2 : Rabu, Aku Cinta Kamu!

107 12 9
                                    

Apa yang kau rasakan saat orang terdekat membicarakan masa depanmu?

Jika ada pertanyaan seperti itu, maka sudah dapat dipastikan jika jawaban yang diberikan kurang lebih seperti "Aku sungguh senang saat mereka membahasnya, aku merasa diperhatikan," atau mungkin "Kurasa aku terharu pada siapapun yang seperti itu kepadaku." Ya, begitulah kurang lebihnya. Atau mungkin itu jawabanmu jika aku menanyakan pertanyaan itu padamu?

Hei, aku cemburu jika memang semacam itu jawabanmu. Setidaknya kau dapat menjawab pertanyaannya. Beruntunglah engkau, aku di sini hanya dapat menjawab dengan air mata yang mengalir lembut membasahi pipi tebalku, tanpa isyarat kata sebagai jawabannya.

******

Matahari tak pernah lupa untuk terbit, pagi yang baru telah dimulai. Hari Rabu, semua menantikan pelajaran penjasorkes yang hanya datang seminggu sekali. Begitu juga dengan Dewi yang bangun pagi-pagi, segera bergegas dan bersiap ke sekolah.

Jalanan kota pukul enam empat puluh menit lebih ramai dari biasanya. Mendekati musim liburan, banyak warga luar daerah yang mengunjungi Yogyakarta. Apalagi jalur menuju sekolah merupakan salah satu titik padat kendaraan di Yogyakarta, dari kecamatan manapun rumahmu bertempat.

Nyaris bel masuk, Dewi tiba di sekolah pukul enam lima puluh lima menit. Bahkan, satpam sudah berdiri di depan gerbang bersiap menutupnya, berteriak menyuruh cepat-cepat masuk.

"Assalamualaikum," ucap Dewi lirih sambil mencari bangku yang masih kosong, satu-dua menjawab, lainnya sibuk berkutat dengan urusannya masing-masing.

Ternyata pagi ini juga bukan pagi yang baru dan berbeda, masih saja sama seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Anak laki-laki bergerombol membahas gim terbaru yang asyik dimainkan bersama-sama. Beberapa anak perempuan membahas tugas yang sulit diselesaikan, ada juga yang asyik melihat kiriman akun orang lain di Instagram, bahkan ada pula yang sejak tadi tertawa gara-gara Rashif yang buang gas di tempat les tempo hari. Sebenarnya apa salahnya sih, buang gas? Aku bahkan buang gas bau sekali di reuni SD. Ah, benar-benar pagi yang biasa saja.

Pagi dimulai dengan pelajaran Bahasa Inggris. Mister Po seperti biasa mengajar dengan media powerpoint. Materi hari ini mudah saja, karakteristik hewan, membuat teks deskripsi. Seperti ombak yang akhirnya selalu ke pantai, kelas ini selalu dilanda kantuk saat tiba pelajaran Bahasa Inggris. *oke fix gada hubungannya*

Berlalu lambat, akhirnya jam pelajaran Bahasa Indonesia tiba. Bu Risa yang belum sempurna menginjakkan kakinya masuk ke kelas sudah dihadang duluan dengan berbagai pertanyaan.

"Bu, ulangan kemarin gimana? Ada yang di bawah KKM nggak?" teriak Khansa menghampiri Bu Risa. Kelak akan kurindu teriakmu.

"Bu, teks beritanya harus selesai hari ini?" tanya Olyn dari bangkunya.

"Bu, puisi yang untuk majalah Kreasi sudah jadi, kapan bisa saya kirim ke Bu Risa?" tanya Aini bergantian.

Ya Tuhan, mengapa selalu gaduh saat pelajaran Bahasa Indonesia bahkan baru mau dimulai?

Evaluasi materi teks berita, Bu Risa meminta kami membuat teks berita dengan tema bebas. Kebanyakan memilih kemacetan di Yogyakarta sebagai masalah utama dalam berita yang dibuatnya. Ada pula yang memilih masalah kenakalan remaja, kecanduan gim online.

Tiga jam pelajaran digunakan dengan baik, Arya sudah menyelesaikan teks beritanya. Tapi ada juga yang bahkan belum selesai menulis satu paragraf utuh, kehabisan ide katanya.

Teks berita dilanjutkan di rumah. Dikumpulkan paling lambat minggu depan, ucap Bu Risa mengakhiri kelas. Maka begitulah jam Bahasa Indonesia berakhir, digantikan dengan jam penjasorkes.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 03, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Daily Love 41Where stories live. Discover now