1

17 5 3
                                    

Pagi ini cuacanya begitu cerah, burung berkicau merdu ditambah dengan tiupan angin pagi yang segar.

Di sebuah Sekolah Menengah Pertama, telah di penuhi oleh sejumlah siswa/i yang sedang berbaris untuk melaksanakan upacara bendera, di awal semester yang baru.

Pada saat upacara, pembina upacara yaitu kepala SMP MERDEKA beramanat agar pada semester baru ini para murid dapat bekerja sama dengan guru dalam proses belajar mengajar.

Setelah upacara selesai, murid-murid pun masuk ke dalam kelas masing-masing.

Di kelas IX. 3 ada anak baru, pindahan dari Surabaya.

"Selamat pagi, semua?", sapa wali kelas IX. 3 itu sembari duduk di kursinya.

"Baiklah, semua. Hari ini kita kedatangan murid baru", kata guru itu sambil mempersilahkan siswi baru itu untuk masuk yang diikuti begitu banyak pasang mata. Kemudian guru itu pun juga mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri kepada semua orang yang ada di kelas itu dan yang sebentar lagi akan menjadi teman barunya.

"Perkenalkan nama saya Jeniver Glovina. Biasanya di panggil Jeje, saya dari Surabaya", kata siswi itu dengan sangat dingin.

Setelah perkenalan diri selesai, guru itu pun mempersilahkan Jeje duduk di tempat kursi yang kosong yang terletak di pojok paling belakang.

Saat hendak berjalan menuju kursinya, ada seorang gadis yang berbisik kepadanya.

"Gaya lo boleh juga", kata Florita dengan sinis. Dan Jeje hanya menatapnya dengan tatapan yang sangat sinis dari pada Florita.

Saat sampai di tempatnya, Jeje pun langsung mengeluarkan buku dari tasnya. Dan mereka memulai pelajaran.

Pada waktu yang sama, di jelas IX. 1 para siswi sedang asik memandangi seorang primadona di SMP MERDEKA, yaitu Boy Putra Tunggal yang biasa dipanggil Boy  sedang memainkan gitar dan bernyanyi.

Memang Boy memiliki wajah yang tampan, postur tubuh yang sempurna, serta aura kegagahannya yang terpancar begitu menarik hasrat para wanita untuk memilikinya. Dia bagai Arjuna yang begitu kuat serta tangguh sehingga banyak yang terpesona ketika melihanya.

Bel istirahat pun berbunyi. Tidak seorang pun wanita tersisa di dalam kelas, semuanya pergi ke kelas IX. 1 untuk melihat Arjuna nya mereka. Jadi, tidak ada yang dapat Jeje jadikan teman untuk mengenal sekolah barunya. Walau begitu, Jeje juga tidak  membutuhkan seorang teman untuk mengenal sekolah ataupun hanya untuk sekedar mengobrol. Karena menurutnya hal itu tak perlu.

Tapi, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menghampiri Jeje untuk sekedar mengobrol.

"Halo. Lo lagi ngapain? ", tanya Alex.

Tetapi Jeje tidak menghiraukan sapaan dari Alex dan tetap fokus pada kegiatan menggambarnya.

" Kenalin nama gue Alex Prawinata, biasa dipanggil Alex", sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman dan ia kembali menarik tangannya karena Jeje masih sibuk dengan gambarnya itu.

"Lo suka menggambar, ya? Gambar lo bagus! ", kata Alex yang berusaha akrab.

" Sorry. I don't need your comment!",kata Jeje sangat jutek mejawab perkataan Alex.

Karena kata - kata Jeje sangat jutek, Alex mulai kesal. "Idih.. Kok lo jutek banget sih?!".

Tiba-tiba teman - teman Alex nyambar perkataan Alex.
"Lagi, pms nggak Lex, makanya jutek banget. Hahaha", kata Doni salah satu teman Alex.

Mendengar itu, Jeje jadi marah. "Ehh.. Jaga ucapan lo!!"

"Wah,, cewek jutek marah.. Gue jadi takut", ledek Doni lagi.

GARUDA KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang