Jean. . . Jean. . . Jean. . .
Siapa sebenarnya Jean? Kenapa begitu susah mencari sosok yang berlindung di bawah nama samaran ini? Namjoon meremat kesal surai abunya, sudah tiga hari ini ia mencari sosok Jean yang sebenarnya. Ia sudah mencoba mencari di internet, menonton siaran ulang pengunduran diri Jean dan berulang kali mencari clue dari novelnya tapi nihil.
Matahari sebentar lagi terbit, namun Namjoon belum mendapatkan tidur semenitpun. Menyerah dengan usahanya yang kesekian, Namjoon memilih untuk bersiap mengunjungi adiknya.
Setelah mandi, berbenah dan menyiapkan kebutuhannya, Namjoon menyempatkan menyeduh kopi untuk mengisi perutnya. Ia butuh cafein agar tetap terjaga dan fokus saat bekerja. Sedikit demi sedikit ia sesap kopi dalam cangkirnya yang masih mengepulkan uap panas.
Hoseok akan membunuhnya, benar-benar akan membunuhnya jika Hoseok melihat keadaannya saat ini. Kantung matanya bukannya menghilang justru terlihat makin parah, dan wajahnya pucat karena kurang istirahat. Hari ini Namjoon harus pintar-pintar bersembunyi dari Hoseok jika tak ingin kena omel Hoseok. Kalau boleh jujur, Hoseok yang mengomel sebenarnya masih lebih bagus daripada Hoseok yang mendiaminya dan marah padanya. Si selalu ceria itu sangat menakutkan saat marah.
Atau ia batalkan saja untuk menjenguk adiknya pagi ini? Hoseok pasti masih ada di sana pagi ini dan baru pergi sekitar jam tujuh nanti, dan Namjoon tak akan sempat kalau harus menunggu Hoseok dan Jungkook pergi. Baiklah, ia akan menjenguk Namsoon siang nanti saja.
Sebelum itu, sebaiknya ia membeli kopi dan sesuatu untuk dimakan sebelum ke kantor. Meletakkan cangkir kopinya ke dalam wastafel, Namjoon segera mengambil jas, tas dan kunci mobilnya.
Hati-hati ia mengendarai mobilnya, ia sudah cukup kurang tidur untuk sadar diri agar tak mengebut pagi ini. Namjoon ingat ada sebuah cafe di dekat area perkantorannya yang buka pagi hari dan menjual beberapa menu khusus breakfast.
Ah, itu dia. HM Cafe.
Ketika memasuki HM cafe, terlihat sekali kesibukan dari ramainya orang yang mengantri untuk mendapatkan kopi paginya dan sesuatu untuk sarapan. Tersisa tujuh orang di antrian setelah segerombolan mahasiswi keluar dari antrian, Namjoon membatalkan niatnya untuk kembali ke mobil dan kembali ke antrian.
Pegawai cafenya sangat terampil melayani pelanggan yang bagai air bah ini, terlebih cuaca di luar sedang mendung dan berangin maka secangkir minuman hangat dan pemanas ruangan yang disediakan cafe ini benar-benar penyelamat bagi mereka yang harus kembali ke jalanan yang dingin nantinya.
Jadi apa yang akan ia pesan nanti? Cappuccino? Latte? Ah, mungkin americano dan sandwich akan menjadi sarapan yang sempurna. Atau dia harus membeli danish? Atau mungkin. . .
"Jin. . . hyung? Ya ampun, Seokjin hyung kau pucat sekali!" Namjoon hampir saja mematahkan lehernya ketika tanpa sadar ia menoleh cepat ketika ia mendengar seseorang memekik kencang, terlebih ia mendengar nama Jean.
Ah, nampaknya Namjoon benar-benar harus istirahat, sebelum 'Jin-Jin' berikutnya ikut berubah menjadi Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ankh [Namjin]
FanfictionSeokjin sudah cukup hidup dalam teror, dan ketika ia ingin meninggalkan segala sumber kegelisahannya, ia harus kembali terjun dalam teror yang mengintainya. Dan Namjoon akan melakukan segalanya untuk mengembalikan adiknya, jika itu berarti menyeret...