Sepuluh

1K 127 28
                                    

Catatan :

Tulisan dialog yang di italic itu kalimat dialog beberapa momen lalu, sementara yang di italic dan bold adalah flashback antara Sasuke dan Naruto. Kemudian yang di italic, bold dan under line itu harapan Naruto.

Selamat membaca😊😊😊😊😊😊
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setibanya Sasuke dan Naruto tiba di Uchiha Hospital, Sasuke langsung berteriak kesetanan memanggil sang bunda yang merupakan kepala rumah sakit dan seorang dokter kardiologi.

Tak perlu bertanya bagaimana Sasuke langsung memilih bundanya untuk menolong Naruto. Cukup melihat tabung obat milik Naruto, dan gejala serta kondisi Naruto, ia langsung tahu.

Ya.

Narutolah orangnya.

Sang kerabat yang di ceritakan Naruto.

Sasuke benar-benar mengutuk dirinya yang kemarin hingga sekarang ini. Menyesal ia baru tahu sekarang walau ia sudah curiga pada Naruto yang selalu memakan pil dari tabung itu setelah Naruto memakan snack pemberiannya yang di aku sebagai vitamin.

Namun, sekarang bukan waktunya untuk meratapi diri atau menyesali segala kecerobohan yang telah di lakukan.

Naruto adalah prioritas utamanya saat ini!

"IBUNDA!! KAU DI MANA!? SIAPAPUN, CEPAT PANGGIL IBUKU DAN TOLONG DIA!!! CEPAT!!!!", raung Sasuke yang ke sekian kalinya. Tak peduli bila saat ini ia sedang menjadi pusat perhatian dari pegawai, pasien hingga pengunjung karena berteriak gila di sini dengan tubuh basah kuyub.

Masa bodoh dengan semua itu, Sasuke hanya saat ini ingin Naruto selamat!

"SASUKE!!", seru Mikoto datang berlari menghampiri bersama beberapa awak medis yang membawa ranjang pasien.

Sasuke sempat merasa lega dengan kehadiran sang bunda dan awak medis, namun saat melihat seorang wanita berambut merah yang sedang menangis tersedu ikut menghampiri di belakang bunda, tak bisa di pungkiri adanya rasa terkejut di wajah Sasuke.

"Kushina......... baasama....?", tanya Sasuke dengan segala rasa bingungnya.

.

.

.

Naruto kini berada di ruang UGD di bawah penanganan Mikoto. Lampu ruangan masih menyala merah meski tiga jam telah berlalu. Saat ini hanya ada Sasuke dan Kushina duduk berdua dengan beberapa jarak di bangku panjang untuk penunggu pasien.

Kushina sudah tenang, meski masih terisak. Kedua tangannya saling bertautan, menggenggam erat, berdo'a pada yang Maha Kuasa agar menolong sang putra tercinta.

Lalu, Sasuke?

Dia sedang meresapi semua ucapan yang di sampaikan Kushina padanya setelah mengantar Naruto dan memutar kembali ingatannya.
.
.
.
.

"Namanya Namikaze Naruto, putraku. Putra yang kami sembunyikan dari dunia luar karena penyakit gagal jantungnya"

.
.
.
.
"......... Lalu namamu?"

"Haruskah kujawab?"

"Memang kau mau di panggil dobe terus olehku? Aku tidak mau di panggil Teme, mesum atau brengsek olehmu karena aku bukan orang yang seperti dari tiga sebutan itu",

"Naruto. Kau?"

"Sasuke"
.
.
.
.

Sasuke memejamkan mata ketika mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Naruto di bawah pohon Sakura 3 bulan lalu.
.
.
.
.

|END| Di Pohon Sakura Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang