.
.
Kim Jungwoo tidak tahu sejak kapan dia mulai mengamati pemuda misterius itu dari jauh.
Pemuda berambut pirang terang yang selalu duduk di jam yang sama, saat Jungwoo pulang setiap sore. Dari kedai kopi tepat di seberang apartemennya. Pria tinggi yang selalu menggunakan earphone. Tangannya selalu sibuk menulis sesuatu dan menggumamkan sesuatu.
Kedai kopi yg sebagian besar berdinding kaca dan Pria itu memilih tempat duduk di pinggir jendela, menghadap ke jalan. Sangat sulit untuk tidak memperhatikan gerakan satu sama lain. Bahkan Jungwoo bisa melihat dengan jelas alis tebal membingkai mata tajamnya dan melihat gerak bibir tebal itu dari jauh, entah dia sedang menyanyikan lagu dari earphonenya atau sedang membaca keras-keras isi bukunya. Jungwoo tidak pernah tahu. Jungwoo juga tidak yakin jika pria itu adalah orang Korea. Tapi dia selalu memesan Americano...
Jalanan besar yang memisahkan mereka begitu ramai oleh kendaraan. Apalagi jika para anak muda sedang lewat dengan mobil atau motor mereka, mulut-mulut tanpa kenal takut yang kasar, membuat kepala Jungwoo berdenyut.
Kenyataannya, Jungwoo hanya suka memandanginya dari jauh. Dia begitu mencolok dengan pakaian warna terang, bermotif donat atau semangka. yg anehnya itu terlihat bagus untuk seorang pria. Kadang-kadang tanpa sengaja Jungwoo akan menemukan mata mereka bertemu. Yang dengan cepat Jungwoo akan membuang pandangannya kearah lain.Tapi tidak, walaupun mata mereka bertemu, pemuda itu tidak sedang menatap Jungwoo, matanya seperti jauh ke tempat lain, seperti dia sedang memikirkan hal yang lebih jauh dari Jungwoo di seberang.
Jungwoo tidak mempunyai keinginan lebih jauh untuk mengenal atau bahkan menyapa, dia akan segera tenggelam dengan pikirannya sendiri saat tiba di bus. Lagipula dia harus hati-hati jika mungkin pemuda itu adalah polisi yg sedang menyamar. Jungwoo tak mungkin bersikap ramah pada semua orang. Tidak mungkin memberikan image seperti ia mudah didekati. Itu berbahaya bagi dirinya dan timnya.
Tapi setelah seharian penuh mendengar kuliah dan mencatat apa yang harus dia kerjakan, juga mengeluh tentang makanan di kantin atau tentang pekerjaan paruh waktunya yg beresiko, belum lagi mendengar omelan Doyoung. Melihat si pirang adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Seperti kau seharian menahan buang air kecil lalu akhirnya kau bisa membuang itu kemudian. Kelegaan semacam itu, bukan bukan. Itu bukan perumpamaan yang bagus, itu juga tidak sopan, menyamakan pria yang bahkan tidak dikenalnya dengan air seni? Tidak! Juga bukan karena Jungwoo punya hasrat tertentu pada dirinya. Tidak sama sekali! Kim Jungwoo is straight!
Baiklah itu seperti jika kau akhirnya berkedip setelah 10 menit kau bertarung adu tatap, dengan Park Jisung yang akan tertawa seperti idiot saat melihatmu sedang serius, dan Jungwoo pikir itu adalah strateginya, karena saat Jisung terpingkal-pingkal, matanya akan membentuk lengkungan bulan sabit yang lucu, dan bahkan kau tidak tahu apa dia sedang menggunakan kesempatan itu untuk berkedip. Tapi Doyoung Hyung bilang Jungwoo adalah pemenangnya. Jadi yah. Oh ayolah. Kelegaan semacam itu, Jungwoo bisa menghela nafas dengan lega setelah bisa melihat pria itu duduk disana sambil berjalan.. Lalu Jungwoo akan mengagumi bagaimana warna terang cocok untuknya. Kemeja orange terang dengan jaket jeans, cocok sekali untuk rambut pirang nya. Atau lain kali dia akan datang dengan warna plum, atau ungu terang.
Dia seperti karya seni!
.
.
.
.
.
.
.
(ᅌᴗᅌ✿) (ᅌᴗᅌ✿) (ᅌᴗᅌ✿)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mugunghwa that fell
FanfictionKim Jungwoo tidak tahu sejak kapan dia mulai mengamati pemuda misterius itu dari jauh. Tapi dia harus selalu berhati-hati..... [ NCT FANFICTION, LUWOO/CASWOO ]