7. Yang lebih baik

11.7K 2K 83
                                    

“Menikahlah denganku, Ciel Alfero.”
 
Angin sejuk yang menerpa wajah El, menghilangkan jejak lembab dan pengap yang dihirupnya di depan bunker mausoleum keluarga Tejakusuma. Tatapannya masih tertuju pada Luna yang juga menatapnya.

Luna! Sebut El dalam hati, selalu memiliki keberanian seperti singa betina dan selicik ular yang mengintai mangsa.

“Ah … Luv, kalau saja yang mati bisa hidup kembali. Kurasa itulah yang akan dilakukan Ayahmu sekarang.” El terkekeh tidak percaya, “Apa yang ada di pikiranmu sampai berani melamarku di depan makam orangtuamu Luv?”

Luna mengedigkan bahunya pelan, “Hanya terpikir untuk membantumu memuaskan obsesi memiliki TIV dan Halim Grup.”

Kepala El tertarik kebelakang saat dia tertawa semakin keras mendengar kalimat yang Luna ucapkan. “obsesi untuk memiliki,” ulangnya. “Sedangkal itukah pemahamanmu padaku Luv?”

“Sampai kapan kamu akan terus menyangkalnya El!?” cetus Luna dingin. “Tinggalkan APT, mereka tidak sebanding dengan apa yang bisa aku berikan padamu.”

“Berhenti bercanda,” El memperingatkan dingin.

“Saat ini aku sama sekali sedang tidak bercanda.”  Ada kepastian dari cara Luna mengatakannya. Tidak hanya itu, El bahkan bisa melihat hal yang sama dalam matanya yang tenang menyimpan keteguhan dalam misteri yang tidak akan dengan mudah sudi gadis itu bagi pada siapapun. El melangkah lebih dekat ke Luna disisi gadis itu dia menunduk untuk berbisik.

“Kamu harus tahu, dibanding memiliki … aku lebih tertarik untuk menghancurkan.”

“Aku tahu,” Luna tersenyum samar.

“Dan kamu tidak takut dengan itu?”

“Setidaknya TIV hancur ditangan orang dengan reputasi yang bagus juga kompeten di bidangnya,”

Untuk beberapa lama, El hanya bisa terdiam. Jawaban Luna adalah apa yang sama sekali tidak dia duga. Dan itu hanya makin membuatnya merasa dipecundangi … sama seperti dulu, saat di mana Luna terbiasa menang atas siasat apapun yang sengaja dirinya rancang untuk membuat kesan nona sempurna yang lekat dengan imejnya menghilang.

El bisa menghancurkan TIV tentu saja, tapi bersama dengan kejatuhan TIV reputasi yang selama ini dibangunnya dengan susah payah akan ikut jatuh. Itu lah alasan kenapa Luna sama sekali tidak takut dengan ancamannya.

“Jika aku bersedia menjadi budakmu kembali … apa yang akan kamu tawarkan padaku sebagai imbalannya?” ejek El dingin.

“Apapun,” terlalu cepat Luna merespon, “Uang, saham, kekuasaan … semua yang kamu inginkan akan aku beri.”

“Dan yang kamu inginkan sebagai gantinya?”

“Bantuan.”

“Untuk apa?”

“Duduk di hirarki tertinggi TIV sebagai priaku.”

“Dan kamu hanya akan berada di balik layar?” El tahu itu jelas tidak mungkin. Wanita dihadapannya pastilah merencanakan sesuatu yang lain, sayangnya dia masih belum tahu apa.

“Aku punya urusan lain untuk dilakukan.”

“Aku boleh tahu apa itu?”

Luna mengangguk, “Setelah kau dan aku menikah tentu saja.”

El mendengus sinis. “Rahasia. Itu hanya salah satu caramu untuk membuatku tertarik dengan penawaranmu kan?”

Luna tersenyum tipis, “Mungkin.”

“Sejauh ini tawaranmu memang cukup menarik, tapi tentu saja kamu tidak bisa selalu mendapatkan keinginanmu, terlebih jika itu ada hubungannya dengan aku.”

Pelangi Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang