chapter 1

2.3K 98 11
                                    

Taeyeon POV

Sudah masuk tahun ketiga aku bekerja di salah satu rumah sakit yang lumayan terkenal di Korea. Pasien yang aku tangani bervariasi umur dan status sosialnya. Pada umumnya mereka datang dengan keluhan yang biasa. Biasanya mereka mengeluh karena sakit flu, radang tenggorokan, sakit perut, maag, gangguan pencernaan, dan lain-lain.

ku pun tidak punya masalah hubungan dengan para pasien. Umumnya mereka puas atas hasil diagnosisku. Bahkan sebagian besar pasien merupakan pasien "langganan", artinya mereka sudah berulang kali konsultasi kepadaku tentang kesehatannya.

Aku pernah iseng memeriksa file-file pasien. Aku baru menyadari bahwa 70 % pasienku adalah ibu-ibu muda yang berumur antar 20 - 30 tahun. Mungkin wajahku yang lumayan tampan ini mempengaruhi jenis pasienku yang ada. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan itu semua. Karena bagiku yang terpenting aku bekerja dengan baik dan benar.

Aku selalu berpegang teguh pada sumpah dan etika dokter dalam menangani para pasien. Aku selalu penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka. Aku juga tidak pelit waktu. Mungkin faktor inilah yang membuat para ibu muda itu datang ke tempatku.
Diantara mereka bahkan tidak mengeluhkan tentang penyakitnya saja, tapi juga perihal kehidupan rumah tangganya, hubungannya dengan suaminya. Aku menanggapinya secara profesional, tidak ingin melibatkan secara pribadi, karena aku mencintai isteriku dan juga anakku.

Diumurku yang sudah 29 tahun ini, aku sudah menikah dengan seorang yeoja yang sangat luar biasa. Dia adalah Jessica Jung. Ah, ani. Sekarang dia adalah Jessica Kim. Tentu saja karena aku telah menikahi yeoja cantik ini.
Istriku, Jessica telah memberikanku seorang anak laki-laki berumur 2 tahun. Kami berdua memberi nama anak kami Yoona Kim. Aku sangat menyayangi mereka semua. Maka dari itu aku sering merasa bersalah karena aku jarang berada dirumah karena pekerjaanku ini.
Semuanya berjalan seperti biasa, wajar, sampai suatu hari pasienku yang bernama Tiffany Hwang datang keruangku. Aku aku yeoja ini memang cantik dan seksi. Berkulit putih bersih, langsing, lumayan tinggi, dan.... inilah yang mencolok. Dada dan pantatnya sangat menggodaku. Apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris horsontal kecil-kecil berwarna putih.

Ugghh... Pakaiannya benar-benar mempertegas keindahan bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok mini warna coklat tua, yang membuat sepasang kakinya mulusnya makin "bersinar". Dari kartu pasien, tertera Tiffany namanya dan 28 tahun umurnya.

"Apa ada keluhan?" tanyaku.

"Saya merasa sesak bernafas, hidung mampet, dan perutku sakit." jawabnya.

"Apa sakit saat menelan sesuatu?"

"Benar sekali!"

"Apa badan anda juga panas?"

"Lumayan panas." kata Tiffany sambil menempelkan telapak tangannya ke dahinya.

"Sepertinya anda menderita radang tenggorakan."

"Lalu mengenai perut saya yang sakit? Saya berkali-kali ke toilet hari ini."

"Apa anda ingat makan apa saja kemarin ?"

"Mmmhh... Rasanya saya makan seperti biasanya."

"Termasuk buah-buahan?"

"Oh, iya! Kemarin saya makan dua buah mangga."

"Sebaiknya mari saya periksa dulu." ujarku sambil memberikan kode kepadanya agar berbaring.

Sekilas paha putih mulusnya tersingkap ketika Tiffany menaikkan kakinya ke meja periksa yang memang agak tinggi itu. Lagi-lagi aku harus menahan pikiranku yang memang pervert ini.

Seperti biasa, aku akan memeriksa pernafasannya dulu. Aku sempat bingung. Bukan karena dadanya yang tetap menonjol walaupun dia sedang berbaring. Tapi seharusnya dia memakai baju yang ada kancing ditengahnya agar memudahkanku. Kaos yang dipakainya saat ini tidak berkancing.

I Lost My ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang