Saat itu senja, dan matahari mulai bersembunyi juga memunculkan warna-warni yang sangat indah bila di pandang. Dan aku selalu ingat pembicaraan kita kala itu:"Kamu tau Nice? Satu rasi bintang di arah timur itu indah sepertimu. Tetapi kemarin jangan sedih ya, aku mohon percayalah denganku karena nanti semua akan kujamin indah, Tolong percaya padaku, baby." Dia menguncapkan pelan tanpa melihatku dan terus memandang rasi bintang indahnya. Menanggapi perkataan Davin aku hanya tersenyum kecut sambil memandang penuh arti wajah dia kala itu di sunyinya malam.
Langsung saja, aku akan mulai menceritakan hubungan semacam apa diriku dengan Davin. Ditemani secangkir teh hitam dan kudapan sederhana serta Lagu dari Coldplay-Yellow kesukaannya yang terus di ulang di netbook ku.
Dan jangan lupa dimana aku berada sekarang, aku di kampung halaman Davin, Spanyol, ya itu tempat kelahiran Davin.
***Spain, 11 Agustus 2012
"Sayang! Cepatlah bangun, ini hari pertamamu masuk sekolah!" sahut ibu mengingatkanku anak bungsunya yang lagi bersantai di atas kasur import (kataku) tercintanya.
"Yes, mommy!"
Sebelumnya aku akan memperkenalkan siapa diriku, namaku adalah Janice Flora Templeton berumur 15 tahun menjelang 16 karena ulang tahunku 28 hari lagi, ingat itu! (hari ini tanggal 11 agustus jika ingin tahu hitunglah sendiri berapa tanggal kelahiranku.)
Aku mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Bryan Corney Templeton berumur 21 tahun, kakakku sama seperti ayahku karena mereka lahir di London tetapi Bryan dari kecil lama tinggal di Indonesia sampai dia lulus SMA jadi dia cukup fasih berbahasa Indonesia.
Ya, bisa dibilang kami adalah keluarga dua negara. Ibuku asli Indonesia, Sinta Putri Templeton dan Ayahku asli London, Corney Adam Templeton.
"Ibu, Bryan kemana? Dia sudah janji ingin mengantarku pagi ini loh," kataku baru turun dari tangga dan menyelonong di antara ibu dan ayah yang berdiri di depan mesin cuci piring.
Ibu menoleh sedikit dengan kerutan di dahinya, "Kamu ini! Permisi dong anak cantik, Cepat sarapan dulu." Kata ibu selagi mengoleskan selai cokelat di beberapa roti yang ingin di panggang.
"Ibuu, ih aku nanya loh, Dad where is he?" Dengan sedikit kesal dan mencomot beberapa roti di meja makan, aku bertanya lagi tapi dengan ayah.
" Nisa Honey, please listen your mom.. take your breakfast first and.. Bryan, dia laki-laki sedang membuang sampah di depan sana."
Aku tertawa sedikit mendegar logat aneh yang ayah keluarkan, ayahku ini sebenarnya sudah hatam berbahasa Indonesia tapi suka susah untuk mengungkapkannya, maklum gapernah les.
Dan mungkin terakhir adalah nama panggilanku yaitu Nisa, aku tau nama itu tidak cocok dengan nama panjangku bayangkan saja namaku itu Janice tapi tetapi dipanggil Nisa, kata ibu dulu saat kami di Indonesia ada seorang yang mirip denganku dan bernama Nisa selain itu ayah juga berkata kalau memanggilku dengan nama Nisa lebih gampang, entahlah.
"Yes sir! Thankyou for your information."
Dari dapur terdengar ayah dan ibu yang sedang berbincang cukup serius, dan aku hanya mendengar kata -rumah- selanjutnya tidak jelas, memang keluarga kami baru pindahan (nomaden seperti itulah) dari London lusa lalu, sebelumnya rumah ini hanya di tempati kakakku yang sedang kuliah di Spain.
Setelah selesai dengan tiga roti bakar ovomaltine mix nutella, Bryan datang dengan masker hitam menutup sebagian wajah dan kemeja flanell usang khas anak teknik serta gantungan rantai kunci mobil sejenis sedan bertengger di saku celana chino coklatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty Of Yellow
Teen FictionMengenalmu adalah salah satu anugerah terindah yang aku alami walaupun orang lain berkata itu musibah untukku. "Kamu tau Nice? Satu rasi bintang di arah timur itu indah sepertimu. Dan kemarin jangan sedih ya, aku mohon percayalah denganku karena nan...