"Maaf sayang, hari ini aku tidak bisa menjemputmu. Ada meeting. Tidak apa-apa kan? Saranghae."
Wonwoo menghembuskan nafasnya kasar. Bibirnya menyerucut membaca pesan yang baru diterimanya dari Mingyu. Tadinya dia ingin meminta kekasihnya itu untuk menemaninya berbelanja. Banyak persediaan yang hampir habis. Kulkasnya juga sudah kosong.
Sebelum menyandang status pacar Mingyu, Wonwoo tidak begitu peduli dengan isi kulkas di flatnya. Lemari pendingin itu lebih sering dipenuhi dengan kaleng-kaleng beer. Lelaki bermata sipit itu lebih suka makan di luar dan tidak pernah memikirkan kandungan gizi dari makanan yang masuk ke dalam perutnya. Tidak heran jika tubuhnya terlihat kurus. Tapi semenjak Mingyu masuk dan memonopoli hidupnya, lelaki berkulit tan itu sering melarangnya memakan ini dan menyuruhnya meminum itu, dengan mengatas namakan "perhatian seorang pacar". Bahkan Mingyu tidak segan memasak sendiri untuk memastikan sang pujaan hati makan dengan baik. Walau awalnya Wonwoo merasa tidak suka tapi semakin lama Wonwoo menyukainya. Karena itu berarti lebih banyak waktu yang mereka habiskan bersama.
Wonwoo terus melangkahkan kakinya di antara rak-rak supermarket. Berstatus sebagai kekasih mingyu selama hampir setahun -tepatnya 10 bulan 21 hari- menjadikannya terbiasa berbelanja bahan-bahan makanan. Wonwoo mengecek lagi barang-barang yang sudah dibelinya.
"Ah, pasta!" Masakan Mingyu yang paling disukai Wonwoo adalah spagetti. Sudah lama dia tidak menikmati "spagetti special dengan taburan cinta" buatan Mingyu. Wonwoo terkikik sendiri mengingat Mingyu yang suka memberi nama-nama aneh untuk setiap masakannya.
Saat Wonwoo akan meraih salah satu bungkus pasta, tiba-tiba sebuah lengan terulur mendahuluinya mengambil barang yang sama. Reflek Wonwoo menarik tangannya dan menoleh ke arah sang pemilik lengan. Bibirnya langsung melengkung lebar hingga hidungnya berkerut menggemaskan saat melihat sosok itu. Berbanding terbalik dengan ekspresi yang diperlihatkan lelaki di depannya. Bola matanya melebar dengan pupil mengecil. Ekspresianya terkejutnya tidak bisa disembunyikan.
"Wonwoo?"
Baru saja mulut wonwoo terbuka, sebuah suara lembut menginterupsinya.
"Oppa, apa sudah dapat pastanya?" Sebuah lengan tiba-tiba melingkar di siku Mingyu. Awalnya Wonwoo tidak bisa melihat wajah dari si pemilik tangan karena tertutup oleh bahu lebar Mingyu. Tapi tidak lama sebuah paras cantik muncul dari belakang Mingyu. Belum satu detik Wonwoo melihat wanita itu, tiba-tiba Mingyu berbalik dan menarik kedua sisi lengan wanita itu agar kembali tersembunyi dari pandangan Wonwoo.
"I-Iya sudah. Ayo kita cari yang lainnya."
Mingyu membalikkan tubuh wanita itu dan mendorongnya pelan untuk menjauhi Wonwoo. Sebelum wajahnya benar-benar menghilang di balik rak-rak, Mingyu sempat menoleh untuk melihat keadaan Wonwoo. Wonwoo masih berdiri di tempat yang sama dengan ekspresi datarnya. Baru setelah 3 kali hembusan nafas Wonwoo memutar tubuhnya dan segera menuju kasir. Wonwoo sudah tidak peduli apakah belanjaan sudah lengkap atau belum. Walau dia bisa mempertahankan ekspresi datarnya, tapi sungguh, saat ini dia sedang menahan kakinya yang gemetar hebat. Dia hampir tidak kuat berdiri. Wonwoo segera mengantre di kasir yang dipilihnya secara acak. Dia tidak sempat memikirkan antrean mana yang paling cepat. Adegan yang baru dilihatnya tadi terus terulang dalam bayang memorinya.
"Sohye-ya, apa tidak sebaiknya kita mengantri di kasir yang lainnya?" Suara serak dan dalam itu. Tidak perlu repot-repot membalikkan badan, Wonwoo sudah tau siapa pemilik suara yang sepertinya berdiri tidak jauh di belakangnya. Wonwoo meremas pegangan troli sampai buku-buku jarinya memutih. Kumohon.
"Lihat lah, kasir di ujung sana antriannya lebih pendek" Mingyu terus mencuri pandang ke punggung kurus tak jauh di depannya sambil berusaha meyakinkan wanita di sampingnya.
