4

1.2K 150 29
                                    

Seikat bunga berwarna putih kecil dengan daunnya dan beberapa bunga kuning terangkai rapi, tergeletak di depan sebuah nisan yang tampak sudah usang, tapi cukup bersih. Seorang pria berambut pirang berjongkok di sampingnya sembari mencabut beberapa rumput liar yang tumbuh di atas makam itu.

"Aku datang Ibu, maaf karena jarang kesini'' monolog pria itu, mata birunya memandang sendu ke arah nisan dengan tulisan yang sudah pudar.

"Kebetulan aku bisa pulang. Dan dua hari lagi aku akan pergi lagi dan mungkin akan semakin jarang mengunjungimu. Maafkan aku'' Pria itu, Naruto mengedikan bahu. Meski senyuman terlihat di wajahnya, tapi tatapan sendu matanya mampu menggambarkan perasaannya saat ini.

Sudah sangat lama, Naruto tidak mengunjungi makam ibunya. Dan entah kenapa saat kakinya menginjak lagi Amerika setelah sekian tahun berpindah - pindah ke berbagai negara karena tugas, dia ingin mengunjungi makam wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Setelah dari sini aku juga akan mengunjungi Ayah. Doakan aku ya, agar pria tua itu tidak lagi marah padaku'' kekehan pelan terdengar di area pemakaman yang sepi itu.

Lama Naruto tidak bertemu ayahnya. Semenjak lulus kuliah dan Naruto memilih menjadi jurnalis, dia sudah jarang sekali bertemu dengan pria tua itu. Lagipula bukan sepenuhnya salah Naruto, karena ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya mengurusi keamanan negara. Ayah Naruto seorang tentara angkatan laut. Naruto sudah terbiasa tidak melihat ayahnya dalam jangka waktu lama karena harus bertugas, jadi hubungan mereka tidak terlalu dekat.

"Aku pergi Ibu'' Naruto beranjak dari tempat itu, merapikan sedikit mantel yang dipakainya sambil berjalan menjauh dari area pemakaman.

⚛️

Kerutan di dahi Naruto tampak kentara saat matanya membaca deretan huruf - huruf yang tercetak di beberapa lembar kertas yang tanpa sengaja di temukannya di meja kerja ayahnya.

Pria pirang itu, baru saja sampai ke rumah besar ayahnya dan mendapati hanya ada pengurus rumah yang sudah tua menyambutnya, mengatakan kalau majikannya belum pulang. Naruto tidak mempermasalahkan itu. Dia tahu ayahnya pasti belum pulang, tapi tidak masalah kan, lagipula dia berada di rumah sendiri. Naruto memilih untuk mandi membersihkan diri sembari menunggu ayahnya yang kemungkinan baru akan pulang saat makan malam.

Naruto mengamati keadaan rumah besar yang sudah lama ditinggalkannya. Tidak banyak yang berubah, hanya beberapa perabot baru dan warna cat dibeberapa sudut yang berbeda dari yang dia ingat. Naruto memilih untuk memasuki perpustakaan sekaligus ruang kerja ayahnya. Sebuah foto besar tergantung di dinding di belakang meja kerja ayahnya.

Senyuman penuh kerinduan ditujukan Naruto saat melihat foto itu. Fotonya saat masih berusia sepuluh tahun dan kedua orang tuanya. Ibunya masih tampak muda dan cantik di foto itu. Dengan rambut kemerahannya dan senyum lembut yang selalu Naruto ingat. Ayahnya begitu gagah dengan seragam tentaranya. Rambut pirang yang di wariskan padanya tersisir rapi ke belakang dan mata birunya menyiratkan wibawa dan harga diri yang tinggi.

Melangkah lebih dekat, ingin melihat foto itu dengan jelas, Naruto berdiri tepat di depan meja kerja ayahnya. Rasanya sudah lama sekali dia tidak datang ke rumah ini. Waktu berlalu tanpa terasa. Jarak yang memang sedari dulu sudah jauh antara dirinya dan ayahnya semakin meregang luas dan mungkin akan sangat canggung bertemu dengan pria tua itu.

Desahan lelah dikeluarkan Naruto. Kepalanya menunduk, memandang meja kerja ayahnya yang sedikit berantakan. Mengamati kertas - kertas yang tersusun tidak rapi, dokumen - dokumen entah apa yang mungkin sedang dibaca ayahnya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang