Menangis tidak selalu simbol lemah tak berdaya. Menangis dalam situasi tertentu justru adalah simbol kekuatan, kesabaran, dan kehormatan. -Tere Liye
Suara tangis wanita itu terdengar begitu memilukan bagi siapapun yang mendengarnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya yang membengak menerima tamparan demi tamparan dari pria biadab itu. Matanya memerah, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah dan mulutnya tak berhenti mengeluarkan kata-kata permohonan ampun kepada pria itu. Tapi itu semua tidak lantas membuat pria itu berhenti menyiksanya. Semakin keras wanita itu berteriak, semakin kencang wanita itu menangis, dia justru terlihat sangat menikmatinya. Mulutnya menyunggingkan senyuman, kepuasan terlihat dari sorot matanya.
"Oh sayang, sebenernya aku tak ingin melakukan ini padamu. Aku sangat mencintaimu, bagaimana mungkin aku tega menyakitimu seperti ini" ucap pria itu sambil mengelus elus pipi wanita itu
"Tapi kau memaksaku!, kau sudah tau aku paling tidak suka ada yang menyentuh barang-barang pribadiku!. Siapa yang memberimu izin menyentuh ponselku hah?!!" pria itu berteriak sangat kencang dihadapan wanita itu, membuat wanita itu menunduk dan kembali menangis
"Maafkan ibu yah, ibu tak bermaksud ...."
"Tak bermaksud apa?? Apa yang kau cari di dalam ponselku hah?? Apa kau menuduhku menyembunyikan sesuatu?? Apa kau menuduhku berselingkuh?? Begitu??"
"Bukan yah, bukann ...."
"Kau ini selalu saja membuatku marah!"
"Aku tanya sekarang padamu, masih kurang apa yang telah kuberikan untukmu??, Rumah besar, perhiasan mahal, kendaraan mewah, status sosial, masih tidak cukup sehingga kau masih mencurigaiku?? Masih kurang??!"
Wanita itu bergeming
"Ayo jawab!!"
"Masih kurang tidak??!"
"Tidak yah tidak" jawab wanita dengan terisak
"Maafkan ibu"
"Dasar istri tidak berguna!!" hardiknya sambil menjambak rambut istrinya dan kemudian mendorongnya hingga jatuh tersungkur ke lantai. Lalu dia pun pergi meninggalkan istrinya yang masih menangis dengan rasa tidak bersalah sedikitpun.
Bersamaan dengan itu, suara pintu depan rumah terbuka. Seorang remaja perempuan berusia 14 tahun memasuki rumah
"Assalamualaikum, ibuu aku pulang, aku punya kabar baik untuk ibu"
Wanita itu segera mengusap pipinya yang sudah dibasahi oleh air matanya, lalu ia segera menuju ke kamar mandi agar tak sampai dilihat oleh sang anak.
Remaja perempuan itu sudah tidak sabar memberi kabar yang ia bawa untuk ibunya, lantas dia langsung ke kamar ibunya karena biasanya ketika ia pulang sekolah akhir akhir ini, ibunya selalu di dalam kamar dan ketika ia masuk kamar, ibunya selalu sedang mencuci muka
"Ibu ada di dalam kamar? Aku masuk ya?" remaja perempuan itu berbicara sambil membuka pintunya, dan sudah ia duga, pasti ibunya keluar dari kamar mandi karena habis mencuci mukanya
"eh putri udh pulang"
"eh iya ni bu, liat deh nilai matematika putri dapet nilai 90, aaaa seneng banget putri, tertinggi di kelas lagi, hehe ga sia sia putri sering belajar" katanya sambil memberikan selembar kertas ulangan matematika pada ibunya
"wah iyaa, hebat bener anak ibu" senyum yang dirasakan oleh wanita itu merupakan senyum bahagia, bukan karena putri dapat nilai tertinggi, tapi karena dia mengucapkan syukur pada tuhan karena telah memberi anak yang bisa membuatnya bahagia, bisa membuatnya tegar akan semua masalah yang ia hadapi
"putri?"
"iya bu?"
"boleh ibu peluk putri?"
"engga bu, tapi putri yang peluk ibu" lantas putri memeluk ibunya
Walaupun ia sudah berhenti menangis, air matanya sudah kering di pipi, isaknya hilang di senyap, seperti tidak ada lagi sisa tangisnya di wajah. Tetapi tangisan itu tetap tertinggal di hati. Kesedihan, rasa sakit, beban yang membekas.
--------------------------------------------------
Segini aja dulu ya gaes 😅, mudah mudahan suka ya, aamiin
Maafin part 1 ceritanya dikit, maafin kalau ada yang belum puas, disini saya masih belajar. Maafin juga kalau diceritanya banyak yang salah dalam segi apapun, masih pemula soalnya hoeheheh
Kalau ada kritik dan saran, komen aja yaa, untuk bisa buat aku lebih baik juga
Ya udah segitu aja dulu, Wassalamu'alaikum WR.WB
-Anggun Nurfadila, 4 Juli 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks for all
Teen Fiction[Genre: Psikopat, Romance, Crime] Suara tangis wanita itu terdengar begitu memilukan bagi siapapun yang mendengarnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya yang membengkak menerima tamparan demi tamparan dari pria biadab itu. Matanya memera...