CHAPTER 1 : MORNING

21 3 0
                                    


Setiap manusia tentu meliliki kemampuan masing-masing. maupun itu kemampuan dari lahir atau kemampuan yang dikembangkan sendiri. Kemampuan pasti akan berguna di kehidupan. meliki kemampaun, itu berarti kau aman untuk melanjutkan hidupmu.

lalu jika kau merasa tidak ada kemampuan, bahkan kau pun sudah mencari kemampuan itu, tapi kau masih tak bisa mendapatkannya. apakah manusia itu tak berguna?

***

Bunyi alarm dari handphone membangunkan wanita ini. Menyadarkannya. Ya, hanya sadar saja. tapi tidak ada niat untuk memisahkan tubuhnya dengan kasur kusam itu.

Matanya pun tetap ia sengaja menutup rapat-rapat. Berharap dengan kembali menutup matanya, ia dapat melanjutkan tidurnya. tentu ini berhasil, dan ia tidur dengan disinari matahari pagi dari jendelanya.

Tak lama dari itu, bunyi suara kucing dari jendela kamar dan kembali nyadarkannya. mencoba membuka matanya,dan pelan-pelan menutup kembali. apakah ia akan melakukannya lagi? apakah ia berhasil yg ke-2 kalinya?

suara kucing itu terus menggagunya. gerakan-gerakan kecil dari tubuhnya menandakan ia tak nyaman dgn tidurnya. Dari menggaruk-garuk kepalanya, menggesakkan kedua kakinya dan membelokkan tubuhnya. baiklah, kali ini ia nyerah, dan gagal untuk melanjutkan kegiatan emas nya itu.

Kembali terdengar suara kucing di jendala sana. Kesal karna menggangu tidurnya, wanita inipun melemparkan bantal yang dikepalanya tadi ke arah jendela. Kucing itu pun bergegas berlari turun dari sisi atas jendela tersebut.

Tak lengkap kalau bangun tidur tidak langsung melihat notification handphone. Tapi hp nya ada di atas meja disisi kepala kasur. Sedangkan ia tidur terbalik. kaki di sisi kepala kasur, dan begitu juga kepala di sisi kaki kasur. Yang dilakukannya adalah mengambil hp dengan cara mencapitkan jari jempol, dan jadi telunjuk kakinya. Ya kakinya.

jarinya berada dengan layar handphone. scroll ke atas, scroll ke bawah, scroll ke atas, scroll ke bawah tanpa ada tujuan dan tak fokus di satu saja.

"Cepet bangun sana, ibu sudah buat sarapan" ujar suara yang berasal dari balik pintu.

"Hooh" balasnya acuh

"Anna, kalau ibu melihat mu seperti ini, aku yakin ia akan benar-benar marah"

"Aku tau kau tak akan membiarkan ibu melihat ku seperti ini kan" ujar wanita itu sambil berbalik tubuhnya yg masih di atas tempat tidur

"Serah" balasnya ikhlas

Anna pun bergegas berangkat, karna ia tau tak lama lagi ibunya akan berteriak memanggil namanya. Tapi sebelum itu ia membenarkan tempat tidurnya karna ibunya akan memeriksa saat Anna sedang makan.

***

Setiap langkah aku selalu memikirkan sesuatu. "Apa yang akan ku lakukan hari ini?" "Apakah ibu akan tetap bertanya tentang pekerjaanku" atau bahkan "Apakah aku sudah menemukan mimpiku?"

Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan paling horror bagiku. Dari kecil aku selalu ditanya "Apa cita-cita mu? apa mimpimu?" dan yang selalu ku jawab adalah "Aku ingin terus tidur dikasurku". semua orang yang bertanya tadi memiliki ekspresi yang sama semua, hanya tertawa dan sedikit meremehkan. Kejadian itu membuat ibuku merasa sedikit malu.

Seorang memiliki mimpi karna ia memiliki bakat tersediri, dan ia kembangkan. Mimpi akan sangat mudah terwujud jika adanya bakat. Contohnya seperti kakak tertuaku, Aslan. Aslan sangat pintar menggambar sesuatu, gambar dua dimensi, 3 dimensi bahkan yang lainnya. Karna adanya bakat tersebut, ia bisa mewujudkan mimpinya yaitu menjadi Animation Creator.

Sama halnya dengan kakak perempuanku, Lucy. Ia sangat ahli menggambar dari semua arah perspektif dan ia juga sangat rapi dan teliti. Sekarang ia kuliah dengan jurusan Arsitektur, yang merupakan mimpinya.

Berbeda dengan ku, bakat nyata tidak terlihat sehingga aku harus mencari sendiri. Itulah asalanku kenapa aku tidak terima di universitas dimanapun. Karna aku tak tau jurusan apa yang ingin ku dalami. Tidak, sebenarnya aku tidak ada niat kuliah. Buang-buang waktu dan buang-buang uang.

"Gud moning" sapaku kepada seluruh orang di meja makan

"Makan sana" bales cuek ibu ku

Aku duduk disebelah Aslan. Ia mengerjakan pekerjaan yang belum ia selesaikan saat sedang makan. Sesekali aku mengintip apa yang sedang ia kerjakan. Dan memperhatikan gerakan perpaduan tangan dan penanya yang beradu.

Hasil yang menakjubkan, gambar yang ia buat dengan cepat menghasilkan suatu karya seni yang indah. Ini bukan pertama kalinya ia memperlihatkan skill menggambarnya padaku. Tapi ekspresi ku seperti baru perdana melihatnya.

Tapi, apakah ia bahagia dengan pekerjaannya sekarang?

"Aslan, apa kau lelah dengan pekerjaanmu sekarang?"

"Tidak."

"Benarkah? Kau pulang bekerja sudah malam, bahkan kau melanjutkan pekerjaanmu saat sudah sampai rumah, bahkan kau sekarang sedang makan tetap mengerjakan projek mu itu."

"Jangan ganggu Aslan. Dia sedang bekerja" saut ibu

Sepertinya ibu mengira kalau aku menghasut Aslan untuk berhenti bekerja. Padahal aku hanya bertanya kebahagiaan menurutnya. Baiklah, melanjutkan sarapan mungkin jalan yang baik. Aku tak ingin merusak pagi ini hanya karna pertanyaan tak pentingku

EuphoriaWhere stories live. Discover now