[1]

28 1 0
                                    

Sebuah janji adalah hutang yang harus ditepati. Tapi apa Junmyeon berhasil menepati janjinya sendiri?

Len K present, an EXO fanfiction titled "Promise To Keep"

Kim Junmyeon–Suho EXO, Kim Junhye (Junmyeon's daughter), Kim Yeryeong (OC), So Jisub (actor), dan cast OC pun non-OC lainnya | Rate: T | Genre: Family, Hurt/Comfort

Warning!: AU, OOC's possibility, typo, alternate-age, father!Suho, historical (a bit)

[cover art by thebrightflame @ art fantasy wordpress ]

Mengambil latar waktu tahun 1950-1953 saat perang Korea berlangsung

.

.

Masan, Korea. Juni 1950

Kesibukan dua orang dewasa di rumah kecil itu tidak mengganggu seorang gadis cilik berusia enam tahun yang sibuk bermain dengan boneka buatan ibunya.

Sementara ayahnya berbenah, pun halnya dengan ibunya. Ayahnya kini telah mengenakan seragam militer lengkap dengan ransel menggembung yang menempel di punggungnya. Sementara sang istri memasukkan beberapa helai pakaian terakhir ke dalam tas besar. Raut gelisah jelas nampak dari pasangan suami-istri itu.

"Junhye!" sang istri memanggil putri semata wayangnya.

Derap kaki cilik si gadis terdengar di lantai kayu rumah itu. Tidak butuh waktu lama baginya untuk berada di tengah-tengah kedua orangtuanya.

"Ayah akan pergi?" tanya Junhye dengan polosnya.

Junmyeon, berusaha tersenyum meski bibirnya terasa kaku, "Iya, sayang," jawabnya lembut.

"Kudengar negeri kita terpecah jadi dua. Perang mulai muncul. Kemarin ayah Sehun sudah pergi perang. Ayah akan mengikuti ayah Sehun, 'kan? Ayah akan menghentikan perang, bukan?" cerocos Junhye.

Junmyeon tersenyum tipis sebelum berlutut pada satu kaki untuk mensejajarkan tingginya dengan tinggi putrinya. "Lihat betapa pintarnya putri ayah ini. Darimana kau tahu itu semua, hm?" pertanyaan Junmyeon dibalas cengiran oleh Junhye.

Berita menyebar dengan cepat. Minggu pagi tanggal 25 Juni, tentara Korea Utara telah menyebrangi parallel ke-38 dibantu tembakan meriam artileri. Kecaman PBB tidak digubris oleh pihak Korea Utara yang disokong oleh Uni Soviet. Perpecahan ini berlanjut dan Korea Utara makin gencar melancarkan invasi baik melalui darat maupun laut.

Pasukan Korea Utara mengerahkan seluruh kekuatannya. Dari tank, pesawat tempur, pesawat pengebom, artileri, pesawat latihan, pesawat mata-mata, serta tambahan pasukan invasi. Semua itu membuat pihak Selatan kelimpungan belum siap. Pihak Selatan segera memanggil seluruh tentara yang masih loyal untuk mengatasi keadaan ini. Junmyeon termasuk.

Tangan Junmyeon bergerak mengelus kepala putrinya. "Nah, sekarang Junhye bersiap. Ambil tasmu di kamar. Kau sudah membereskan barang-barangmu 'kan? Ayah dan ibu akan bicara sebentar."

"Siap, Letnan!" Junhye hormat pada ayahnya layaknya pasukan militer sebelum berjalan menuju kamarnya.

Junmyeon tertawa melihatnya. Hatinya sedikit teriris pula saat menyadari ia tidak akan menjumpai putrinya juga istri tercintanya selama... entahlah. Ia sendiri juga tidak tahu. Tidak tahu kapan perang ini akan berakhir. Tidak tahu kapan ia akan kembali. Tidak tahu apakah... ia bisa kembali, atau tidak.

Tidak!

Buru-buru Junmyeon mengenyahkan gagasan sarat pesimisme itu.

"Junmyeon," suara lembut Yeryeong, istrinya, membawa Junmyeon kembali ke akal sehatnya. Mata istrinya nampak berkabut. Ada ketidakrelaan terpancar di sana.

Promise to KeepWhere stories live. Discover now