1

539 52 14
                                    

© GintamaSorachi Hideaki
Original story ff by missadist

****

"Sayang, kami pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik yah."

Tatapan Kagura terlihat kosong, menatap kedua orang tuanya yang akan pergi untuk keluar negeri. Seseorang merangkulnya dengan senyum manis yang bagi Kagura terlihat mengerikan.

"Hati-hati disana, mami and papi! Jangan lupa bawa oleh-oleh yaa!" Ujar pria yang merangkulnya disertai lambaian tangan. Nadanya memang terdengar manja, namun mampu membuat Kagura merinding mendengarnya. 

Tubuh Kagura sedikit gemetaran. Ia ingin menangis, bukan karena sedih karena kepergian orang tuanya yang keluar negeri. Melainkan ia ingin menangis karena harus tinggal berdua bersama pria disampingnya saat ini. Pria itu adalah kakaknya, Kamui. Seorang psycopath yang tak pandang bulu. Bahkan Kagura, selaku adiknya, selalu jadi korban kekejaman kakaknya itu.

"Nee~ imouto-chan! Habis ini kita main bersama yaahh!!"

Kagura speechless, terkejut sekaligus ketakutan. Tubuhnya yang seakan tidak menuruti kendali otaknya, kembali bergetar dengan hebat. Ia mengerti maksud ucapan Kamui yang nadanya terdengar lembut. Kata 'main' bagi seorang Kamui adalah penyiksaan. Penyiksaan fisik maupun mental untuknya.

Kagura meneguk ludahnya lalu menggeleng lemah, tanda ia tidak ingin mendapatkan penyiksaan dari kakaknya itu. Manik kamui yang semula terpejam sabit, pun terbuka digantikan tatapan yang tajam, dan senyum yang biasanya terlihat pun memudar."kau tidak mau main?"

Kagura tersentak. Sebuah benda tajam, yang ia yakini adalah pisau lipat itu, menempel pada punggung mulusnya. Tidak ada orang yang menyadari perlakuan Kamui padanya. Karena, pria itu menodongkan pisaunya dibalik jaket yang dipakai Kagura saat ini, sehingga Kamui terlihat sedang memeluk pinggang Kagura.

Pria itu mendekatkan wajahnya ke telinga Kagura, membisikkan sesuatu yang membuat keringat dingin gadis itu bercucuran dengan deras. "Kau harus mau, adikku! karena kalau tidak, aku akan memotong putingmu!" Lalu keduanya beranjak untuk pulanh.

Tanpa disadari, ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan keduanya dengan intens. Lebih tepatnya tatapan tersebut mengarah ke arah Kagura.

****

Pria bersurai pasir pantai, Okita Sougo, berjalan dengan percaya diri, tak menghiraukan tatapan memuja dari berbagai kalangan yang mengarah ke dirinya, baik pria maupun wanita. Ia baru saja tiba dari Eropa, menggunakan pesawat yang dipesan khusus untuknya. Memang ia terlihat seperti artis dengan penampilannya yang memakai baju kasual dan kacamata hitam bertengger manis dihidung mancungnya. Ditambah beberapa bodyguard yang mengikutinya di belakang dengan membawa beberapa koper, tentu banyak yang mengira ia adalah seorang artis bertaraf internasional.

Sougo melepas kacamata hitam dan memberikannya pada salah satu bodyguardnya. "Kalian tunggu di luar! aku ingin meminum segelas kopi disini." Perintahnya pada semua bodyguardnya yang langsung dituruti oleh semuanya.

Sougo lalu masuk kedalam kafetaria bandara, dan duduk dikursi paling pojok yang dindingnya terbuat dari kaca, sehingga pemandangan diluar kafetaria dapat terlihat dimatanya. Seorang wanita yang merupakan pelayan di kafetaria tersebut, menghampiri Sougo dengan gelagat yang memuakkan bagi Sougo. Lihat saja, dadanya yang dibusungkan membuat 'melon' si pelayan terlihat, mencetak dari balik bajunya. Tak lupa dengan wajah yang penuh polesan itu terlihat malu-malu.

"Apa anda ingin memesan sesuatu, tuan?" Ujar pelayan itu.

"Kopi" jawab Sougo dengan singkat.

"Eum~ kopi hitam atau kopi krimer, tuan?" Tanya pelayan itu lebih detail, sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.

Sougo mendengus, "kopi panas."

'Untung ganteng mas!' Batin pelayan itu kesal, ia lalu berujar. "Apa ada yang ingin dipesan lagi?"

Sougo melirik sebentar lalu menjawab, "tolong jangan perlihatkan wajah memuakkanmu dihadapanku. Aku minta pelayan lain untuk mengantar kopi ku!"

"Ba–baik tuan!"

Aneh. Padahal ucapan Sougo mungkin terdengar sadis dan menyakitkan. Namun pelayan wanita itu malah seperti kesenengan, dan jantungnya pun makin berdebar. Lihat saja, wajahnya berubah menjadi merah seperti kepiting rebus dan jalannya terlihat kaku, tidak seperti tadi yang jalannya lenggak-lenggok saat menghampiri Sougo. Kesimpulannya, wanita pelayan itu termasuk M alias masokis. 

Sambil menunggu pesanannya datang, Sougo memperhatikan area luar kafetaria dari balik kaca dihadapannya. Tidak ada pemandangan yang menarik hingga matanya mengarah ke dua orang bersurai sama namun beda kelamin itu. Terlihat si pria dengan senyum manis, menuntun sang gadis yang menunjukkan ekspresi seperti, ketakutan? Wajah gadis itu sangat menarik, seperti boneka dengan manik biru samudra yang mempesona.

Tanpa sadar, Sougo tersenyum dan terus memperhatikan kedua orang itu, lebih tepatnya kearah gadis bercepol dua itu, hingga ia menghilang dari pandangannya.

'Aku ingin memilikinya!'

Lantas Sougo berdiri, menaruh uang di atas meja untuk kopi yang bahkan belum ia sentuh itu, lalu beranjak mengikuti kedua orang bersurai vermillion itu. Pelayan yang baru saja ingin mengantar kopi pesanan pria itu, terheran saat Sougo meninggalkan uang lalu pergi tanpa meminum pesanannya. Padahal uangnya butuh kembalian banyak untuk ukuran secangkir kopi panas ini. Tentu Sougo tak peduli tentah hal tersebut. Yang ia pedulikan adalah jangan sampai ia kehilangan jejak gadis tak dikenalnya itu.

Gadis yang membuat ia merasakan debaran yang memabukkan tersebut untuk pertama kalinya.

~*To be Continued*~

A/n:

Holaaa!!

New story nih!! Hehehe..

Ini story berdasarkan kisah dimimpi saya loh wkwk.. jadi saya langsung kebut nulis biar gak lupa wkwkwk.. kalo gaje maapkeun yaa :v

Kalo suka boleh dong vote and commentnya :v hehehe

Oke sekian~

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang