Hai diary dan orang-orang yang membaca ceritaku saat ini.
Aku tau kalau kalian pasti akan bosan membaca isi diary ini. Huh aku tak mengerti kenapa orang itu memintaku menulis setiap kegiatanku sehari-hari di buku diary, padahal aku sendiri tak pandai membuat kata-kata diatas kertas, tak seperti kakakku.
Apa yang kau lakukan hari ini?
Hari ini? Mungkin bisa dikatakan hari yang menyedihkan untukku. Pagi ini dokter datang mengecekku dan memberikan berita buruk, penyakitku sudah semakin parah, bahkan aku diprediksi tak akan bertahan sampai 2 minggu. Perasaanku tentu saja aku sangat sedih, aku tak tau apa yang akan terjadi kalau aku sudah tiada.
Apa orang tua serta nenekku akan sedih?
Apa kakak akan baik-baik saja tanpaku?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berputar dalam otakku, karena aku paling mencemaskan kakakku Kuroko Tetsuya. Semenjak dirinya kelas 3 SMP, kakak jadi agak pendiam, bahkan sampai membenci basket yang dia cintai. Kalau saja waktu itu aku tak memaksanya untuk mengajariku main basket, mungkin sampai sekarang dia akan menyerah dengan olahraga yang dia cintai. Karena itu aku khawatir kalau kejadian itu sampai terulang lagi.
Siapa yang akan ada disisinya saat dia sedih?
Helaan nafas mengiringiku sejak dokter keluar dari ruangan beberapa puluh menit yang lalu. Dan itu menarik perhatian seorang perawat baik hati nan tampan seperti oppa-oppa boyband Korea yang menjagaku selama aku dirumah sakit. Dia menawariku untuk sekedar menghirup udara segar diluar, aku tentu saja tak menolak (siapa sih yang menolak ajakan orang tampan :v), mugkin itu bisa jadi ide bagus menghilangkan pikiran negative.
Perawat itu membawaku ketaman dimana ada sebuah pohon besar dan rindang, tempatnya juga agak sepi serta cocok untuk menjernikan pikiran, aku baru tau kalau ada tempat seperti ini di rumah sakit. Perawat tadi meninggalkanku setelah berpamitan karena dia masih harus merawat pasien lainnya, sebenarnya aku butuh sekali teman bicara, tapi tak mungkin aku memaksa kak perawat, kan gak sopan juga.
"Huh sedang apa gadis cantik sendirian disini?" Saat itulah aku bertemu dengan seorang gadis bersurai perak panjang.
Iris baby blue disertai senyuman manis seolah membiusku untuk terus menatapnya. Tapi siapa dia? Apa gadis ini juga seorang pasien?
"Kenapa wajahmu sedih gitu? Apa kau habis diputusin sama pacarmu?" Tanya gadis itu lagi kali ini tangannya memegang daguku.
"Ti-tidak, a-aku tidak diputusin sama pacar, la-lagipula aku gak punya pacar." Jawabku dengan wajah memerah.
Lagian siapa juga yang mau pacaran dengan gadis lemah sepertiku.
"Hee kau gak punya pacar? Padahal kau ini cantik loh."
"Terima kasih, tapi aku rasa tidak mungkin ada laki-laki yang mau punya pacar bertubuh lemah sepertiku." Ucapku tersenyum sendu.
Gadis tadi menatapku intens lalu duduk disampingku sambil melipat tanggannya.
"Kau tau, yang namanya cinta itu buta, cinta tak akan mengenal entah dia sakit atau sehat, seharusnya kau percaya kalau suatu hari cinta itu akan datang padamu." Nasehatnya dengan nada agak kesal.
"Hehehe aku tau, tapi waktuku tak banyak, aku gak ada waktu memikirkan hal seperti itu."
"Hmmm kau sakit? Apa itu serius?"
"Begitulah, bahkan dokter bilang kalau umurku tak sampai 2 minggu, padahal masih banyak yang ingin aku lakukan termasuk melihat setiap pertandingan basket kakak."
"Kakakmu pemain basket?"
"Emm namanya Kuroko Tetsuya."
"Dan kau siapa namamu?"
"Kuroko Azura."
"Azura-chan ya, bagaimana kalau kita buat perjanjian?" Tawar gadis itu menatapku.
"Perjanjian?"
"Yup." Dia berdiri didepanku sambil berkacak pinggang.
"Aku akan memberimu waktu selama 30 hari untuk hidup, carilah cinta dan buat orang disekitarmu bahagia." Lanjutnya dengan tiga jari tangan yang terangkat, menunjukan angka tiga.
"30 hari? Tapi itu tidak mungkin terjadi?"
"Akan terjadi, dengan syarat kau harus menuliskan kegiatan sehari-harimu di buku ini layaknya buku diary." Kali ini dia memberiku sebuah buku berwarna biru beserta pulpen dengan warna sama.
Ada tulisan my dairy pada sampul bukunya.
"Satu hal yang harus kau tau, saat kau menulis dibuku ini maka akan ada banyak orang yang membacanya, mereka yang ingin tau bagaimana kisahmu sebelum ajal menjemput, aku tak akan memaksamu jadi pikirkan baik-baik."
Aku hanya bisa menatapnya tak tau apa yang harus aku lakukan, aku tak ingin kalau seseorang atau beberapa orang membaca diaryku layaknya stalker, tapi disisi lain aku masih ingin hidup, walau cuma 1 bulan. Memikirkan segala kemungkinan yang ada, aku memutuskan mengambil buku itu membuat gadis tadi seketikah tersenyum.
"Baiklah sudah ditentukan, aku akan mengambilnya kembali di saat terakhirmu." Ucapnya melirik kearah belakang.
Eh ada kakak dan dia sedang menatap kami?
"Oh ya aku hampir lupa, buku diary ini tak boleh diketahui siapapun termasuk kakakmu, dan rahasiakan pembicaraan kita ya." Lanjutnya mengedipkan sebelah matanya.
"I-iya."
"Kalau begitu aku pergi dulu-."
"Tunggu, a-aku belum tau siapa namamu?" Cegahku sebelum dia pergi menjauh.
"Kalau itu, anggap saja aku ini peri baik hati pengabul permintaan." Jawabnya disertai efek angin yang berhembus agak kencang hingga suraiku menutupi pandanganku.
Saat aku berhasil menata rambutku, gadis tadi sudah hilang digantikan dengan kakak yang menatapku heran.
"Azu-chan sedang apa disini sendirian?" Tanya kakak penasaran.
Aku harus bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
"Ah kakak, aku ingin menghirup udara segar jadi perawat membawaku kemari." Jawabku memberikannya senyuman.
"Begitu ya, tadi aku melihatmu bersama seseorang?"
Gawat sudah kuduga kalau kakak melihatku bersama gadis tadi, ukh aku juga harus merahasiakan pembicaraan kami tadi, sepertinya mau gak mau aku berbohong pada kakak.
"Itu...ha-hanya pengunjung yang kebetulan lewat dan mengajakku ngobrol." Akh kenapa kau gugup Azu, lihat kakak jadi menatapku datar.
"Azu kau-."
"Kak bagaimana dengan pertandingannya?" Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kami berhasil memenangkannya, walau cukup susah."
Syukurlah kakak berhasil terpancing.
"Begitu ya, andai aku bisa melihat pertandingannya secara langsung, aku ingin bertemu dengan teman tim kakak yang sekarang." Ucapku ceria.
Ya aku memang ingin sekali melihat pertandingan kakak secara langsung, tapi kondisiku tak memungkinkan untuk datang ketempat seramai itu.
"Tentu kalau kau mau kakak bisa membawamu melihat pertandingan."
"Benarkah?"
"Ya, tapi tunggu sampai kau keluar dari rumah sakit ya."
"Emm janji?" Ucapku menyodorkan jari kelingkingku pada kakak.
"Janji."
Kalau memang aku hanya punya waktu 1 bulan seperti apa yang dikatakan gadis tadi, aku janji tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Akan ku bahagiakan orang-orang yang aku cintai selama aku masih diberikehidupan.
Dan ya inilah kisahku, semoga kalian yang membaca diary ini tidak bosan ya (^.^)/
YOU ARE READING
Onii-chan: 30 Days With Onii-chan
FanfictionKuroko Tetsuya, pemuda tampan yang punya banyak penggemar di dunia nyata mengalahkan Kise Ryouta. Tapi sayangnya punya hawa keberadaan yang tipis kayak sehelai tisu. Walaupun begitu, banyak orang yang menyayanginya terutama adiknya Kuroko Azura. Tap...