Warning: Typo and this is a BXB story if you don't like it, please don't read it!!
Don't forget to vote and comment, thank you!
Jaemin POV
Musik itu terhenti disaat aku baru saja akan memulai gerakan terakhir. Seseorang mematikannya dan tanpa aku lihat pun aku sudah tau itu siapa. Aku menghempaskan tubuhku di lantai ruang latihan itu sembari terpejam.
"Jangan memaksakan dirimu, ayo kembali ke dorm."
Aku membuka mata memandangnya yang kini tengah memasukkan barang-barangku kedalam tasnya. Mengapa ia begitu peduli? Semua jadi terasa sulit.
"Aku harus menyempurnakan gerakanku, biarkan aku berlatih sebentar lagi."
Namun tubuhku bahkan tidak bergerak sedikitpun, hanya terus memandanginya yang kini menatapku kesal.
"Lakukan besok Jaemin-ah, manager hyung sudah menunggu."
Aku bangkit merapikan sedikit pakaianku, meraih topi dan masker yang disodorkan Renjun lalu mengikutinya yang telah lebih dulu keluar ruangan.
Kami berjalan dalam diam, lift bahkan bergerak lebih lambat dari yang biasanya aku rasakan. Renjun gelisah memainkan smartphone di sampingku.
"Kau sudah makan?" dia mengalihkan pandangan kearahku sekilas.
"Kau lapar, Injun-ah?" tanyaku menebak
Renjun menghela napas, "Aku bertanya padamu Jaemin-ah, Mark hyung memintaku menemaninya makan, karena ada kau jadi kenapa tidak sekalian saja, hm?"
Aku terdiam. Mark, selalu saja.
Pada akhirnya aku menggeleng sebagai jawaban, "Aku tidak lapar, kau pergilah, aku akan kembali ke dorm dengan manager hyung."
Renjun mengangguk kemudian keheningan menyelimuti kami sesaat sebelum pintu lift terbuka, kulihat Mark hyung berdiri tidak jauh dari lift. Renjun mendekatinya dengan berlari kecil.
"Jaemin-ah, katakan pada manager hyung aku akan mengantar Renjun nanti. Oh ya, telepon saja jika kalian ingin kami bawakan sesuatu," Mark hyung menyerahkan tas Renjun kepadaku.
Sebelum mereka benar-benar pergi aku meraih tangan Renjun dan memakaikan topiku tadi kepadanya. Mengabaikan tatapan aneh yang ditujukan Mark hyung padaku.
"Injun-ah belikan saja kami pizza atau ayam," Renjun mengangguk mengiyakan sebelum Mark hyung kembali menariknya pergi.
Aku memandangi kepergian mereka dengan pandangan sendu, menghela napas dan berjalan menuju mobil untuk kembali ke dorm.
Dia terasa semakin menjauh, lelaki yang kucintai.
Sayangnya dia tidak akan pernah tau, tidak akan pernah.
.
.
Aku sudah lama memperhatikannya, memperhatikan Renjun. Dia itu terlalu polos untuk menjadi seseorang yang lebih tua dariku walau hanya beberapa bulan. Aku suka suara tawanya,wajah manisnya dan juga aku suka disaat dia menutup wajahnya malu-malu dihadapan kamera.
Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengannya, bersyukur dapat menjadi sahabatnya, orang yang dekat dengannya. Namun kini semuanya terasa berbeda, rasanya aneh jika dia ada didekatku, rasanya aneh saat mendengar dia memanggil namaku. Dan setelah semua itu aku sadar, akulah definisi dari aneh itu sendiri. Perasaanku padanyalah yang membuat diriku aneh, aku sadar aku menyukainya lebih dari sekedar menjadi dekat atau bahkan sahabat, aku tau diriku ingin kami lebih dari itu.