Warning: Typo and this is a BXB story if you don't like it, please don't read it!!
Don't forget to vote and comment, thank you!
One-sided POV
Tidak pernah ada yang sadar akan hal ini.
Aku menatapnya.
Dia benar-benar indah dengan pesonanya, dia memberi perhatian dengan caranya sendiri, dia sederhana namun begitu berharga.
Karena dia Huang Renjun.
.
.
Aku berjalan mendekatinya yang masih berdiri menyandar pada dinding pembatas balkon. Menatap rintik hujan yang kini mulai berhenti untuk jatuh. Udara sore yang dingin bahkan tidak dihiraukannya melihat bibir itu tersenyum dengan begitu hangat. Aku menepuk bahunya pelan.
"Oh, astaga! Kau mengagetkanku," bibir itu menjawab dengan nada kesal yang main-main, membuatku tertawa pelan dan menyerahkan secangkir cokelat hangat untuknya.
"Aku baru tau seseorang bisa tersenyum dibawah langit mendung, apa kau menyukai awan hitam yang kelam itu, Renjun-ah?" aku menatapnya yang kini kembali mengalihkan pandangan jauh kelangit.
"Aniyo, aku menunggu sesuatu." Renjun menjawab dengan kekanakan.
"Sesuatu? Matahari setelah hujan? Kalau begitu kau tidak perlu menunggu, tatap saja aku karena aku mataharimu," dia cemberut setelah aku mencoba menggodanya dengan kata-kataku yang terdengar cheesy. Itu benar-benar cute, ekspresinya tentu saja.
"Jangan mulai, atau aku pergi.." ugh jangan merajuk dihadapanku, itu membuatku lemah.
"Katakan apa yang kau tunggu dengan jelas kalau begitu," Renjun meletakkan cangkirnya diatas meja disudut balkon.
Dia berjalan menjauhiku, hampir saja ia mendudukkan diri di salah satu kursi kayu yang basah karena hujan namun aku menarik lengannya dan dengan cepat duduk di kursi itu. Renjun lalu dengan nyaman duduk menyamping dipangkuanku.
"Kau akan tau sesuatu yang aku tunggu-tunggu sebentar lagi, tataplah langit dan temukan jawabanmu." Renjun berucap sambil melingkarkan lengannya di leherku.
Langit itu perlahan mulai kembali disinari matahari sore yang mengintip di celah-celah mendung, aku tercengang menatap objek yang kini membuat Renjun tertawa bahagia.
Objek itu, pelangi. Ya pelangi yang kini muncul dibalik sinar lembut matahari. Aku menatap Renjun yang mengeratkan pelukannya pada leherku.
"Aku menunggu itu, aku menyukai saat-saat dimana bias sinar matahari itu dengan berani menunjukkan warnanya. Benar-benar indah, kau tau.."
"Aku tau.." aku menjawab sembari menatap Renjun lembut.
"Benarkan? Tidak sia-sia kita menunggu."
"Tidak, Renjun.. aku tau itu indah namun ada yang lebih indah dari itu." Renjun menatapku bingung.
"Maksudmu..?" Renjun hampir saja turun dari pangkuanku namun aku menahan pinggangnya. Menatapnya lekat-lekat.
"Kau yang lebih indah dari pelangi, sayang.."
Renjun tercengang tidak menyangka kata-kata seperti itu kembali keluar dari mulutku. Dia hendak protes namun aku lebih cepat menghentikan protesannya itu. Dengan bibirku, tentu saja.
Ya, Renjun. Kau benar-benar indah.
.
.
Renjun masih terdiam melihat Hyung-Hyung NCT 127 yang kini menatap padaku dengan pandangan sulit diartikan.