sakit, tadi kamu pingsan waktu kita di taman bermain."
"Oh begitu, maaf ya aku sudah merepotkan kamu." ujarnya dengan wajah murung.
"Iya tidak apa-apa kok." Patricia tersenyum hangat.
Seorang dokter yang memegang sebuah catatan yang berisikan informasi tentang pasien datang dan memotong percakapan kedua orang tersebut, "disini adakah sanak keluarga Dyo Pratama?" tanya sang dokter sambil menyapukan pandangannya didalam ruangan tersebut.
"Iya dokter?" ujar kedua orang tua Dyo bersamaan.
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Baik dok. Patricia, bisa kamu jaga Dyo sebentar?" tanya seorang pria yang gak lain adalah ayah Dyo kepada gadis didepannya.
"Baik om." Patricia hanya mengangguk pelan.
Sang dokter mengajak kedua orang tua Dyo keluar ruangan dan mulai berbicara, "Kondisi Dyo semakin memburuk, penyakitnya telah menggerogoti tubuhnya. saya perkirakan umurnya sudah tidak lama lagi."
Mendengar kabar itu, ibunya menangkupkan kedua tangan didepan mulutnya selagi air matanya mengalir. sementara ayah hanya bisa memeluk istri tercintanya untuk menenangkannya.
"Tidak mungkin! Umur Dyo masih panjang, dia masih sehat!" ujar Ibu histeris.
"Saya mengerti perasaan ibu, maafkan saya." Ujar sang dokter mencoba menenangkan wanita dihadapannya. "Dyo ... Dyo mengidap kanker otak." sambung sang dokter.
"Ti-tidak mungkin." ujar ayah tidak percaya.
"Kami bisa melakukan tindakan operasi untuk Dyo, tapi ... " Sang dokter menjeda kalimatnya lalu menghela nafas pelan, "Presentase keberhasilannya sangat kecil." sang dokter mendesah kasar setelah menyelesaikannya kalimatnya.
"Persiapan operasinya akan kita mulai besok malam, tolong beritahukan Dyo tentang hal ini."
Ayah terduduk lemas sambil bersandar pada tembok dan tangis sang ibu pecah setelah mengetahui kondisi anaknya, "baiklah, hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi." sang dokter berbalik dan kembali ke ruangannya.
Ayah berdiri dan menuntun istrinya masuk ke dalam ruangan tempat Dyo dirawat, ibunya menghapus air matanya dan langsung memeluk Dyo. Sementara ayahnya mencoba untuk memberitahukan kondisi Dyo.
"Trice, ayo kesini sebentar."
"Baik om." Patricia menghampiri ayah.
"Kondisi Dyo gimana om?" tanya Patricia.
"Saya rasa kamu sudah tau kondisi Dyo saat ini." ekspresi ayah seketika menjadi murung.
"Iya om?" tanya Patricia penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon [One-Shot]
RomanceAku berlari mengejarmu yang semakin jauh melangkah, bersamaan dengan itu airmataku tak mau surut. Tanganku berusaha mengapaimu, rasanya tak sanggup mencapainya. Lalu kenapa? Kenapa saat aku berhasil menangkapmu, mendengar kata indah itu, semuanya te...