"Tidak, oppa. Apa kau tidak lihat, walaupun yang mengantri hanya 3 orang, tapi belanjaan mereka begitu banyak. Pasti akan lama transaksinya. Lebih baik di sini. Yang mengantri 4 orang tapi yang dibeli sedikit." Sohye membalas dengan nada manja khasnya.
"Tapi Sohye-ya-"
"Sudah lah, oppa. Percaya lah padaku. Ah lihat, yg paling depan sudah selesai transaksinya. Ayo oppa cepat mengantri."
Mingyu tidak bisa menolak lagi setelah Sohye menarik lengannya ke arah antrian yang dimaksud.
Sial. Kebetulan yang sangat buruk. Kenapa dia harus bertemu Wonwoo ketika menemani Sohye berbelanja. Mingyu jadi teringat alasannya tadi pada Wonwoo ketika tidak bisa menjemputnya. Mingyu begitu merasa bersalah. Terlebih saat ini 2 orang yang selalu dia harap tidak akan pernah bertemu justru berdiri dengan jarak yang begitu dekat.
Sohye terus bercerita tentang kegiatannya sebelum bertemu Mingyu hari ini. Mingyu tidak begitu memberinya banyak atensi. Perhatiannya justru jatuh pada punggung lebar namun terlihat ringkih di depannya. Dari jarak sedekat ini tentu Wonwoo mendengar begitu jelas celoteh Sohye yang begitu kolokan.
"Oppa, aku ke toilet dulu. Nanti kalau sudah selesai transaksi tunggu aku ya." Melihat tidak ada respon dari Mingyu, Sohye memegang lengan lelaki itu dan mencoba mengguncang tubuh tegapnya.
"Oppa!"
"Huh?"
"Aku ke toilet duluuu!"
"Oh, Eung~"
Baru saja Sohye pergi, antrian kembali memendek karena satu costumer selesai bertansaksi. Sekarang giliran Wonwoo.
"Yeppeuda." ucap Wonwoo sambil mengeluarkan barang-barang dari trolinya tanpa memandang kearah yang diajak bicara. Dan si kasir mulai menghitung harga setiap belanjaan Wonwoo.
"Huh?" Terus terang Mingyu terkejut dengan perkataan Wonwoo yang tiba-tiba.
"Cantik-" Wonwoo menjeda sesaat ucapannya. Dia tidak tau harus memanggil wanita yang bersama Mingyu tadi dengan sebutan apa. "Your wife-." Ah, pemilihan kata yang buruk. Wonwoo menyesal kenapa harus kata itu yang ia pilih dari sekian banyak kosakata yang berputar-putar di cerebrum-nya. Itu justru menyakiti dirinya sendiri. Seolah mengingatkan posisi Wonwoo sebenarnya di sini.
"Uh? Hmm." Normalnya seorang suami akan merasa senang dan berterima kasih ketika mendengar seseorang memuji kecantikan istrinya. Tapi tidak dengan Mingyu. Setidaknya untuk saat ini.
Beberapa detik berlalu dengan keheningan. Semua belanjaan Wonwoo telah selesai dihitung. Wonwoo menyerahkan beberapa lembar uang sesuai nominal tertera pada mesin kassa. Tiba-tiba ia merasa sebuah lengan melingkar di pinggangnya bersamaan dengan nafas hangat berhembus di depan telinganya.
"Nanti malam aku menginap di tempatmu. Bersiap-siaplah."
Lalu kehangatan itu menghilang bersamaan dengan kasir yang menyerahkan uang kembalian beserta struk belanjaan. Wonwoo mengangkat bungkusan plastik berisi belanjaannya dan segera meninggalkan tempat itu. Bersamaan dengan itu Sohye baru saja kembali dari toilet. Dia setengah berlari menghampiri Mingyu dan melewati Wonwoo begitu saja.
"Oppa, apa belanjaannya sudah selesai dihitung?"
Lelaki berkacamata bulat itu mendengus, salah satu sudut bibirnya terangkat.
Bodoh!
***
TBC
Ohoks. Author baru netes nih. Setelah sekian lama cuma jadi pembaca, lama-lama gatel juga pengin nulis sendiri.
Ditunggu, komen, kritik, saran, dan votenya yaa...
고마워....
p.s. aku hampir pingsan nonton teaser comebacknya Seventeen. xD konsep baru, ihiy...

YOU ARE READING
KELIRU (Meanie)
ФанфикWonwoo selalu berharap agar dia tidak ditakdirkan seperti tokoh protagonis dalam drama-drama picisan yang sering ditayangkan di TV. Kebahagiaannya selalu dicuri dan harus menanggung berbagai kepedihan sepanjang hidupnya. Namun ketika Tuhan mengabulk...