takao kazunari masih muda saat itu, punggungnya belum pegal-pegal pasca pulang kerja, paru-parunya kuat dan terlatih karna main basket dan bersenang-senang, dan di tahun terakhirnya menyandang status sebagai siswa sekolah menengah atas, di tengah ombang ambil labilitas dan pilihan hidup yang tak pasti: tersodor tanggung jawab yang tiba tiba.
orang tuanya lenyap dalam kecelakaan beruntun. satu peristiwa yang menamparnya untuk terburu-buru menjadi orang dewasa--sesungguhnya keluarga besarnya tak banyak membantu--dia harus membesarkan kotori--adik mungilnya yang tau diri-- dan sekolah hanya akan menghabiskan banyak biaya. maka dua belas tahun lalu, ketika dia harus meninggalkan lapangan basket, dan kehidupan bocah bahagianya.
sesungguhnya takao tanpa penyesalan, bagaimanapun juga masa depan kotori masih panjang, sedangkan jelas bahwa takao adalah siswa bodoh yang belum tentu masuk universitas, dan apa? beasiswa atlet basket? hahaha, dia harus memberi mulut kotori makan dengan bekerja di supermarket.maka kala itu, tangan kokoh dengan jemari berbalut mencengkram erat,menguat seiring waktu, membekukan darah di nadinya, dan membuat hatinya perih. dia tidak bisa memandang midorima tepat dimata kala sahabatnya itu bertanya simple "kau yakin menginginkan ini?"
itu pertanyaan yang buruk, tentu karna jawabannya tak perlu di tanya, dan tidak ada pilihan lain selain mengkhianati jawabannya,
takao tertawa ringan, sesungguhnya dia berusaha keras untuk itu, akting yang buruk, kantung matanya tumpah ruah. kalau saja ada pilihan untuk bangun dari tidur dan semua ini hanya mimpi, maka akan ia tukarkan apa saja untuk itu.
tapi kenyataan harus di hadapi. dan hidup harus terus berjalan.jadi tangan itu takao tepis.
midorima menghubunginya berkali-kali, bertanya-tanya apa yang bisa dia lalukan untuk membantu, apa keluarganya yang kaya bahkan bisa membuat beasiswa bagi kotori hingga strata ke 3 bisa takao abaikan begitu saja.seribu sayang, takao punya harga diri, dia hindari semua dering menuntu yang minta diangkat, dia blokir pengguna akun bernamakan midorima shintarou.
plihannya bulat. dia tak ingin menyusahkan, itu saja.
tapi benarkah?
"bukannya karna kau takut untuk terikat bersamaku selamanya?"
ada kecewa yang terbesit di sana, ya tuhan midorima tidak bodoh. dia tau. dia tau sejak lama, sejak sebelum kecelakaan dan semua baik-baik saja.
semenjak jemari mereka bertaut hangat karna kemenangan team basketnya. dan desir aneh menghapuskan semua keakraban yang biasanya.bagaimana pun orientasi adalah pilihan besar untuk kehidupan, dan takao kazunari bukan bocah idiot yang tidak paham pandangan dunia mengenai ini. dia kini hanya punya kotori, tak masalah untuk menanggung lebih banyak cemooh karna menjadi orang kecil.
tapi midorima? pria cerdas bermasa depan cemerlang, dengan latar belakang terhormat dan dibesarkan dengan penuh tanggung jawab.
dia tidak bisa mengambil midorima dari dunianya.dan bagaimana pun, dua belas tahun yang lalu, takao kazunari yang dipaksa untuk dewasa, terlalu takut akan menghancurkan sahabatnya.
maka ia lenyap seperti buih dilautan. melebur diantara kerumunan dan menghilang.
midorima putus asa, dua belas tahun yang lalu. dia mencari apartemen si elang untuk paham bahwa lenyapnya takao tidak main-main. semuanya hilang tak berbekas.
semuanya lenyap seolah tak punya arti sebelumnya.
dan kini, setelah tahun-tahun perjuangan dan pencapaian, setelah sakit lenyap tergantikan kecamuk emosi yang mengeras. setelah akhirnya midorima bangun pagi tanpa harus memikirkan takao kazunari dan keegoisannya.
setelah akhirnya takao kazunari terhapus sempurna dari duniannya.mudah saja ternyata untuk mengundang kembali rasa itu hanya karna dua detik tatapan mata.
di samping midorima, otsubo terkekeh mabuk, menuang soju lebih banyak kegelasnya sendiri sembari berteriak, memanggil nama yang terlalu tabu untuk ia dengar selama ini. jadi benar pria dengan kemeja hitam dihadapannya bukan wujud ilusi gilanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Buih
Fanfictionada banyak hal yang mustahil untuk kembali. midotaka/bl/fanfiction