2

1.5K 164 82
                                    

Suasana hening menyelimuti ruang makan keluarga Uchiha. Empat orang penghuni rumah itu tengah duduk mengitari meja makan kecil yang berada di tengah ruangan dengan berbagai hidangan khas Jepang tersaji di depan mereka. Sang kepala keluarga Uchiha Fugaku menikmati sarapannya dengan santai, tapi suasan tegang tidak bisa disembunyikan. Beberapa kali pria berusia lebih dari enam puluh tahun itu menatap dua putranya yang terlihat bersitegang. Rasanya tidak nyaman makan dengan aura yang tidak mengenakan. Tapi, Fugaku masih mencoba menahan diri agar tidak merusak selera makannya.

Fugaku meletakan mangkok nasi beserta sumpitnya dengan rapi. Membiarkan istrinya membereskan meja makan saat semuanya sudah selesai. Mikoto, satu - satunya wanita disitu mengerti situasi yang sedikit mengganggu ini. Kedua putranya memang pendiam, terlebih Sasuke, tapi diamnya mereka kali ini berbeda, jadi dia memilih untuk segera keluar dan membiarkan para pria itu menyelesaikan masalahnya. 

"Ada yang ingin kalian bicarakan?'' Fugaku mengajukan pertanyaan setelah memastikan semua selesai dengan sarapannya.

"Ya'' Itachi menyahut lebih dahulu ''Bisakah Ayah membantuku agar bisa bertemu Jenderal Yamamoto?''.

"Untuk apa kau ingin menemuinya?'' Kerutan di dahi Fugaku semakin kentara begitu mendengar keinginan putra sulungnya.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Aku punya ide Ayah. Sesuatu yang akan membuat Jepang dikenang dalam catatan sejarah'' jawab Itachi dengan mata berbinar, seolah melihat sebuah masa depan yang gemilang.

"Ide apa? Ayah harus tahu, karena akan memalukan saat kau sudah bertemu Jenderal Yamamoto dan idemu ternyata tidak menarik'' Fugaku meneguk sedikit teh dalam cangkirnya.

"Sesuatu yang akan membuat negara - negara di daratan Eropa tunduk pada kita. Aku yakin itu akan berhasil. Ayah tidak akan menyesal nanti. Aku jamin''.

Fugaku terdiam, sembari memandangi putra sulungnya yang tampak sangat yakin dengan idenya. Pria tua itu sedikit khawatir kalau Itachi akan menyampaikan hal - hal tidak masuk akal.

"Bagaimana? Apa Ayah bisa membantuku?'' Itachi tidak sabar dengan jawaban Fugaku. Dalam hati berpikir jika ayahnya tidak mau membantunya dia akan meminta tolong pada pamannnya, Obito. Pamannya itu pasti akan membantunya tanpa banyak bertanya, berbeda dengan ayahnya ini.

"Ayah akan pikirkan'' jawaban Fugaku sama sekali tidak membuat Itachi senang. Putra sulung keluarga Uchiha itu membuang napas keras, sebenarnya sudah menduga akan sulit meminta bantuan ayahnya. 

"Kau Sasuke, ada yang ingin kau bicarakan?'' Kali ini tatapan Fugaku mengarah ke Sasuke yang sejak tadi diam dan lebih memilih menikmati tehnya.

"Tidak ada'' jawab Sasuke singkat.

Jawaban Sasuke membuat Itachi mendengus malas ''Kau tidak ingin mengatakan pada Ayah kalau sekarang kau berteman dengan orang asing itu'' sindir Itachi.

Sasuke meletakan cangkir tehnya sedikit keras hingga menimbulkan bunyi benturan. Bibirnya terkatup rapat berusaha bersikap setenang mungkin. Meski begitu matanya melirik tajam Itachi yang entah kenapa mengungkit hubungan pertemanannya dengan Naruto.

"Orang asing? Siapa?'' Itachi tersenyum sinis saat ayahnya menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Namanya Naruto. Dia wartawan dari Amerika'' jawab Sasuke masih dengan nada datar. Sebisa mungkin dia tidak ingin ayahnya berpandangan buruk pada Naruto.

"Jangan terlalu percaya dengan orang asing Sasuke. Apalagi dia wartawan, bisa saja dia sedang mengincar informasi penting darimu'' Fugaku mengisi cangkir tehnya yang sudah kosong. Meski diucapkan dengan pelan dan lembut, tapi ada ketegasan di dalamnya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang